Daftar isi
Sklerosis konsentris balo atau juga disebut dengan penyakit Balo (Balo disease) merupakan jenis penyakit multiple sclerosis progresif yang lebih langka [1,2,3,4,6,7].
Nama lain untuk kondisi ini antara lain adalah leukoencephalitis periaxialis concentric dan encephalitis periaxialis concentrica [2].
Jika multiple sclerosis merupakan sebuah kondisi di mana jaringan pada otak dan tulang belakang mengalami kerusakan sehingga menyebabkan peradangan, maka pada sklerosis konsentris Balo tidak hanya jaringan saja yang akan rusak, tapi juga dapat menimbulkan lesi pada otak dan tulang belakang yang cukup besar [1,2,3,4,6,7].
Multiple sclerosis juga sebenarnya dapat menyebabkan munculnya lesi, namun lesi pada kondisi ini lebih kecil dan cenderung lebih berbentuk seperti bintik. Sementara itu, lesi pada kasus sklerosis konsentris Balo jauh lebih besar [1,2,3,4,6,7].
Tinjauan Sklerosis Konsentris Balo atau Penyakit Balo adalah sejenis multiple sclerosis namun tergolong sangat langka dengan kondisi utama kerusakan jaringan serta kemunculan lesi pada tulang belakang serta otak yang berukuran besar.
Penyebab multiple sclerosis sendiri belum diketahui, begitu pula dengan jenis multiple sclerosis seperti sklerosis konsentris Balo.
Namun dari hasil sejumlah studi, faktor autoimun menjadi dugaan kuat penyebab penyakit Balo ini [1,4].
Gangguan autoimun sendiri merupakan sebuah kondisi ketika sistem imun secara salah menyerang sel-sel tubuh yang sehat tanpa alasan sehingga peradangan terjadi sebagai akibatnya [1,4].
Meski tidak diketahui jelas hingga kini penyebab pasti dari sklerosis konsentris Balo, beberapa faktor peningkat risiko penyakit ini adalah [1,2,4] :
Tinjauan Belum diketahui pasti penyebab sklerosis konsentris Balo, namun faktor penyakit autoimun diketahui mampu menjadi peningkat risiko penyakit ini. Faktor jenis kelamin, ras, usia, dan infeksi pun turut menjadi faktor risiko.
Sklerosis konsentris Balo menimbulkan gejala-gejala yang mirip dengan gejala multiple sclerosis, yakni meliputi [1,2,6] :
Gejala-gejala yang timbul pada penderita sklerosis konsentris Balo tergantung dari area otak yang terpengaruh [1,2,6].
Gejala yang dialami penderita pun kemungkinan berhubungan dengan gangguan intelektual atau keabnormalan fisiologis apabila ada [1,2,6].
Kelainan fisiologis ini meliputi beberapa jenis gangguan fungsi organ, seperti diabetes, glaukoma, asma, dan lainnya [1].
Gejala awal biasanya meliputi paralisis dan kejang pada otot, yakni gejala-gejala yang diderita oleh penderita multiple sclerosis pada umumnya [1].
Namun karena penyakit ini bersifat progresif, gejala-gejala lain yang lebih buruk akan timbul ketika penyakit ini terus berkembang [1,6].
Tinjauan Gejala sklerosis konsentris Balo meliputi gangguan dan kelemahan otot, sakit kepala, gangguan konsentrasi, hingga gangguan bicara dan perubahan perilaku.
Ketika gejala berupa paralisis, kelemahan atau kejang pada otot terjadi berulang, maka tak ada salahnya memeriksakan diri segera ke dokter spesialis saraf.
Penyakit Balo paling tepat didiagnosa oleh dokter ahli saraf dengan menerapkan sejumlah metode pemeriksaan sebagai berikut :
Seperti ketika memeriksa jenis penyakit lain, dokter perlu memastikan gejala fisik apa saja yang terjadi pada pasien melalui pemeriksaan fisik [1,7].
Dokter pada metode ini akan meminta pasien bergerak untuk mengetahui seberapa baik gerakan tubuh pasien dan memastikan adanya kelemahan otot atau paralisis pada pasien [1,7].
Melalui pemeriksaan fisik, dokter juga dapat mengetahui apakah pasien mengalami gangguan kognitif, gangguan ingatan, serta gangguan bicara [1,7].
Dokter di saat yang sama juga akan bertanya mengenai riwayat medis pasien maupun keluarga pasien untuk menegakkan diagnosa walaupun pemeriksaan ini masih perlu didukung dengan tes-tes penunjang lain [1,7].
Walau belum diketahui jelas apakah penyakit infeksi benar-benar mampu menyebabkan sklerosis konsentris Balo, dokter tetap akan meminta pasien menjalani tes darah [1,8].
