Penyakit & Kelainan

Rhinitis Vasomotor : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Rhinitis Vasomotor?

Rhinitis vasomotor merupakan kondisi rhinitis non alergi di mana mukosa hidung mengalami radang sehingga penderita mengalami hidung tersumbat, bersin, serta hidung berair.

Hanya saja berbeda dari kasus rhinitis alergi, rhinitis vasomotor tidak diketahui penyebabnya secara jelas, namun merupakan akibat dari saraf hidung yang terganggu.

Rhinitis vasomotor diketahui tidak berbahaya, namun penderitanya akan merasa tidak nyaman karena gejala-gejalanya.

Tinjauan
Rhinitis vasomotor adalah rhinitis non alergi di mana peradangan menyerang mukosa hidung dan kondisi ini ditandai umumnya dengan kondisi bersin, hidung berair dan/atau hidung tersumbat.

Fakta Tentang Rhinitis Vasomotor

  1. Baik itu rhinitis vasomotor (non-alergi) maupun rhinitis alergi, terdapat sekitar 20% populasi di negara industri yang terpengaruh [1].
  2. Di Amerika, diperkirakan terdapat 14-19 juta jiwa yang mengalami rhinitis vasomotor [1].
  3. Orang-orang dengan rhinitis vasomotor umumnya mengalami gejala pada saat usia antara 30-60 tahun [1].
  4. Diketahui terdapat sekitar 70% kasus rhinitis vasomotor yang dialami oleh wanita dengan rentang usia 50-64 tahun; membuktikan bahwa risiko rhinitis vasomotor pada wanita lebih tinggi dari pria [1].
  5. Terdapat 25% kasus rhinitis vasomotor yang mampu menjadikan penderitanya terbatas dalam memilih tempat tinggal maupun pekerjaan karena dapat memengaruhi serta memperburuk gejala rhinitis vasomotor [1].
  6. Prevalensi rhinitis vasomotor pada populasi dunia diketahui mendekati 320 juta jiwa [2].
  7. Di Indonesia walau terdapat kasus rhinitis vasomotor, data nasional terkait prevalensi lengkap dan detailnya belum tersedia.

Penyebab Rhinitis Vasomotor

Rhinitis vasomotor dapat terjadi ketika pembuluh darah dalam hidung mengalami pembesaran atau pembengkakan.

Hal ini kemudian menjadikan saluran nafas terhambat karena adanya pembengkakan, namun belum diketahui jelas faktor yang menyebabkan pembesaran pembuluh darah tersebut.

Meski begitu, terdapat beberapa faktor yang merupakan peningkat risiko rhinitis vasomotor yang perlu diketahui dan diwaspadai [1,3,4] :

  • Faktor usia, yaitu 20 tahun ke atas.
  • Perubahan cuaca, terutama saat cuaca kering.
  • Faktor jenis kelamin, sebab wanita lebih berpotensi besar mengalami gejala rhinitis vasomotor karena perubahan hormon.
  • Faktor iritan dari lingkungan, seperti bau, parfum, dan asap.
  • Makanan maupun minuman panas.
  • Makanan pedas.
  • Infeksi virus yang berkaitan dengan penyakit flu.
  • Stres (baik fisik maupun emosional)
  • Sindrom kelelahan kronis.
  • Hipotiroidisme
  • Perubahan hormon yang berkaitan dengan kehamilan atau menstruasi.
  • Penggunaan dekongestan semprotan untuk hidung secara berlebihan.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti beta-blockers, obat untuk mengatasi disfungsi ereksi, dan kontrasepsi oral.
Tinjauan
Penyebab rhinitis vasomotor dapat berupa faktor lingkungan, penyakit atau kondisi medis tertentu, perubahan hormon, asupan makanan tertentu, hingga efek penggunaan obat tertentu.

Gejala Rhinitis Vasomotor

Penderita rhinitis vasomotor mengalami gejala yang tidak pasti karena gejala dapat datang dan pergi.

Namun biasanya, gejala-gejala berikut ini adalah yang bertahan lebih lama dan bahkan bisa sampai beberapa minggu [1,5] :

  • Tenggorokan terasa penuh lendir.
  • Hidung berair.
  • Sering bersin.
  • Penurunan fungi penciuman.
  • Hidung tersumbat.

