Daftar isi
Osteomalasia dan osteoporosis adalah dua penyakit yang erat kaitannya dengan tulang, tetapi osteoporosis lebih banyak dikenal oleh masyarakat luas daripada osteomalasia. Osteomalasia merupakan kondisi dimana tulang mengalami pelunakan karena adanya gangguan dalam penyerapan metabolisme tulang. Penyakit ini juga dapat terjadi pada anak-anak.
Sementara itu, osteoporosis merupakan kondisi dimana kepadatan tulang berkurang seiring bertambahnya usia. Maka dari itu, osteoporosis kebanyakan dialami oleh orang lanjut usia [1].
Penyebab dari penyakit osteomalasia dan osteoporosis berbeda meskipun keduanya sama-sama penyakit yang menyerang tulang. Berikut ini penyebab osteomalasia dan osteoporosis:
Osteomalasia disebabkan karena proses perkembangan tulang yang cacat sehingga mengakibatkan tulang melunak. Dalam proses perkembangan tulang, tubuh membutuhkan asupan kalsium dan fosfor yang memadahi.
Apabila tubuh kekurangan mineral tersebut maka akan menyebabkan osteomalasia. Osteomalasia juga dapat disebabkan karena kekurangan vitamin D, kurangnya paparan sinar matahari yang cukup, penyakit celiac, operasi tertentu seperti operasi usus kecil, gangguan ginjal, gangguan hati, dan konsumsi obat-obatan tertentu [1].
Osteoporosis disebabkan karena proses regenerasi tulang baru yang lambat sedangkan tulang lama telah dipecah. Saat masa anak-anak tubuh membuat tulang baru lebih cepat daripada tulang lama sehingga menyebabkan massa tulang meningkat, sedangkan pada orang lansia pembentukan tulang lebih lambat sehingga menyebabkan massa tulang menurun.
Penyebab utama dari osteoporosis adalah kurangnya hormon tertentu dalam tubuh, seperti hormon estrogen pada wanita dan hormon androgen pada laki-laki. Selain itu, osteoporosis juga dapat terjadi karena faktor genetik atau keturunan, kurangnya olahraga, kekurangan kalsium dan vitamin D, konsumsi obat kartikosteroid dalam dosis tinggi, merokok, konsumsi alkohol, berat badan yang rendah, dan malabsorbsi atau gagguan penyerapan nutrisi pada usus halus.
Menurut penelitian dari National Osteoporosis Foundation, osteoporosis banyak menimpa wanita daripada lak-laki apalagi setelah terjadinya menopause. Hal ini dikarenakan apabila wanita mengalami menopause maka produksi hormon estrogen menurun [1,2].
Meski osteomalasia dan osteoporosis sama-sama penyakit yang menyerang tulang, tetapi gejala yang ditimbulkan dari kedua penyakit tersebut berbeda. Berikut ini gejala dari osteomalasia dan osteoporis:
Pada tahap awal osteomalasia umumnya tidak ada gejala yang muncul. Apabila kondisi osteomalasia semakin parah biasanya penderita mengalami nyeri tulang terutama di bagian punggung bawah hingga kaki di malam hari, melemahnya otot, kram, mati rasa, dan kesemutan di area kaki karena kurangnya vitamin D serta kalsium pada tulang [1].
Osteoporosis umumnya terjadi tanpa gejala. Maka dari itu, osteoporosis sulit diidentifikasi. Namun, osteoporosis biasanya dapat diidentifikasi setelah seseorang mengalami patah tulang.
Setelah mengalami patah tulang biasanya penderita osteoporosis juga nyeri tulang. Selain itu, penderita juga mengalami tinggi badan yang menyusut [1,4].
Tidak hanya penyebab yang berbeda, cara mendiagnosis penyakit osteomalasia dan osteoporosis pun juga berbeda. Berikut cara diagnosis osteomalasia dan osteoporosis:
Cara mendiagnosis osteomalasia adalah dengan cara melakukan foto rontgen, cek kepadatan tulang, adanya peningkatan hormon paratiroid, dan tes darah untuk mengetahui kadar kalsium dan vitamin D dalam darah. Dengan melakukan cara tersebut, dokter dapat mengetahui osteomalasia pada pasien [1,2].
Osteoporosis dapat didiagnosis dengan cara melakukan pemeriksaan rutin, seperti pemeriksaan fisik, riwayat medis yang pernah diderita dan berisiko menyebabkan osteoporosis, menguji kepadatan tulang, dan mengukur kadar kalsium dan vitamin D dalam tubuh. Cara-cara tersebut dapat dilakukan untuk mendiagnosis seseorang mengalami osteoporosis atau tidak [1,2].
Penyakit osteomalasia dan osteoporosis dapat ditangani dengan cara yang berbeda karena penyebab dari kedua penyakit ini juga berbeda. Berikut ini cara menangani osteomalasia dan osteoporosis:
Osteomalasia dapat ditangani dengan cara pemberian suplemen vitamin D, kalsium, dan fosfor selama empat sampai enam minggu kepada penderita. Pemberian vitamin D terkadang juga dilakukan melalui suntikan ke dalam pembuluh darah.
Selain itu, osteomalasia juga dapat diatasi dengan cara mengatur pola makan dan berjemur di bawah sinar matahari agar kebutuhan akan vitamin D dalam tubuh terpenuhi [2,3]
Osteoporosis dapat diatasi dengan cara mengonsumsi kalsium, vitamin D, dan protein yang cukup, rajin olahraga, menghentikan kebiasaan merokok, kurangi konsumsi alkohol, serta mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti bifosfanat dan kalsitonin [1,2].
Penyakit osteomalasia dan osteoporosis sebenarnya dapat dicegah agar kesehatan tulang tetap terjaga. Untuk itu berikut ini cara mencegah osteomalasia dan osteoporosis:
Osteomalasia dapat dicegah dengan cara memperbanyak makan makanan yang mengandung vitamin D, seperti ikan, sereal, susu, putih telur, dan yogurt. Selain itu, konsumsi suplemen yang mengandung vitamin D juga sangat dianjurkan [2].
Osteoporosis dapat dicegah dengan cara menghentikan penggunaan rokok, mengurangi konsumsi alkohol, konsumsi makanan dengan gizi seimbang, mendapatkan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup, dan perbanyak konsumsi buah dan sayur. Apabila diperlukan konsumsi obat yang dapat meningkatkan kekuatan tulang dengan memperhatikan resep dokter juga dianjurkan [2].
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa osteomalasia dan osteoporosis memiliki beberapa kemiripan, diantaranya sebagai berikut:
Namun, meskipun keduanya memiliki beberapa kemiripan tetapi tetap saja osteomalasia dan osteoporosis adalah dua penyakit yang berbeda.
1. Walaa Fikry Elbossaty. Mineralization of Bones in Osteoporosis and Osteomalacia. Vol. 5 No. 4:201. Annals of Clinical and Laboratory Research; 2017.
2. Jaime Herndon, MS, MPH, MFA and Meredith Goodwin, MD, FAAFP. Osteomalacia vs. Osteoporosis: What’s the Difference? healthline; 2021.
3. Mayo Clinic Staff. Osteomalacia. Mayo Clinic; 2020.
4. Mayo Clinic Staff. Osteoporosis. Mayo Clinic; 2021.