Dari tes darah, dokter dapat memastikan apakah pasien sedang mengalami infeksi yang berakibat pada timbulnya sklerosis konsentris Balo [1,8].
Dokter biasanya akan menganjurkan pasien menempuh tes pemindakan seperti MRI otak untuk memeriksa area otak yang terpengaruh, begitu pula dengan tulang belakang [1,4,6,7,8].
Dari hasil MRI akan dapat diketahui keberadaan lesi berikut lokasi tepatnya [1,4,6,7,8].
Lumbal pungsi atau lumbar puncture adalah prosedur pemeriksaan lainnya yang dokter akan terapkan untuk memastikan ada tidaknya kelainan pada otak maupun tulang belakang [4].
Lumbal pungsi adalah prosedur pengambilan sampel cairan otak/serebrospinal dan cairan tulang belakang melalui penggunaan jarum yang ditusukkan ke punggung bawah pasien (tepat pada celah tulang belakang) [4].
Evoked Potential Test atau tes EP merupakan uji diagnostik yang bertujuan utama mengetahui ukuran aktivitas elektrik otak [1].
Tes ini juga dikenal dengan sebutan tes pembangkit potensi otak dengan mengirim rangsangan sensorik sehingga dapat diketahui seberapa baik sinyak saraf pasien [1,9].
Tes ini banyak digunakan dalam mendiagnosa multiple sclerosis karena aman dan akurat [1,9].
Ketika respon saraf pasien lebih lambat, baik itu pendengaran maupun penglihatan, maka dokter akan menyatakan bahwa kondisi saraf tidak normal [9].
Namun ketika antara pemberian rangsangan dan respon saraf pasien menunjukkan angka normal, ini menandakan bahwa kondisi saraf pasien normal [9].
Pada tes EP, dokter menggunakan tambalan kecil yang dipasang pada kulit kepala pasien [9].
Alat ini memiliki kabel yang terhubung pada mesin pengukur aktivitas listrik otak [9].
Alat ini membantu dokter dalam memantau, merasakan dan mendengar aktivitas otak pasien saat dikirim rangsangan [9].
Tinjauan Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes darah, MRI otak, lumbal pungsi, dan tes EP merupakan metode-metode diagnosa untuk sklerosis konsentris Balo.
Hingga kini belum ada cara maupun obat yang berhasil menyembuhkan sklerosis konsentris Balo.
Namun secara umum, dokter memberikan obat yang biasanya digunakan dalam mengatasi multiple sclerosis.
Pengobatan yang pasien dapatkan pun bertujuan untuk meredakan gejala, seperti berikut :
Kortikosteroid adalah jenis obat utama yang dokter resepkan untuk mengatasi gejala pasien sklerosis konsentris Balo [1,2,6,7,8].
Tingkat efektivitas kortikosteroid dalam mengendalikan pembengkakan yang terjadi pada jaringan tulang belakang maupun otak pun terbukti baik [1,2,6,7,8].
Steroid dalam dosis tinggi pernah digunakan untuk mengobati penderita sklerosis konsentris Balo [1].
Pengobatan dengan cara ini tergolong membuahkan hasil positif karena gejala-gejala neurologis pasien kemudian dapat mereda dan benar-benar sembuh [1].
Dari hasil MRI scan pada otak pasien tersebut usai menggunakan obat steroid didapati bahwa lesi yang awalnya cukup besar pada otak menyusut hanya dalam beberapa bulan [1].
Bukti ini menjadi salah satu alasan mengapa obat steroid menjadi solusi bagi penderita sklerosis konsentris Balo [1].
Relaksan otot menjadi obat lainnya yang umumnya diresepkan oleh dokter sebagai solusi bagi kelemahan, kejang dan ketegangan otot [1].
Otot yang terasa nyeri pun dapat mereda ketika pasien menggunakan relaksan otot, terutama bagi otot kaki [1].
Selain dari dua obat tersebut, dokter akan meresepkan obat-obatan lain sesuai dengan gejala yang dialami pasien.
Jika pasien mengalami kecemasan atau depresi, maka kemungkinan dokter akan berikan anticemas dan antidepresan yang aman [1,10].
Begitu pula untuk pasien dengan gangguan kemih, gangguan tidur, maupun kelelahan, dokter akan memberi obat sesuai dengan masing-masing keluhan tersebut [1,10].
Karena kelemahan otot dialami oleh pasien, maka kemungkinan dokter akan menganjurkan pasien mengikuti terapi okupasi dan terapi fisik [1].
Terapi okupasi mampu meningkatkan gerakan tubuh yang semula terbatas karena gangguan saraf [1].
