Rasa sakit atau nyeri ketika haid terkadang dirasakan oleh perempuan pada setiap siklus menstruasi yang dialami. Meski tidak semua perempuan merasakan rasa sakit atau nyeri ketika haid, beberapa perempuan merasakan nyeri yang hebat bahkan membuat kegiatan sehari – hari menjadi terganggu karena rasa nyeri yang dirasakan.
Rasa sakit atau nyeri yang berlebihan ketika haid bahkan menyebabkan tidak bisa beraktivitas perlu diwaspadai apalagi jika terjadi pada setiap siklus haid. Rasa sakit tersebut dapat dirasakan dibagian bawah perut atau dapat pula dirasakan pada perut sebelah kiri.
Bisa jadi, rasa sakit yang dirasakan ini menjadi pertanda bahwa adanya penyakit lain yang mungkin dimiliki oleh orang tersebut. Berikut beberapa penyakit yang mungkin menjadi penyebab dari perut terasa sakit ketika sedang haid.
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang terjadi ketika jaringan yang melapisi bagian dalam rahim tumbuh di luar rahim. Kondisi ini biasa ditemukan pada perempuan berumur antara 20 tahun hingga 40 tahun, dimana endometriosis ini akan menyebabkan kesulitan untuk hamil. [1]
Gejala yang dapat dirasakan ketika seseorang memiliki endometriosis seperti : [2]
Cara untuk mengatasi gejala endometrosis dapat dilakukan dengan obat penghilang nyeri, terapi hormon, kontrasepsi dan jika kondisi tidak membaik dapat dilakukan operasi pengangkatan rahim. [2]
Fibroid rahim adalah pertumbuhan yang tidak bersifat kanker di dalam atau di sekitar rahim atau uterus. Penyebab pertumbuhan ini masih belum diketahui secara pasti dimana banyak yang mengaitkan karena hormon estrogen. Biasanya fibroid tumbuh berkembang ketika perempuan masih dalam masa reproduksi sekitar umur 16 hingga 50 tahun dimana tingkat hormon estrogen pada tubuh tinggi. [3]
Fibroid rahim biasanya tidak memiliki gejala yang dirasakan dimana banyak yang tidak sadar memiliki fibroid rahim jika tidak melakukan pemeriksaan, namun ada beberapa perempuan yang mengalami gejala seperti [3]
Pengobatan yang dilakukan untuk mengurangi gejala yang dialami dapat dengan menggunakan obat anti nyeri, konstrasepsi dan penambahan hormone prgesteron. [3]
3. Radang panggul atau Pelvic inflammatory disease (PID)
Radang panggul atau PID merupakan keadaan ketika bagian organ reproduksi perempuang mengalami infeksi. Pada banyak kasus terjadi karena adanya bakteri yang menyebar dari vagina ke bagian uterus, tuba falopi atau rahim. [4]
Gejala yang dirasakan ketika mengidap radang panggul atau PID adalah seperti : [5]
Sebaiknya jika telah didiagnosa mengidap radang panggung atau PID segera melakukan pengobatan agar tidak terjadi komplikasi, jika tidak segera ditangani kerusakan pada organ reproduksi tidak dapat disembuhkan. [5]
4. Adenomiosis
Adenomiosis adalah kondisi dimana lapisan uterus atau endometrium tumbuh pada dinding dalam rahim dimana endometrius seharusnya hanya melapisi bagian uterus. Kondisi ini akan menyebabkan rasa sakit yang akan dirasakan oleh penderitanya. [6]
Penyebab dari adenomiosis sendiri masih belum diketahui dimana beberapa faktor risiko untuk terkena adenomiosis adalah perempuan berumur 40an hingga 50an yang belum mengalami menopause, sudah memiliki anak dan pernah melakukan prosedur operasi seperti operasi sesar atau operasi untuk menghilangkan fibroid. [7]
Gejala yang dirasakan ketika mengalami adenomiosis adalah seperti : [6]
Perempuan yang terkena adenomiosis tahap yang masih awal tidak membutuhkan pengobatan medis secara khusus, tetapi akan direkomendasikan pengobatan untuk mengurangi gejala yang dialami dengan memberikan obat anti inflasi seperi ibuprofen, pengobatan hormon hingga prosedur histeroktomi. [7]
5. Polycystic Ovary Syndorme (PCOS)
Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah masalah yang disebabkan karena hormon dan dapat mempengaruhi perempuan pada umur 15 hingga 44 tahun dimana antara 2.2 dan 2.7 persen dari perempuan pada umur ini memiliki PCOS. Banyak perempuan yang tidak menyadari bahwa mereka mengidap PCOS. Dimana pada sebuah penelitian, hampir 70% daru perempuan dengan PCOS belum didiagnosis. [8]
Gejala yang biasa dialami oleh penderita PCOS biasanya mulai terlihat mulai dari masa remaja hingga akhir 20an. Beberapa gejala yang dialami seperti : [9]
Tidak ada obat untuk mengobati PCOS yang dapat dilakukan adalah dengan mengobati gejala yang dirasakan. Dapat dengan obat dan melakukan diet untuk mengurangi berat badan atau mengubah gaya hidup seperti menurunkan insulin dan mengurangi risiko penyakit jantung dan diabetes. [9]
6. Stenosis serviks
Stenosis serviks merupakan kondisi dimana terdapat penyempitan pada saluran leher rahim atau serviks. Penyebab dari stenosis serviks umumnya disebabkan karena adanya operasi pada bagian serviks sebelumnya. [10]
Diagnosis untuk stenosis serviks dapat dilakukan dengan mengamati gejala yang dialami atau dapat diketahui ketika melakukan tes kehamilan. Gejala yang dapat dirasakan seperti pendarahan haid yang tidak normal, nyeri haid yang parah dan tidak mengalami haid. [11]
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi stenosis serviks adalah dengan prosedur medis seperti dengan menggunakan dilator ataupun stent. Penanganan yang tepat dapat dilakukan dengan konsultasi dokter. [11]
1) Admin. womenshealth.gov. Endometriosis. 2014.
2) Lori Smith, MSN, BSN, WHNP-BC, Valinda Riggins Nwadike, MD, MPH. medicalnewstoday. What to know about endometriosis. 2021.
3) Admin. nhs. Fibroids. 2018.
4) Admin. mayoclinic. Pelvic inflammatory disease (PID). 2020.
5) Admin. CDC. Pelvic Inflammatory Disease (PID). 2020.
6) Florence Byrd, Traci C. ohnson, MD. webmd. What Is Adenomyosis? 2020.
7) Kristeen Moore, Daniel Murrel, M.D, Adenomyosis. 2019.
8) Wendy A March et al. Hum Reprod. 25(2). The prevalence of polycystic ovary syndrome in a community sample assessed under contrasting diagnostic criteria. 2010.
9) Admin. nhs. Polycystic ovary syndrome. 2019.
10) Mathew M, Mohan AK. Oman Med J. 23(3). Recurrent cervical stenosis - a troublesome clinical entity. 2008.
11) Rachel Gurevich, RN, Leyla Bilali, RN. verywellfamily. Can Cervical Stenosis Cause Infertility? 2020.