8 Gejala Penyakit Sifilis dan Cara Pencegahannya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Sipilis adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis dapat ditularkan antara pasangan selama hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi. Penyakit ini dapat menginfeksi area genital, bibir, mulut [1,2,3].

Penyakit sifilis juga dapat ditularkan dari ibu hamil yang terinfeksi ke bayi yang dikandung selama masa kehamilan dari plasenta ke bayi. Ibu hamil yang terkena sifilis dapat keguguran, menyebabkan bayi lahir dengan berat lahir rendah, berpotensi melahirkan bayi lebih dini atau bayi lahir dalam keadaan meninggal.

Bayi yang terinfeksi sifilis jika tidak segera diobati dapat mengalami masalah serius dalam beberapa minggu, seperti katarak, tuli, kejang dan kematian [1,4]. Sifilis dibagi menjadi beberapa stadium, meliputi primer, sekunder, laten, dan tersier.

  • Sifilis Primer

Tahap pertama sifilis biasanya terjadi 10 hari hingga 3 bulan setelah terpapar. Luka menjadi tanda dan gejala pada tahap ini. Luka dapat sembuh meski dengan atau tanpa pengobatan. Jika tidak diobati, sifilis berkembang ke tahap sifilis sekunder [1,2]

  • Sifilis Sekunder

Sifilis primer yang tidak diobati akan menyebar ke dalam darah. Sifilis sekunder muncul 2 sampai 8 minggu setelah hilangnya ulkus tanpa nyeri.[1,2].

  • Sifilis Laten

Tidak terdapat tanda atau gejala yang terlihat pada tahap laten. Jika orang dengan sifilis tidak menerima pengobatan, maka dapat terus menderita sifilis di tubuh selama bertahun-tahun tanpa tanda atau gejala apapun. Infeksi pada tahap ini hanya dapat dideteksi melalui pengujian serologis [1,2].

  • Sifilis Tersier

Kebanyakan orang dengan sifilis yang tidak diobati, tidak berkembang menjadi sifilis tersier. Namun ketika sifilis tersier terjadi dapat mempengaruhi banyak sistem organ tubuh yang berbeda. Sifilis tersier dikaitkan dengan masalah medis yang parah. Seorang dokter biasanya dapat mendiagnosis sifilis tersier dengan bantuan beberapa tes.

Sifilis tersier dapat mempengaruhi jantung, otak, dan organ tubuh lainnya. Sifilis tersier akan terjadi 10 hingga 30 tahun setelah terpapar infeksi bakteri. Pada sifilis tersier, penyakit ini dapat merusak organ dalam dan dapat menyebabkan kematian [1]. Berikut ini beberapa gejala penyakit sifilis :

1. Luka

Seseorang dengan sifilis primer umumnya memiliki luka di tempat asal terinfeksi. Luka dapat terbentuk satu atau beberapa luka. Luka ini biasanya terjadi pada atau sekitar alat kelamin, di sekitar anus atau di rektum, di dalam atau sekitar mulut. Luka ini biasanya keras, bulat, dan tidak nyeri[1].

Luka tidak menimbulkan rasa sakit sehingga luput dari perhatian. Luka biasanya terjadi selama 3 sampai 6 minggu dan sembuh. Terlepas dari seseorang mendapatkan pengobatan atau tidak, luka akan sembuh. Setelah luka hilang, seorang dengan sifilis harus tetap menerima perawatan untuk menghentikan infeksi naik ke tahap sekunder [5].

2. Ruam kulit dan lesi selaput lendir

Lesi selaput lendir adalah luka di mulut vagina atau anus. Tahap ini dimulai dengan ruam pada satu area atau lebih yang muncul setelah luka sifilis sembuh. Ruam dapat terlihat seperti bintik-bintik kasar, merah atau coklat kemerahan di telapak tangan atau telapak kaki. Ruam biasanya tidak gatal dan terkadang sangat samar sehingga tidak disadari. Gejala pada tahap ini akan hilang terlepas menerima perawatan ataupun tidak menerima [1].