Biasanya, pasien selama terapi ini memerlukan alat bantu untuk dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan normal [1].
Sementara itu, terapi fisik sangat diperlukan agar otot menjadi lebih rileks dan kuat melalui serangkaian latihan fisik agar kaki tidak lagi bermasalah maupun lemah [1].
Bagaimana prognosis sklerosis konsentris Balo?
Pada beberapa penelitian, penyakit Balo terbukti memiliki prognosis cukup baik dilihat dari kasus-kasusnya yang tidak berbahaya dan pengobatan dengan tingkat keberhasilan tinggi [1,2].
Bahkan usai menjalani perawatan, gejala-gejala sklerosis konsentris Balo tidak kembali timbul [1,2].
Prognosis sklerosis konsentris Balo tergolong positif walaupun pengobatan yang harus pasien jalani cukup lama untuk bisa mendapatkan hasil terbaik [1,2].
Tinjauan Sklerosis konsentris Balo umumnya ditangani dengan obat kortikosteroid, relaksan otot, dan terapi fisik. Namun jika diperlukan, dokter akan memberi resep untuk mengatasi gejala-gejala lain yang dialami pasien.
Terlambat atau tidak tepatnya penanganan mampu meningkatkan risiko keterbatasan gerak penderita sklerosis konsentris Balo.
Beberapa kondisi yang perlu diwaspadai karena gejala-gejala memburuk antara lain [1,2,6,7,8,11] :
Penanganan secepatnya dapat meningkatkan prognosis yang baik dan jika sampai terabaikan maka kondisi ini mampu berakibat pada kelumpuhan hingga kematian.
Belum diketahui cara pencegahan sklerosis konsentris Balo sebab penyebabnya belum diketahui pasti.
Namun dengan memeriksakan gejala yang timbul sejak dini, dokter akan membantu pasien dalam memulihkan diri dengan penanganan-penanganan medis yang terbaik.
Tinjauan Tidak ada pencegahan untuk sklerosis konsentris Balo, namun pemeriksaan dan penanganan dini akan sangat membantu dalam meminimalisir risiko komplikasi penyakit ini.
1. Lana Barhum & Nicholas R. Metrus, MD. An Overview of Balo Disease. Verywell Health; 2020.
2. National Organization for Rare Disorders (NORD). Balo Disease. National Organization for Rare Disorders (NORD); 2021.
3. Amit Nandan D Dwivedi, Vaibhava Srivastava, Anubhav Thukral & Kamlakar Tripathi. A rare case of Balo concentric sclerosis showing unusual clinical improvement and response with oral prednisolone. International Journal of Applied Basic Medical Research; 2012.
4. S. Jarius, C. Würthwein, J. R. Behrens, J. Wanner, J. Haas, F. Paul, & B. Wildemann. Baló’s concentric sclerosis is immunologically distinct from multiple sclerosis: results from retrospective analysis of almost 150 lumbar punctures. Journal of Neuroinflammation; 2018.
5. Ellen M Mowry, John H Woo, & Beau M Ances. Baló's concentric sclerosis presenting as a stroke-like syndrome. Nature Clinical Practice Neurology; 2007.
6. Özgür Ertuğrul, Esra Çiçekçi, Mehmet Cudi Tuncer, & Mehmet Ufuk Aluçlu. Balo’s concentric sclerosis in a patient with spontaneous remission based on magnetic resonance imaging: A case report and review of literature. World Journal of Clinical Cases; 2018.
7. Maxine Darke, Farshad M Bahador, Douglas C Miller, Norman S Litofsky, & Humera Ahsan. Baló’s concentric sclerosis: imaging findings and pathological correlation. Journal of Radiology Case Reports; 2013.
8. Lidia Stork, David Ellenberger, Klemens Ruprecht, Markus Reindl, Tim Beißbarth, Tim Friede, Tania Kümpfel, Lisa A. Gerdes, Mareike Gloth, Thomas Liman, Friedemann Paul, Wolfgang Brück, & Imke Metz. Antibody signatures in patients with histopathologically defined multiple sclerosis patterns. Acta Neuropathologica; 2020.
9. Trond Sand, Marie Bu Kvaløy, Tony Wader, & Harald Hovdal. Evoked potential tests in clinical diagnosis. Tidsskrift for Den norske legeforening; 2013.
10. Trond Sand, Marie Bu Kvaløy, Tony Wader, & Harald Hovdal. Cannabidiol and Other Cannabinoids in Demyelinating Diseases. International Journal of Molecular Sciences; 2021.
11. Esther Sánchez & Aliaga Frederik Barkhof. Chapter 13 - MRI mimics of multiple sclerosis. Handbook of Clinical Neurology; 2014.