Gejala-gejala tersebut dapat timbul dan terjadi secara konstan bahkan dalam beberapa minggu sehingga jika bertahan lebih lama, penderita sebaiknya memeriksakan diri segera ke dokter.

Namun apabila gejala-gejala rhinitis vasomotor tersebut terjadi, itu artinya penderita tidak akan mengalami beberapa gejala seperti :

  • Tenggorokan gatal
  • Mata gatal dan berair
  • Hidung gatal

Umumnya, ketiga keluhan gejala tersebut adalah yang dialami oleh penderita rhinitis alergi.

Jika timbul tiga keluhan tersebut, hal itu disebabkan oleh reaksi alergi.

Tinjauan
Gejala utama rhinitis vasomotor meliputi tenggorokan terasa penuh lendir, hidung berair, sering bersin, penurunan fungi penciuman, dan hidung tersumbat.

Pemeriksaan Rhinitis Vasomotor

Ketika memeriksakan diri ke dokter, beberapa metode pemeriksaan sebagai berikut akan diterapkan :

  • Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan

Biasanya, dokter akan menanyai pasien mengenai riwayat kesehatan dan gejala yang dialami.

Setelahnya, dokter tak ketinggalan akan memeriksa fisik pasien, khususnya pada daerah hidung [1,5].

Jika dari hasil pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan tidak memberikan cukup informasi untuk menegakkan diagnosa, terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang pasien harus lalui.

Setelah memeriksa fisik, biasanya dokter juga akan merekomendasikan tes alergi [1,6].

Tes alergi ini meliputi tes darah dan tes tusuk kulit yang bertujuan utama sebagai pendeteksi alergi pada tubuh pasien.

Tes ini juga akan membuktikan apakah pasien mengalami rhinitis alergi atau rhinitis vasomotor.

Tes darah juga dilakukan agar dokter dapat mengetahui tingkat kekebalan tubuh pasien dan apakah sistem imun bekerja dengan baik.

  • Endoskopi Hidung

Dokter juga memerlukan hasil pemeriksaan kondisi hidung pasien [1,5,6].

Untuk mengetahui secara detail gambaran mukosa hidung, maka endoskopi hidung perlu ditempuh oleh pasien.

Tes penunjang lainnya yang juga diperlukan pada sebagian kasus pemeriksaan rhinitis vasomotor adalah CT scan [2,5].

Dokter perlu memeriksa daerah sinus menggunakan CT scan supaya dapat mengetahui secara detail apakah gejala yang dialami pasien berhubungan dengan kondisi polip hidung atau sinusitis.

Tinjauan
Dalam mendiagnosa pasien rhinitis vasomotor, umumnya dokter menggunakan metode pemeriksaan fisik, tes alergi, endoskopi hidung, dan CT scan.

Pengobatan Rhinitis Vasomotor

Ketika pasien telah positif didiagnosa rhinitis vasomotor, terdapat dua kemungkinan metode perawatan bagi pasien, yaitu secara mandiri (di rumah) atau perawatan medis.

Melalui Cara Mandiri

Bila gejala tergolong ringan dan dianggap dapat diatasi menggunakan cara sederhana dan mandiri, maka pengobatan dapat dilakukan di rumah dengan menggunakan beberapa obat yang mudah didapat berikut ini :

Obat-obat tersebut dapat dibeli di apotek atau toko obat terdekat dan aman digunakan tanpa resep dokter.

Namun untuk memperoleh hasil terbaik, tentu penderita wajib membaca aturan pakai dan menggunakannya sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Melalui Cara Medis

Ketika gejala rhinitis vasomotor lebih parah, maka penderita perlu ke dokter.

Terdapat dua jenis cara medis yang akan diberikan tergantung kondisi pasien.

Dokter dapat memberikan resep obat-obatan, namun bila obat tidak menunjukkan efektivitasnya, maka dokter akan merekomendasikan prosedur operasi.

1. Obat-obatan

Dokter biasanya memberi resep obat-obatan yang bertujuan bukan untuk menyembuhkan, namun setidaknya dapat meredakan gejala yang dialami.