3. Pembengkakan Kelenjar Getah Bening

Pembengkakan kelenjar getah bening sebagai lanjutan dari ruam. Gejala ini muncul karena terjadi peradangan dalam tubuh. Pembengkakan dapat muncul di ketiak atau paha. Pertumbuhan mulitple kelenjar getah bening juga dapat terjadi di leher kanan atas [2]

4. Gejala Seperti Flu

Gejala mirip dengan flu dirasakan pada sifilis sekunder. Gejalanya meliputi demam tinggi, sakit kepala, kelelahan dan nyeri sendi. Demam terjadi ketika tubuh terlah terinfeksi oleh bakteri. Seorang yang terinfeksi bakteri juga cenderung merasakan sakit kepala dan juga tidak enak badan. Namun kelelahan yang dirasakan sangat terasa, sehingga membuat kelemahan pada tubuh [1, 4].

5. Rambut Rontok dan Penurunan Berat Badan

Kadang-kadang sifilis sekunder memunculkan gejala rambut rontok. Kerontokan rambut terjadi secara merata. Frekuensi kerontokan rambut pada sifilis sekunder berkisar antara 2, 9 hingga 7 persen. Pada sebuah kasus orang dengan sifilis yang mengalami kerontokan , penisilin benzatin G yang diberikan melalui injeksi intramuskular dapat membantu pertumbuhan kembali rambut [4, 6].

7. Masalah Jantung

Masalah jantung terjadi ketika bakteri telah berkembang biak menuju berbagai organ seperti jantung dan otak. Kardiovaskular dapat terjadi 10 hingga 40 tahun setelah terpapar infeksi. Masalah jantung sudah mulai terlihat dengan kisaran 10 persen pada tahap sifilis tersier [1, 7].

8. Gejala Neurosifilis dan Sifilis Okular

Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebar ke otak dan sistem saraf (neurosifilis). Penyebaran sifilis juga dapat terjadi ke mata (sifilis okular). Neurosifilis dan sifilis okular dapat terjadi pada salah satu tahap penyakit sifilis. Gejala neurosifilis meliputi sakit kepala parah, kesulitan mengkoordinasikan gerakan otot, kelumpuhan, mati rasa, dan demensia. Sementara gejala sifilis okular meliputi perubahan penglihatan dan kebutaan.

Cara Mengurangi Resiko Terkena Sifilis

Setiap orang yang aktif secara seksual bisa mendapatkan sifilis melalui hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi. Saling terbuka dan jujur tentang kondisi kesehatan pada pasangan dapat menghindarkan diri dan orang lain dari penularan penyakit menular seksual. Satu-satunya cara untuk menghindari PMS adalah tidak melakukan hubungan seksual vaginal, anal dan oral dengan orang yang terkena penyakit sifilis [1,2].

Berikut beberapa langkah untuk menurunkan kemungkinan terkena sifilis [1]:

  • Memilih hubungan monogami
  • Memeriksakan diri untuk tes sifilis agar dapat memastikan tidak menderita sifilis
  • Menggunakan pelindung seperti kondom lateks dengan cara yang benar setiap berhubungan seksual atau kondom poliuretan.
  • Wanita hamil harus diuji untuk sifilis pada pemeriksaan kehamilan.

Pengobatan Penyakit Sifilis

Sifilis dianggap sebagai penyakit menular seksual karena sebagian besar kasus sifilis ditularkan melalui kontak vagina, anogenital, dan orogenital. Infeksi jarang ditularkan melalui kontak non-seksual, seperti kontak kulit ke kulit atau melalui transfusi darah [1, 2].

Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi yang sangat serius jika tidak diobati. Luka yang disebabkan oleh sifilis membuat seseorang lebih mudah tertular atau menularkan HIV saat berhubungan seksual. Dengan perawatan yang tepat penyakit sifilis dapat disembuhkan [2].

Pengobatan tergantung pada tahap atau stadium dari penyakit sifilis. Penyakit sifilis yang dideteksi dini dapat disembuhkan dengan antibiotik yang tepat dari dokter. Sifilis primer, sekunder atau laten awal (kurang dari setahun) dapat diobati dengan penisilin benzatin. Ketika menerima pengobatan, bakteri yang sekarat dapat menyebabkan reaksi meliputi sakit kepala, nyeri otot, demam, takikardia dan malaise [1,2].

Namun pengobatan mungkin tidak memperbaiki kerusakan yang telah terjadi akibat infeksi. Sembuh dari sifilis bukan berarti mencegah dari terinfeksi lagi. Bahkan setelah diobati, seorang masih bisa terinfeksi kembali. Setelah sembuh dari sifilis, seorang harus kembali untuk menjalani beberapa kali tes darah untuk menunjukkan jika antibiotik telah membunuh semua bakteri [1, 3, 5].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment