Daftar isi
Terapi fotodinamik adalah salah satu metode untuk mengobati beberapa jenis kanker dengan menggunakan kombinasi antara sumber energi cahaya dan obat-obat sensitif cahaya (photosensitizer) [1,2,3,4,5,6].
Terapi fotodinamik mampu membasmi sel-sel abnormal yang berpotensi berkembang menjadi kanker [1,2,3,4,5,6].
Namun tidak hanya kanker, sejumlah penyakit non-kanker lain juga dapat diatasi dengan menempuh terapi fotodinamik [1,2,3,4,5,6].
Siapa saja yang tidak diperbolehkan menempuh terapi fotodinamik?
Terapi fotodinamik tidak untuk semua orang dan sekalipun memiliki kondisi medis yang dapat ditangani dengan metode ini, beberapa pasien dengan kriteria ini sebaiknya tidak menjalani terapi [5] :
Dokter biasanya akan meminta pasien mengikuti persiapan sebelum menjalani terapi fotodinamik dengan benar; persiapan yang dimaksud adalah [1,2,3,4,5] :
Terapi fotodinamik adalah prosedur pengobatan yang tak mengharuskan pasien menjalani rawat inap di rumah sakit setelah selesai [1].
Pada terapi ini pun dokter biasanya tidak memberikan anestesi atau obat bius kepada pasien, kecuali jika bagian dalam tubuh pasien yang akan ditangani [1].
Berikut ini adalah beberapa langkah dalam penerapan proses terapi fotodinamik [1,2,3,4,5] :
Terapi fotodinamik adalah metode pengobatan yang paling umum digunakan menangani kanker, namun selain itu beberapa penyakit tertentu lain juga bisa diatasi dengan teknik ini.
Berikut ini adalah manfaat dari penggunaan terapi fotodinamik untuk beberapa kondisi medis.
1. Mengatasi Kanker Kulit
Kanker kulit adalah jenis kanker yang paling sering diobati dengan menggunakan teknik terapi fotodinamik karena kulit adalah bagian tubuh yang paling mudah terkena paparan cahaya [1,2,3,4].
Kanker kulit merupakan kondisi saat jaringan kulit ditumbuhi sel-sel abnormal yang bisa bersifat ganas [7].
Kulit yang diserang kanker biasanya menimbulkan beberapa gejala, seperti [7] :
Penderita kanker kulit biasanya mengalami perubahan warna dan ukuran benjolan/bercak/tahi lalat [7].
Atau, penderita kanker kulit dapat pula ditandai dengan luka yang timbul di permukaan kulit dan tak kunjung sembuh [7].
Pada kasus kanker kulit ini, dokter akan lebih dulu menerapkan obat sensitif cahaya ke bagian kulit area kanker sebelum kemudian memaparkan sinar laser dengan panjang gelombang cahaya yang spesifik [7].
Sel-sel kanker yang yang bahkan sedang tumbuh dapat dihambat dengan efektivitas sinar ini [7].
2. Mengatasi Kanker Paru Sel Kecil
Kanker paru-paru sel kecil adalah jenis kanker paru yang bersifat agresif karena pertumbuhan dan penyebaran sel kankernya yang pesat [8].
Belum diketahui pasti apa yang menyebabkan kanker paru-paru sel kecil terjadi, namun merokok, paparan zat kimia berbahaya, dan riwayat keluarga pengidap kanker yang sama memperbesar peluang seseorang mengalami kanker paru sel kecil [8].
Hingga kanker sudah pada stadium lanjut, baru kemudian gejala lebih dirasakan, yakni seperti [8] :
Selain operasi, kemoterapi dan radioterapi, pasien kemungkinan dapat menemph terapi fotodinamik yang bisa dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter [1,2,3,4,8].
3. Mengatasi Kanker Tenggorokan
Kanker tenggorokan atau kerongkongan adalah kondisi ketika kanker tumbuh dan menyebar pada jaringan tenggorokan dan sekitarnya [9].
