Ada berbagai penyakit yang ditumbulkan oleh infeksi menular seksual (IMS). Dan salah satunya itu adalah sifilis atau yang disebut juga “raja singa”. Penyakit ini diketahui disebabkan oleh bakteri yang disebut Treponema pallidum, bakteri ini berasal dari hubungan seksual atau kontak langsung dengan cairan darah orang yang terinfeksi penyakit sifilis. [1,3,5]
Daftar isi
Sifilis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri yang disebut Treponema pallidum. Bakteri ini ditularkan melalui aktivitas seksual melalui anal atau oral, vaginal dan juga dapat ditularkan dari ibu hamil yang terinfeksi ke bayi selama kehamilan atau kelahiran. [1, 3, 6]
Gejala awal dapat berupa luka pada alat kelamin, anus, mulut, terjadi ruam dan sakit kepala. Jika tidak diobati, sifilis pada akhirnya dapat memengaruhi otak dan sistem saraf. [5]
Penyakit ini pernah menjadi ancaman kesehatan masyarakat dunia karena ia bisa menimbulkan berbagai komplikasi seperti artritis, kerusakan otak hingga kebutaan. [3]
Menurut CDC, tingkat kasus baru sifilis anjlok pada 1990-an. Pada tahun 2000, penyakit ini mencapai titik terendah sepanjang masa sejak pelaporan dimulai pada tahun 1941. Namun akhirnya terus meningkat hingga hari ini. [3, 4]
Dikatakan bahwa siflis adalah penyakit yang memalukan dan dianggap tercela. Orang akan saling menyalahkan bila diketahui mengidap penyakit tersebut. [5]
Setelah infeksi awal, bakteri sifilis kadang-kadang tidak aktif di tubuh pasien selama beberapa dekade sebelum menjadi aktif kembali. Sifilis dini atau primer mudah disembuhkan cukup dengan suntikan penisilin tunggal. Intinya, sifilis harus diobati sebab tanpa pengobatan, sifilis bisa saja merusak jantung, otak hingga organ tubuh lainnya. [3, 4, 6]
Berikut adalah fakta-fakta yang perlu diketahui tentang penyakit Sifilis: [2, 3, 4, 6]
Walaupun diketahui bahwa sifilis umumnya menular melalui hubungan seksual, oral atau anal namun waspadalah bahwa penyakit ini dapat menular melalui hal-hal lain seperti; darah atau cairan si penderita dan dapat juga menular melalui jarum suntik untuk pembuatan tato ataupun tindik.
Gejela awal sifilis disebut chancre. Yakni luka kecil yang timbul tanpa disadari oleh penderita. Luka-luka tersebut bisa timbul di alat kelamin, mulut, ataupun anus. Umumnya luka-luka tersebut tidak menimbulkan rasa sakit.
Sifilis hanya dapat menyebar melalui kontak langsung dengan penderita sifilis melalui hubungan seksual atau terkena darah dan caiaran penderita. Namun demikian, penyakit ini tidak dapat ditularkan melalui pakaian, sekalipun mengenakan pakaian penderita, tidak melalui peralatan makan yang digunakan bersama dan juga toilet atau kamar mandi (bathroom) umum.
Para dokter mengkategorikan 3 stadium sifilis yakni primer, sekunder, laten atau tersier. Berbagai gejala menentukan setiap tahap. Selama tahap primer dan sekunder, namun kadang-kadang pada tahap awal laten, penyakit ini diketahui dapat menular ke orang lain. Sifilis tersier tidak menular tetapi di ketagori inilah yang memiliki gejala paling parah.
Sifilis diketahui dapat menyebab berbagai penyakit berbahaya apabila dianggap sepeleh dan tidak ditangani dengan baik. Sifilis yang tidak diobati dapat dapat menimbulkan infeksi yang ditandai dengan masalah parah pada jantung, otak, dan saraf. Akibatnya, pasien bisa menjadi lumpuh, buta, tuli, mengalami demensia atau impotensi bahkan hingga mengancam jiwa.
