Tinjauan Medis : dr. Vina Yolanda Ikhwin Putri, MD
Abses payudara adalah akumulasi pus/nanah dalam payudara, yang dapat terjadi karena mastitis. Mastitis adalah peradangan jaringan payudara yang dapat melibatkan infeksi bakteri atau tidak. Abses payudara
Daftar isi
Abses payudara merupakan kondisi radang pada payudara yang ditandai dengan timbulnya nanah di jaringan payudara selain gejala kemerahan dan pembengkakan [1,2,3].
Infeksi bakteri adalah penyebab utama dari abses payudara di mana kondisi ini jauh lebih berisiko menyerang para wanita yang sedang menyusui.
Tinjauan Abses payudara adalah timbulnya nanah pada jaringan payudara karena radang atau infeksi di mana hal ini ditandai dengan bengkak dan kemerahan pada area yang terpengaruh.
Bakteri spesies Streptococcal dan Staphylococcus aureus adalah yang paling sering menjadi penyebab abses payudara khususnya pada payudara wanita yang sedang menyusui.
Bakteri tersebut dapat berasal dari mulut bayi yang menyusu; jika terdapat retakan pada puting, bakteri akan masuk melalui celah tersebut.
Selain itu, abses (nanah/pus) di payudara juga dapat terakumulasi karena sumbatan pada kelenjar payudara menyebabkan jaringan payudara mengalami radang.
Kondisi radang pada jaringan payudara ini disebut juga dengan istilah mastitis yang bila tak ditangani secepatnya membuat abses terbentuk lebih mudah.
Beberapa faktor lain yang mampu meningkatkan risiko abses payudara antara lain adalah [1,2,3,6] :
Namun, perlu diketahui bahwa abses payudara tak hanya dapat dialami oleh wanita, sebab pria pun berpotensi menderita penyakit ini.
Hanya saja, dibandingkan dengan jumlah penderita wanita, laki-laki penderita abses payudara dijumpai sebagian kecil saja.
Tinjauan - Penyebab abses payudara seringkali adalah infeksi bakteri spesies Streptococcal dan Staphylococcus aureus di mana payudara wanita yang sedang menyusui adalah yang paling rentan mengalaminya. - Namun beberapa faktor lain dapat menjadi peningkat risiko seseorang (baik wanita maupun pria) mengalami abses payudara, seperti jeda lama dalam menyusui, obesitas, riwayat abses atau kanker payudara, hingga para penderita diabetes dan/atau HIV AIDS (orang-orang dengan daya tahan tubuh lemah).
Abses payudara dapat menimbulkan sejumlah gejala pada penderitanya, beberapa gejala yang umum terjadi antara lain adalah [1,2,3,6,7] :
Kapan sebaiknya memeiksakan diri ke dokter?
Siapapun, baik wanita maupun pria, wanita menyusui ataupun tidak, segera ke dokter dan periksakan diri ketika terdapat gejala tak wajar yang berasal dari payudara.
Bila payudara membengkak, terdapat kemerahan di sana, terasa nyeri, dan bahkan terdapat benjolan, secepatnya konsultasikan dengan dokter.
Para wanita pun sebenarnya sangat dianjurkan untuk memeriksa kondisi payudara seminggu setidaknya usai menstruasi.
Pemeriksaan payudara secara mandiri adalah cara paling baik untuk menyadari sedari dini adanya ketidaknormalan pada payudara.
Bila beberapa gejala yang lebih serius seperti berikut ini terjadi, maka sudah seharusnya tidak menunggu lebih lama untuk ke dokter.
Selain itu, penting untuk memeriksakan kondisi payudara secara rutin apabila mengetahui bahwa ada anggota keluarga yang memiliki riwayat kanker payudara.
Tinjauan Gejala utama yang ditimbulkan oleh abses payudara antara lain adalah nyeri, bengkak dan kemerahan pada payudara yang mengalami abses, demam tinggi, hingga keluarnya nanah dari puting.
Dalam mendeteksi abses payudara, beberapa metode pemeriksaan berikut ini adalah yang paling umum dilakukan oleh dokter.
Dokter lebih dulu akan memeriksa fisik pasien, begitu juga mengajukan beberapa pertanyaan terkait gejala yang dialami.
Apa saja yang dirasakan, sudah berapa lama gejala terjadi, dan beberapa pertanyaan lain kemungkinan besar diajukan oleh dokter.
Dokter juga biasanya menanyakan riwayat medis pasien serta keluarga pasien, seperti adakah riwayat kanker payudara atau pernah tidaknya pasien mengalami abses payudara.
Selain pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan, dokter biasanya meminta pasien untuk menempuh pemeriksaan lanjutan untuk mengonfirmasi kondisi yang dialami.
USG payudara adalah metode pemeriksaan yang perlu dilakukan supaya lokasi infeksi dan kedalamannya pada payudara pasien bisa dideteksi.
Melalui USG payudara jugalah, dokter dapat memastikan apakah benjolan pada payudara memiliki kaitan erat dengan tumor, mastitis, atau benar-benar mengarah pada abses payudara.
Tes pemindaian selain USG yang pasien perlu tempuh adalah mammogram dan biopsi payudara, khususnya bila pasien adalah penderita mastitis dan tidak sedang menyusui.
Tujuan tes ini biasanya adalah sebagai cara mengeliminasi adanya kemungkinan kanker sebagai penyebab gejala-gejala yang dialami pasien.
Pemeriksaan berupa tes sel darah putih ada kalanya direkomendasikan oleh dokter.
Tujuan metode pemeriksaan ini supaya dokter dapat mengukur tingkat reaksi imun tubuh pasien.