Mutasi gen pada sel yang ada di tenggorokan menjadi sebab kanker ini terjadi [9].
Sementara itu, gaya hidup tidak sehat seperti merokok, jarang konsumsi sayur dan buah, serta kecanduan alkohol menjadi pemicu dan faktor yang memperburuk kanker [9].
Gejala yang bisa diwaspadai dari kanker tenggorokan adalah sakit tenggorokan, kesulitan menelan, dan perubahan suara yang menjadi lebih serak [9].
4. Mengatasi Kanker Saluran Empedu
Kanker saluran empedu atau disebut juga dengan istilah cholangiocarcinoma adalah sel kanker yang tumbuh di saluran empedu dan menyebar ke jaringan sekitarnya [10].
Orang-orang yang mengalami penyakit liver, kelainan saluran empedu dan berusia 50 tahun ke atas lebih berisiko menderita kanker ini [10].
Umumnya di awal kanker ini tak menyebabkan gejala apapun, namun saat semakin menyebar, gejala yang timbul akan berupa penyakit kuning, demam, berat badan turun, dan sakit perut yang menjalar hingga punggung [10].
5. Mengatasi Kanker Pankreas
Kanker pankreas adalah pertumbuhan dan perkembangan sel kanker pada jaringan pankreas yang lebih berisiko terjadi pada orang-orang dengan usia lebih dari 50 tahun [11].
Kanker stadium awal tidak menimbulkan gejala, namun seiring penyebaran kanker yang semakin luas, beberapa gejala akan dirasakan penderita [11].
Kelelahan, perubahan warna urine dan feses, sembelit/diare, perut sering kembung hingga penyakit kuning dan penurunan berat badan perlu diwaspadai sebagai gejala kanker pankreas [11].
6. Mengobati Gastritis
Gastritis merupakan penyakit yang ditandai dengan nyeri ulu hati dan terjadinya kondisi ini adalah sebagai akibat radang dinding lambung [12].
Gastritis pun dapat berawal dari gaya hidup yang kurang sehat, seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, hingga terlalu sering makan makanan bergaram tinggi atau berlemak tinggi [12].
Selain nyeri ulu hati, biasanya gastritis menyebabkan perut kembung, merasa cepat kenyang, mual, muntah, tidak nafsu makan hingga berat badan turun dan muntah darah [12].
7. Mengobati Sinusitis Akut dan Kronis
Sinusitis merupakan kondisi peradangan yang menyerang dinding sinus di mana penyakit ini terdiri dari dua jenis, yakni akut dan kronis [13].
Sinusitis akut biasanya terjadi secara lebih singkat, yakni sekitar 2-4 minggu, sedangkan sinusitis kronis adalah sinusitis yang bisa sampai berbulan-bulan [13].
Alergi atau infeksi virus kerap menjadi sebab utama sinusitis dan gejala yang timbul seringkali dianggap mirip dengan gejala flu [13].
Hanya saja pada sinusitis, kemampuan indera penciuman bisa menurun disertai dengan wajah terasa nyeri [13].
Baik sinusitis akut maupun kronis disebut mampu ditangani dengan teknik terapi fotodinamik [13].
8. Mengobati Infeksi Saluran Kencing
Infeksi saluran kemih adalah kondisi saat infeksi menyerang saluran kemih yang dapat terjadi pada saluran kemih bagian bawah maupun atas [14].
Umumnya, infeksi saluran kemih ditandai dengan frekuensi buang air kecil yang meningkat namun volume urine sedikit [14].
Rasa sakit juga menyertai setiap buang air kecil, ditambah dengan perubahan warna urine (gelap dan pekat atau merah karena disertai darah) [14].
9. Mengobati Keratitis
Keratitis adalah radang yang terjadi di kornea mata, bisa disebabkan oleh infeksi maupun kondisi non-infeksi [15].
Umumnya, keratitis dialami pada satu sisi mata, meski tak menutup kemungkinan kedua sisi mata terserang radang [15].
