Daftar isi
Anisocoria merupakan kondisi ketika pupil pada kedua mata tidak berukuran sama [1,2,3,4,5,6].
Sebenarnya, siapa saja dapat mengalami perbedaan ukuran pada kedua pupil dan fungsi penglihatan pun akan tetap bisa normal.
Namun, hanya 1 dari 5 orang yang memiliki masalah perbedaan ukuran pupil dan mata tetap normal.
Pupil sendiri merupakan lingkaran hitam yang berada di tengah bola mata di mana pada kedua mata, pupil seharusnya memiliki ukuran yang sama.
Fungsi utama pupil adalah membiarkan cahaya masuk ke mata sehingga fungsi penglihatan berjalan optimal.
Pupil memungkinkan mata manusia melihat obyek maupun benda dengan maksimal.
Tinjauan Anisocoria adalah kondisi perbedaan ukuran antara pupil mata kiri dan pupil mata kanan di mana pada beberapa kasus, penglihatan penderitanya masih tetap normal namun tetap ada risiko timbulnya masalah lebih serius.
Anisocoria memiliki kemiripan kondisi dengan beberapa kelainan mata lainnya di mana mirip bukan berarti sama dan penting untuk mengenali perbedaannya.
Anisocoria merupakan kondisi pupil dari kedua mata yang memiliki perbedaan ukuran cukup nampak [9].
Sementara itu, aniseikonia adalah kondisi ketika mata merasakan adanya perbedaan ukuran gambar yang diterima dan dilihat pada kedua mata secara signifikan.
Perbedaan tersebut dapat dialami dalam meridian tertentu maupun menyeluruh antara mata kanan dan kiri.
Sindrom Horner adalah kondisi kelainan pada mata yang ditandai dengan miosis atau pupil dalam ukuran kecil yang persisten [1,2,7].
Tak hanya itu, anisocoria adalah salah satu gejala dari sindrom Horner ini diikuti dengan ptosis atau menurunnya kelopak mata.
Penampilan mata pun semakin cekung pada sindrom Horner ditambah anhidrosis atau tidak berkeringat.
Sindrom Horner merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh gangguan jalur saraf yang berasal dari otak lalu ke mata, seluruh wajah hingga satu sisi tubuh.
Kondisi ini ditandai dengan berbagai macam gejala yang dikenal sebagai gangguan atau kelainan mata, seperti halnya ptosis, anisocoria, maupun miosis.
Jika anisocoria adalah kondisi ketika pupil dari kedua mata memiliki ukuran yang tak sama, maka anisometropia adalah kondisi refraksi kedua mata yang berbeda [8,9].
Anisometropia merupakan kondisi kelainan refraksi di mana salah satu mata memiliki kondisi hipermetropia, miopia, ambliopia (mata malas), atau astigmatisme.
Pada kasus anisometropia, gejala utama yang dialami penderitanya lebih kepada penglihatan yang menjadi buram.
Hal ini dikarenakan mata silinder, mata plus atau mata minuslah yang menjadi masalah.
Misalnya, mata kiri dapat mengalami mata silinder, sementara mata kanan mengalami mata plus atau minus di mana kedua mata memiliki kelainan refraksi berbeda.
Anisocoria dapat terjadi karena berbagai faktor, dan berikut ini adalah beberapa hal yang menjadi kemungkinan terbesar penyebab anisocoria [1,2,4,5] :
Tinjauan Beberapa faktor dapat menjadi penyebab anisocoria, seperti hanya cedera pada mata atau kepala, gegar otak, perdarahan di kepala, sindrom Horner, radang saraf optik, aneurisma, meningitis, kejang hingga tumor pada otak.
Faktor penyebab anisocoria menjadi penentu gejala seperti apa yang dialami oleh penderitanya.
Beberapa gejala yang utama dan paling umum dari kondisi anisocoria antara lain adalah [1,2,4,6] :
Gejala umumnya tak begitu mudah disadari oleh penderita, kecuali pada beberapa orang yang membandingkan foto terbaru dan foto mereka yang lama.