Obat resep yang umumnya diberikan untuk menangani gejala rhinitis vasomotor antara lain adalah :

Antihistamin dalam bentuk oral bukanlah jenis obat yang bisa diberikan kepada pasien rhinitis vasomotor.

Efektivitas obat golongan ini tergolong rendah dalam mengatasi dan meredakan gejala pasien.

2. Prosedur Operasi

Prosedur operasi akan direkomendasikan oleh dokter hanya jika gejala tak lagi dapat dikendalikan menggunakan obat-obatan [1,4,5,6].

Prosedur operasi juga merupakan solusi bagi pasien rhinitis vasomotor dengan kondisi medis lain, seperti deviasi septum atau polip hidung.

Tinjauan
Penanganan rhinitis vasomotor meliputi dua metode, yaitu metode mandiri (obat tanpa resep dokter) dan secara medis (obat resep dokter atau prosedur operasi bila terdapat penyakit lain yang diderita pasien) tergantung dari tingkat keparahan gejala yang dialami oleh pasien.

Komplikasi Rhinitis Vasomotor

Pada kasus rhinitis vasomotor yang sudah pada tahap kronis dan tidak segera mendapat penanganan, maka hal ini dapat berpengaruh pada kehidupan sehari-hari penderitanya.

Hal ini meningkatkan risiko komplikasi berupa [1] :

  • Penurunan performa belajar maupun bekerja penderita.
  • Kehilangan produktivitas.
  • Pengaruh terhadap kondisi ekonomi.
  • Terbatasnya pilihan pekerjaan dan tempat tinggal karena dapat berpengaruh pada kondisi gejala rhinitis vasomotor penderita.
  • Polip hidung.
  • Batuk kronis.
  • Sleep apnea obstruktif.
  • Disfungsi tabung eustachius.
  • Sakit kepala berulang.

Selain komplikasi dapat terjadi karena kondisi rhinitis vasomotor kronis yang tidak segera memperoleh penanganan, komplikasi juga dapat timbul akibat penanganan medis yang diberikan.

  • Palpitasi atau detak jantung yang semakin cepat.
  • Sering mengantuk.
  • Epistaksis (mimisan) atau kondisi di mana darah keluar dari hidung (darah dapat berasal dari pembuluh darah rongga hidung anterior maupun posterior).
  • Hidung kering.

Pencegahan Rhinitis Vasomotor

Pencegahan untuk rhinitis vasomotor hampir tidak memungkinkan karena penyebabnya secara pasti belum diketahui.

Namun setidaknya dengan mengetahui faktor-faktor yang mampu meningkatkan risikonya, rhinitis vasomotor dapat dicegah.

Menghindari faktor risiko rhinitis vasomotor dan segera menangani ketika gejala awal telah muncul merupakan upaya meminimalisir timbulnya gejala sekaligus mengurangi potensi komplikasi [1,7].

Tinjauan
Menghindari faktor peningkat risiko rhinitis vasomotor merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya gejala rhinitis vasomotor.

1. Preston Leader & Zachary Geiger. Vasomotor Rhinitis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Russell A Settipane. Epidemiology of Vasomotor Rhinitis. World Allergy Organization Journal; 2009.
3. Dejan Tomljenovic, Darko Pinter, & Livije Kalogjera. Perceived stress and severity of chronic rhinosinusitis in allergic and nonallergic patients. Allergy and Asthma Proceedings; 2014.
4. Michael A Kaliner. Classification of Nonallergic Rhinitis Syndromes With a Focus on Vasomotor Rhinitis, Proposed to be Known henceforth as Nonallergic Rhinopathy. World Allergy Organization Journal; 2009.
5. Cyrus H Nozad, L Madison Michael, D Betty Lew, & Christie F Michael. Non-allergic rhinitis: a case report and review. Clinical and Molecular Allergy; 2010.
6. Mark D Scarupa & Michael A Kaliner. Nonallergic Rhinitis, With a Focus on Vasomotor Rhinitis Clinical Importance, Differential Diagnosis, and Effective Treatment Recommendations. World Allergy Organization Journal; 2009.
7. Jonathan A Bernstein. Characteristics of Nonallergic Vasomotor Rhinitis. World Allergy Organization Journal; 2009.

Share