Para dokter kandungan menyarankan supaya para ibu hamil sebaiknya melalukan pemerikasaan untuk sifilis paling banyak sekali selama kehamilan.
Infeksi sifilis pada ibu hamil sangat berbahaya terutama karena bisa terjadi keguguran, bayi sulit bertahan hidup dan biasanya akan menimbullkan kematian bagi ibu (lahir mati).
Pada kasus tertentu bayi yang terinfeksi dapat lahir tanpa gejala namun demikian, bila tidak diobati, maka dalam beberapa minggu kemungkinan bayi mengalami keterlambatan dalam perkembangannya, mengalami kejang atau bahkan meninggal.
Sifilis tidak dapat sembuh apabila tidak diobati. Para dokter biasanya menggunakan obat antibiotik untuk menyembuhkan sifilis pada stadium awal.
Berikut ini beberapa jenis penyakit sifilis yang perlu diketahui: [1, 4, 7]
1. Sifilis Kongenital
Inilah jenis sifilis yang terjadi pada ibu hamil. Jadi, ibu hamil dengan penyakit ini dapat menularkannya ke bayinya pada saat hamil maupun ketika pada waktu persalinan.
Ibu hamil yang tidak terobati, maka bisa mengakibatkan berbagai macam komplikasi seperti keguguran, kematian bayi dalam kandungan, atau bahkan bisa menyebabkan kematian bayi sesudah lahir.
2. Sifilis Neurosifilis
Ini merupakan infeksi yang paling berbahaya karena tidak diobati maka bisa mengancam jiwa. Sifilis neurosifilis merupakan akibat dari sifilis yang tidak diobati.
Infeksi ini dapat menyebar ke otak atau sumsum tulang belakang. Gejalanya berupa sakit kepala, demensia, mati rasa atau bahkan lumpuh dan kematian.
Terdapat 5 bentuk sifilis neurosifilis dengan gejalanya sebagai berikut: [7]
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum, bakteri yang digolongkan ke dalam filum Spirochaets–dari ordo Spirochaetales, famili Spirochaetaceae. [3,4,5]
Namun setidaknya ada tiga spesies lagi yang diketahui menyebabkan timbulnya bakteri treponema manusia seperti Treponema pertenue penyebab frambusia, Treponema carateum penyebab pinta dan Treponema pallidum endemicum yang bertanggung jawab untuk timbulnya penyakit sifilis endemik. [5]
Penyakit ini dimulai dengan luka yang tidak menimbulkan rasa sakit dan biasanya pada alat kelamin, rektum atau mulut pasien. Sifilis menyebar dari orang ke orang melalui kulit atau kontak cairan dengan penderita. [2]
Sifilis dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan luka sifilis di tubuh penderita yang biasanya terjadi selama melakukan aktivitas seksual. Atau kadang-kadang bisa tertular juga melalui cairan darah penderita yang mengenai kulit atau bahkan melalui selaput lendir Anda. [2,3]
Sifilis tidak dapat menyebar melalui dudukan toilet, gagang pintu, kolam renang, bak mandi, pakaian bersama, atau peralatan makan dan dapur. [4,6]
Siapa yang Paling Berisiko Terkena Penyakit Sifilis?