Beberapa gejala yang perlu diwaspadai dari keratitis adalah [15] :
10. Mengobati Periodontitis
Pada beberapa kasus periodontitis juga dapat ditangani dengan metode terapi fotodinamik selain dari pemberian antibiotik, pencabutan gigi, root planning, dan scaling [1,16].
Periodontitis sendiri adalah infeksi pada gusi yang kemudian memengaruhi tulang penyangga gigi, gigi, dan jaringan lunak sekitarnya [16].
Infeksi gusi ini umumnya disebabkan oleh plak yang menumpuk pada gigi, mengeras lalu membentuk karang gigi [16].
Hal ini kemudian memicu perkembangbiakkan bakteri di mana bakteri kemudian mampu menyebabkan peradangan [16].
Beberapa gejala periodontitis yang perlu diwaspadai antara lain adalah [16] :
Dokter akan mengecek kondisi gusi dan mulut pasien sebelum menentukan apakah perlu menggunakan teknik terapi fotodinamik.
Pemulihan pasca terapi fotodinamik cukup cepat dengan efek samping atau risiko komplikasi kecil dan ringan [1,2,3,4,5].
Terapi fotodinamik tergolong teknik pengobatan aman asalkan ditempuh dengan benar, termasuk perawatan pasca menjalaninya, seperti [1,2,3,4,5,6] :
Terapi fotodinamik adalah metode pengobatan yang aman dengan tingkat efektivitas tinggi [1].
Meski demikian, pada sebagian kecil kasus tetap ada kemungkinan komplikasi untuk terjadi pada pasien [1,2,4,6].
Risiko yang perlu diketahui sebelum memutuskan menjalani terapi fotodinamik adalah [1,2,3,4,5,6] :
Sebelum menempuh terapi fotodinamik, tanyakan secara detail kepada dokter mengenai prosedur, manfaat dan risiko tindakan medis ini.
1. Christina Chun, MPH & Tim Jewell. Photodynamic Therapy. Healthline; 2017.
2. National Health Service. Photodynamic therapy (PDT). National Health Service; 2019.
3. National Cancer Institute. Photodynamic Therapy to Treat Cancer. National Cancer Institute; 2021.
4. The American Cancer Society medical and editorial content team. American Cancer Society; 2021.
5. Gary W. Cole, MD, FAAD & William C. Shiel Jr., MD, FACP, FACR. Photodynamic Therapy (PDT or Blue Light Therapy). MedicineNet; 2022.
6. The American Cancer Society medical and editorial content team. Getting Photodynamic Therapy. American Cancer Society; 2021.
7. Paul Gruber & Patrick M. Zito. Skin Cancer. National Center for Biotechnology Information; 2021.
8. Neil Basumallik & Manuj Agarwal. Small Cell Lung Cancer. National Center for Biotechnology Information; 2021.
9. Alejandro Recio-Boiles & Hani M. Babiker. Esophageal Cancer. National Center for Biotechnology Information; 2021.
10. PDQ Adult Treatment Editorial Board. Bile Duct Cancer (Cholangiocarcinoma) Treatment (PDQ®). PDQ Cancer Information Summaries; 2022.
11. Yana Puckett & Karen Garfield. Pancreatic Cancer. National Center for Biotechnology Information; 2022.
12. Samy A. Azer & Hossein Akhondi. Gastritis. National Center for Biotechnology Information; 2022.
13. Amanda S. Battisti; Pranav Modi; & Jon Pangia. Sinusitis. National Center for Biotechnology Information; 2021.
14. Michael J. Bono & Wanda C. Reygaert. Urinary Tract Infection. National Center for Biotechnology Information; 2021.
15. Prabhakar Singh; Abhishek Gupta; & Koushik Tripathy. Keratitis. National Center for Biotechnology Information; 2022.
16. Neha Mehrotra & Saurabh Singh. Periodontitis. National Center for Biotechnology Information; 2021.