Dokter kemungkinan besar mengambil sampel ASI untuk menganalisanya di laboratorium.
Atau jika perlu, dokter akan mengambil sampel nanah dari abses untuk diperiksa di laboratorium.
Pengambilan sampel dilakukan menggunakan suntikan dan tujuan metode pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi penyebab infeksi.
Namun biasanya, dari hasil tes sampel ASI atau nanah dokter pun dapat menentukan pengobatan yang tepat bagi kondisi pasien.
Tinjauan Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan, USG payudara, mammogram dan biopsi payudara, tes sel darah putih, serta pengambilan sampel ASI/nanah dari payudara adalah metode diagnosa yang dilakukan dokter dalam mendeteksi abses payudara.
Beberapa metode pengobatan abses payudara berikut ini adalah yang paling umum diberikan atau dilakukan, mulai dari pemberian obat antibiotik hingga pengangkatan nanah atau abses [1,2,3,4,5,6,7].
Pemberian resep antibiotik adalah salah satu cara dokter dalam menangani abses payudara.
Cephalexin adalah jenis antibiotik yang paling umum diresepkan karena terjamin aman bagi ibu menyusui yang menderita abses payudara.
Bahkan ketika selama menggunakan antibiotik tersebut, pasien tetap dapat menyusui.
Aturan konsumsi cephalexin adalah dalam jangka waktu 10-14 hari yang diminum setiap 6 jam dengan dosis 500 mg.
Sementara pada wanita tidak menyusui yang menderita abses payudara, jenis antibiotik yang diresepkan adalah amoxicillin 500 mg yang konsumsinya dianjurkan sehari 3 kali atau clindamycin 300 mg yang konsumsinya setiap 6 jam.
Abses payudara akan mengakibatkan rasa nyeri yang membuat penderitanya tidak nyaman, maka dokter biasanya akan meresepkan pula paracetamol atau obat pereda nyeri sejenisnya.
Selain menggunakan obat pereda rasa nyeri, dokter kemungkinan akan menyarankan pasien untuk mengompres payudara menggunakan handuk hangat supaya bengkak dapat mereda.
Selain pemberian antibiotik, dokter umumnya melakukan prosedur lain seperti menggunakan jarum suntik untuk mengeluarkan dan membuang nanah abses.
Metode lain yang biasanya dokter terapkan untuk membuang nanah adalah dengan memanfaatkan kateter supaya nanah mengalir keluar lebih mudah.
Prosedur pembuangan nanah lainnya yang juga cukup umum dilakukan pada pasien adalah vacuum assisted biopsy.
Prosedur ini diterapkan setelah dokter memberikan anestesi ke kulit dan jaringan payudara di mana prosedur ini pun terjamin keamanannya.
Selama masa penyembuhan, penderita abses payudara yang baru memiliki bayi dan sedang menyusui justru dianjurkan untuk tetap mengeluarkan ASI.
Dengan mengeluarkan ASI dari payudara yang sakit setidaknya 2 jam sekali, hal ini sangat menolong agar infeksi lanjutan dapat dicegah.
Hanya saja, tidak dianjurkan bagi anak untuk menyusu langsung dari payudara sang ibu yang sedang sakit untuk mencegah penularan infeksi.
Lebih banyak mengonsumsi air putih, mengelola stres dengan tepat dan baik, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan banyak beristirahat adalah kunci agar tubuh lebih cepat pulih.
Bagi yang tidak sedang menyusui, penting untuk mengoleskan pelembab supaya tidak mudah kering apalagi pecah-pecah (peluang bagi masuknya bakteri).
Tinjauan Pemberian antibiotik, obat pereda rasa nyeri, pembuangan nanah dengan berbagai metode (mulai dari suntikan hingga kateter), serta perubahan gaya hidup meliputi kebiasaan menyusui yang benar dan mengonsumsi makanan bergizi adalah penanganan abses payudara yang umumnya diterapkan.
Abses payudara yang tidak segera ditangani atau mendapatkan penanganan yang kurang tepat dapat menyebabkan berbagai kondisi komplikasi.
Sejumlah komplikasi yang perlu diwaspadai oleh para penderita abses payudara antara lain adalah [1,6] :
Abses payudara terjadi karena adanya infeksi lebih dulu, seperti halnya radang pada jaringan payudara atau mastitis.
Untuk itu, sejumlah upaya berikut dapat dilakukan untuk mencegah infeksi atau radang pada payudara supaya tidak timbul abses [5].
Tinjauan Pencegahan abses payudara dapat dilakukan dengan cara mencegah infeksi ataupun radang pada payudara. Menyusui dengan benar dan nyaman, mengonsumsi banyak air putih, serta rutin mengecek kondisi payudara secara mandiri setiap bulan sangat dianjurkan.
1) Ariel Toomey & Jacqueline K. Le. 2019. National Center for Biotechnology Information. Abscess, Breast.
2) Anonim. 2017. National Health Service. Breast abscess.
3) Mary Ann Kosir , MD. 2019. Merck Manuals. Breast Infection and Breast Abscess.
4) Dr Joanne Lazberger & A/Prof Liz Wylie. 2018. Inside Radiology. Vacuum-Assisted Core Biopsy.
5) Anonim. Raising Children Network (Australia). Blocked milk ducts, mastitis and breast abscess.
6) Eve Boakes, Amy Woods, Natalie Johnson, & Naim Kadoglou. 2018. European Journal of Breast Health. Breast Infection: A Review of Diagnosis and Management Practices.
7) Kamal Kataria, Anurag Srivastava, & Anita Dhar. 2013. Indian Journal of Surgery. Management of Lactational Mastitis and Breast Abscesses: Review of Current Knowledge and Practice.