Sifilis bisa dialami oleh siapapun. Namun umumnya diketahui bahwa pria (laki-laki) lebih banyak mengidap penyakit ini. Hal ini disebabkan oleh stigma pergaulan bebas dan kebiasaan gonta-ganti pasangan yang seringkali dipasangkan pada laki-laki. [4, 5, 6]
Namun terlepas stigma tersebut, siapapun dapat terkena sifilis. Terutama mereka yang aktif melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi, mereka yang seringkali berinteraksi dengan pengidap HIV tanpa alat pelindung maksimal dan individu dengan lebih dari satu pasangan seksual. [2, 3, 5]
Sebagaimana disebutkan secara singkat sebelumnya, terdapat 3 stadium sifilis, yakni siflis dini atau primer, sekunder dan laten atau tersier. Masing-masing tahap atau stadium tersebut diyakini memiliki gejalanya masing-masing. Berikut ini uraian singkat 3 stadium penyakit sifilis dan gejalanya masing-masing: [3, 4, 7]
Pasien dengan sifilis primer biasanya mengalami gejala seperti satu atau lebih luka yang disebut chancres. Luka-luka itu biasanya seperti bisul kecil dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Luka-luka itu timbul pada alat kelamin, anus atau rektum atau di dalam atau sekitar mulut pasien di antara 10 dan 90 hari (rata-rata 3 minggu) setelah pasien terpapar penyakit sifilis. Banyak pasien mengabaikan tahap ini dan memang hilang pada beberapa minggu. Namun bahayanya suatu saat akan timbul lagi dan berubah menjadi gejala sekunder.
Pasien dengan sifilis tahap sekunder akan mengalami gejala seperti ruam di telapak tangan dan telapak kaki. Selain itu, timbul lesi lembab seperti kutil di selangkangan, bercak putih di bagian dalam mulut, pembengkakan kelenjar getah bening, demam, rambut rontok, dan penurunan berat badan.
Seperti sifilis primer, gejala sifilis sekunder akan membaik tanpa pengobatan. Tahap sekunder ini timbul biasanya sesudah 6 minggu hingga 6 bulan setelah pasien terpapar gejala sifilis primer.
Pada tahap ini, infeksi sifilis tidak menunjukkan gejala apa pun, tetapi bakteri masih akan tetap ada di tubuh pasien. Pada 12 bulan pertama, pasien dapat menularkan bakteri ini kepada orang lain.
Namun bila sudah melampaui 2 tahun atau lebih pasien tidak lagi menularkan ke orang lain namun bakteri tetap ada pada pasien. Penyakit ini bila tidak diobati bisa mengakibatkan sifilis tersier yang gejalanya lebih parah dan berbahaya.
Jika infeksi tahap primer, sekunder dan laten tidak diobati, infeksi dapat berlanjut ke tahap yang ditandai dengan masalah parah pada jantung, otak, dan saraf. Tahap inilah disebut silfilis tersier. Pada tahap ini, pasien bisa saja lumpuh, buta, atau tuli, demensia, impotensi bahkan hingga pada kematian.
Kapan Harus Ke Dokter?
Walaupun gejalanya muncul-hilang, penyakit sifilis tidak dapat sembuh secara total apabila tidak diobati sampai tuntas. Maka sangat penting untuk diketahui bila Anda mengalami tanda-tanda timbulnya penyakit sifilis berupa bisul di alat kelamin, anus, ataupun mulut, atau terjadi ruam disekitar are alat vital dan selangkangan serta keluarnya ciaran yang tidak biasa sebaiknya dengan segera mungkin memeriksakan diri ke dokter. [3,4,6]
Penyakit Sifilis bisa memuculkan berbagai macam komplikasi bila Anda tidak mencegahnya dengan pengobatan yang tepat. Berikut beberapa komplikasi yang barangkali bisa terjadi akibat dari penyakit sifilis yang tidak diobati; [2,3,4,6]
Apabila Anda telah merasakan tanda-tanda timbulnya penyakit sifilis berupa bisul di alat kelamin, anus, mulut, atau terjadi ruam disekitar area alat vital dan selangkangan dan telah memeriksakan diri ke dokter, umumnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan tentang riwayat seksual Anda sebelum melakukan tes klinis untuk memastikan adanya sifilis; [2,3,6]
Beberapa tes atau diagnosa sifilis meliputi beberapa tahap berikut ini;
Jika hendak mengikuti tes diagnosis sifilis, pasien perlu memberitahukan informasti tes ini kepada pasangannya. Dalam beberapa kasus, pasangan juga harus menjalani pengujian sifilis. [3]
Kapan Perlu Melakukan Pengujian?
