Daftar isi
Sakit perut setelah makan merupakan salah satu ciri-ciri dari perut kembung. Secara umum, perut kembung terjadi pada berbagai kalangan usia. [1,2]
Sakit perut setelah makan dapat menunjukkan gejala penyakit tertentu seperti dispepsia fungsional, irritable bowel syndrome, dan konstipasi fungsional. [3] Ingin tahu lebih lanjut? Mari kita simak ulasan berikut.
Sakit perut setelah makan pertama kali dideskripsikan oleh Alvarez dari Mayo Clinic kata pada tahun 1949. Saat itu, gangguan ini dirasakan oleh seorang pasien wanita yang mengalami masalah psikologis. [2]
Gangguan ini dapat berupa perasaan penuh dan tidak nyaman yang timbul pada perut, rasa sakit dan bersendawa, mual, kram, dan terdengar suara dari dalam perut. [3]
Sakit perut setelah makan dapat disebabkan karena asupan makanan yang masuk ke dalam perut ataupun kondisi saat makan.
Berikut ini adalah beberapa penyebab sakit perut yang timbul setelah makan: [1,2]
Ketika seseorang makan dengan jumlah banyak dalam sekali waktu, perasaan sakit atau penuh pada perut dapat muncul.
Rasa sakit ini tidak benar-benar disebabkan karena peningkatan tekanan pada perut melainkan hanya sensasi saja.
Pada beberapa kasus, sakit perut setelah makan muncul karena mengkonsumsi beberapa makanan tertentu seperti: laktosa, fruktosa, telur, tepung gandum dan gluten.
Intoleransi terhadap laktosa dapat menimbulkan gejala seperti sakit perut dan senyawa ini terdapat di dalam susu. Sedangkan intoleransi fruktosa dapat menyebabkan perut kembung.
Buang angin dan sakit perut adalah salah dua gejala dari alergi telur. Adapun pada orang yang intoleransi terhadap gluten dan gandum mereka akan merasakan beberapa efek terhadap saluran pencernaannya termasuk sakit perut.
Gas yang terdapat di saluran pencernaan adalah hasil dari proses pencernaan yang dibantu oleh bakteri dan juga berasal dari makanan atau minuman yang kita konsumsi.
Contoh dari minuman yang mengandung gas adalah minuman bersoda. Minuman ini mengandung gas karbon dioksida yang dilepaskan ketika mencapai perut.
Contoh dari makanan yang membuat tubuh menghasilkan gas adalah makanan tinggi serat seperti kacang-kacangan, lentil dan beberapa jenis biji-bijian utuh. Selain itu, kol, kembang kol, apel, pir, bawang merah dan putih, brokoli, dan semangka juga makanan yang tinggi serat.
Mengobrol atau berbicara selagi makan membuat kita menelan lebih banyak gas atau udara ke dalam perut. Selain kegiatan ini, ada beberapa kegiatan lain yang juga dapat menimbulkan hal serupa yakni makan terburu-buru, mengkonsumsi permen karet dan minum melalui sedotan.
Gula alkohol merupakan gula yang dipakai sebagai pemanis buatan. Gula ini digunakan sebagai pemanis buatan pada produk minuman bebas gula dan permen karet. Beberapa gula alkohol yakni xylitol, sorbitol dan mannitol.
Gula alkohol aman dikonsumsi. Akan tetapi, jika terlalu banyak mengkonsumsinya akan menimbulkan masalah terhadap saluran cerna. Karena gula ini diuraikan oleh bakteri dalam perut dan melepasnya sebagai gas yang dapat menyebabkan perut kembung ataupun sakit.
Sakit perut setelah makan adalah hal yang umum terjadi. Gangguan ini tidka memandang usia ataupun ras.
Sakit perut setelah makan terjadi sebanyak 15% sampai dengan 30% pada orang Amerika. Sedangkan pada orang Asia terjadi sebanyak 15% sampai dengan 23%. [2]
Walupun begitu, segera hubungi tenaga kesehatan atau dokter jika sakit perut yang Anda rasakan muncul disertai dengan gejala berikut: [1,4]
Sakit perut setelah makan juga dapat mencirikan gejala dari penyakit tertentu seperti Irritable Bowel Syndrome (IBS) — suatu penyakit yang terdiri atas kumpulan gejala akibat iritasi pada saluran cerna, dispepsia fungsional (gangguan kronis pergerakan dan sensori pada saluran cerna bagian atas) dan gangguan fungsional gastrointestinal lainnya. [2]
Sakit perut setelah makan dapat diatasi dengan cara berikut: [1,2]
Banyaknya gas yang terdapat di dalam perut dapat menyebabkan sakit perut setelah makan. Probiotik dapat mengurangi produksi gas yang terjadi di dalam perut.
Dengan berkurangnya produksi gas, diharapkan sakit perut setelah makan juga berkurang pada penderita dengan masalah pencernaan.
Di dalam perut terdapat bakteri yang memproduksi gas. Pertumbuhan berlebihan dari bakteri ini dapat meningkatkan produksi gas di dalam perut yang akan mengakibatkan perut sakit setelah makan.
Pemberian antibiotik didasarkan pada dugaan bahwa perubahan pada bakteri penghasil gas dalam perut memungkinkan berkurangnya produksi gas.
Beberapa suplemen enzim pencernaan dapat digunakan untuk mengurangi sakit perut setelah makan yakni lactase dan beano.
Lactase membantu menguraikan laktosa sehingga berguna bagi orang yang memiliki intoleransi terhadap laktosa.
Beano mengandung enzim alfa galaktosidase yang dapat menguraikan karbohidrat yang tidak mampu dicerna.
Perubahan fungsi otot pada saluran cerna juga dapat menimbulkan sakit perut setelah makan.
Obat-obatan antispasmodik yang berfungsi mengurangi spasme pada otot juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah sakit perut setelah makan.
Salah satu minyak atsiri yaitu peppermint oil dipercaya memiliki fungsi yang sama dengan obat antispasmodik.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tidak hanya mengurangi sakit perut setelah makan, peppermint juga mampu mengurangi bermacam gejala yang dirasakan oleh penderita IBS.
Sakit perut setelah makan umumnya dapat dicegah dengan melakukan perubahan terhadap kebiasaan saat makan ataupun asupan makanan yang dikonsumsi. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah sakit perut setelah makan. [1]
1. Kris Gunnars. 11 Proven Ways to Reduce or Eliminate Bloating. Healthline; 2018.
2. A Young Seo, Nayoung Kim, dan Dong Hyun Oh. Abdominal Bloating: Pathophysiology and Treatment. Journal of Neurogastroenterology and Motility; 2013.
3. Paolo Iovino, Cristina Bucci, Fabrizio Tremolaterra, Antonella Santonicola, Giuseppe Chiarioni. Bloating and Functional Gastro-intestinal Disorders: Where are We and Where are We Going? World Joirnal of Gastroenterology; 2014.
4. Deborah Tolmach Sugerman. Abdominal Bloating. Jamanetwork; 2013.