Banyak orang menyepelehkan gejala sifilis. Memang karena orang-orang yang mengidap IMS tidak akan menyadarinya. Oleh karena itu, sebaiknya bicarakan dengan dokter atau minta tes dalam situasi berikut: [3,4,6]
Perlu diketahui bahwa sifilis dapat disembuhkan. Asalkan Anda harus menjalani pemeriksaan dan pengobatan yang tepat. Pengobatan sifilis biasanya berdasarkan tingkat atau tahap keparahan, yakni sifilis primer, sifilis sekunder dan sifilis tersier. [3,4]
Untuk Sifilis primer dan sekunder dokter biasanya cukup memberikan penisilin. Penisilin adalah salah satu antibiotik yang paling banyak digunakan dan biasanya efektif dalam mengobati sifilis. Pasien yang alergi terhadap penisilin kemungkinan akan diobati dengan antibiotik yang berbeda, seperti doksisiklin, azitromisin, ceftriaxone dan lain-lain. [3,4]
Apabila pasien sedang hamil dan alergi terhadap penesilin maka kemungkinan besar dokter akan meminta pasien untuk menjalani proses yang disebut desensitisasi–hal ini dilakukan agar pasien dapat meminum obat dengan aman. [3]
Untuk kasus neurosifilis, pasien biasanya akan mendapatkan penisilin dosis harian secara intravena. Pasien akan diminta untuk menjalani rawat inap di rumah sakit. Sayangnya, kerusakan akibat sifilis lanjut tidak dapat diatasi. Bakteri dapat dimatikan, tetapi pengobatan kemungkinan besar akan berfokus pada mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan. [4]
Beberapa jam setelah pengobatan khususnya yang baru menjalani pengobatan sifilis, pasien barangkali akan mengalami sedikit reaksi pada sistem kekebalan tubuh yang disebut reaksi Jarisch-Herxheimer. Reaksi yang timbul bisa saja demam disertai menggigil, sakit kepala, sakit perut, ruam nyeri sendi dan otot. Masalah ini biasanya hilang dalam waktu 24 jam. [3]
Pengobatan sifilis tersier dimulai dengan tahap persiapan dalam bentuk eritromisin atau tetrasiklin selama kurung waktu 2 minggu. Biasanya sebelum memulai pengobatan, para dokter akan mewajibkan para pasien untuk menjalani tes HIV dan pemeriksaan CSF agar dapat membantu dokter memberikan pengobatan yang tepat kepada pasien. [8]
Selama perawatan, pastikan untuk menghindari aktivitas seksual atau melakukan kontak langsung dengan pasangan hidup sampai semua luka di tubuh benar-benar sembuh atau sampai dokter menginformasikan kepada Anda untuk melakukannya kembali. Biasanya pasangan pasien akan diminta juga untuk melakukan pemeriksaan dan perawatan. [4]
Cara terbaik untuk mencegah sifilis adalah dengan mempraktikkan aktivitas seksual yang aman. Dalam hal ini gunakanlah kondom atau alat kontrasepsi yang aman selama melakukan semua jenis kontak seksual. Selain itu, beberapa hal berikut barangkali perlu diperhatikan; [3,4,6]
1. Anonim. Syphilis. Public Health Ontario. 2020.
2. Anonim. Syphilis. Mayo Clinic. 2020.
3. Reviewed by Hansa D. Bhargava, MD. Syphilis. Webmd. 2020.
4. Lori Smith, BSN, MSN, CRNP. Medically reviewed by Jill Seladi-Schulman, Ph.D. What to know about syphilis. Medical News Today. 2019.
5. M Tampa, I Sarbu, C Matei, V Benea, and SR Georgescu. Brief History of Syphilis. Journal of Medicine and Life. 2014.
6. Shannon Johnson. Medically reviewed by Suzanne Falck, M.D., FACP. Syphilis. Healthline. 2019.
7. Teresa Bergen. Neurosyphilis. Healthline. 2018.
8. Anonim. Syphilis Treatment Protocol. Department of Health. 2019.