Dari kedua foto tersebut akan nampak apa yang terjadi pada kondisi mata, khususnya ukuran pupil yang berbeda pada kedua mata.
Umumnya, anisocoria menjadi hasil berkembangnya suatu masalah kesehatan mata dengan beberapa gejala seperti :
Bila mengalami hal yang tak wajar pada mata, maka jangan ragu untuk segera memeriksakannya ke dokter spesialis mata.
Tinjauan Sakit kepala, mual, nyeri pada mata, penglihatan buram dan/atau ganda, demam, hingga leher kaku adalah kondisi gejala anisocoria paling umum.
Saat ke dokter mata, pasien perlu mengatakan atau menceritakan segala gejala yang dialami dengan jujur kepada dokter.
Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan selalu dilakukan oleh dokter lebih dulu, maka ini waktu yang tepat untuk memberi tahu apa saja gejala yang dialami selama ini.
Jika memang memiliki beberapa tanda gangguan pada mata seperti berikut, segera informasikan dokter yang menangani [1,2,3,5] :
Bila terdapat gejala lain yang telah dialami jangan ragu untuk menceritakannya, termasuk adanya riwayat medis lain yang dialami serta sudah berapa lama gejala-gejala tersebut dirasakan.
Dokter akan menggunakan beberapa metode di bawah ini untuk memeriksa lebih lanjut kondisi pasien tergantung dari riwayat medis sekaligus gejala.
Pemeriksaan darah lengkap tak hanya digunakan sebagai pengidentifikasi penyakit anemia.
Dokter akan mendeteksi keberadaan infeksi pada tubuh pasien yang dapat menjadi penyebab anisocoria.
Pada tes ini, dokter akan mengambil sampel cairan saraf tulang belakang maupun cairan pada otak untuk diperiksa.
Tujuan utama tes ini adalah sebagai pendeteksi adanya infeksi ataupun kanker pada sistem saraf pasien.
Meningitis dapat terdeteksi melalui pemeriksaan metode lumbal pungsi ini.
Pemeriksaan mata bermacam-macam tergantung tujuan dan gunanya, namun pasien gejala anisocoria perlu menempuh pemeriksaan mata lengkap.
Tes mata berupa skrining adalah cara dokter mendeteksi adanya gangguan pada fungsi penglihatan, namun bukan untuk mengidentifikasi adanya penyakit mata.
Tes pemindaian meliputi sinar-X, CT scan atau MRI scan adalah metode pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter untuk memastikan bahwa pasien positif mengalami anisocoria dan bukan gangguan lainnya.
Melalui tes pemindaian, dokter dapat mengetahui apakah pasien menderita 3rd cranial nerve palsy atau sindrom Horner.
Tinjauan Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan pasien biasanya menjadi hal utama yang dilakukan dokter. Sebagai pemeriksaan lanjutan, dokter biasanya meminta pasien menempuh tes darah lengkap, tes mata, lumbal pungsi, dan pemindaian (dapat meliputi MRI scan, CT scan, atau sinar-X.
Pada beberapa kasus anisocoria, ukuran pupil yang tidak sama pada mata satu dan lainnya tidak menjadi masalah.
Ukuran kedua pupil yang berbeda pun dapat terjadi sementara dan ada pula yang dianggap sebagai hal normal sehingga dokter tidak memberikan perawatan dalam bentuk apapun.
Penanganan anisocoria ditentukan oleh dokter menurut faktor yang menyebabkannya.
Namun secara umum, dua metode seperti pemberian obat-obatan dan juga prosedur operasi akan direkomendasikan oleh dokter [1,2,5,6].
Bila infeksi pada mata terjadi dan hal ini kemudian memengaruhi ukuran pupil serta menyebabkan anisocoria, obat disesuaikan oleh dokter.
Misalnya, dokter akan langsung meresepkan obat tetes mata antibiotik maupun antivirus pada pasien untuk mengatasi.
Bila kondisi anisocoria terjadi karena terdapat tumor pada otak pasien, dokter akan langsung merekomendasikan prosedur bedah.
Operasi yang dianjurkan dokter bertujuan utama mengangkat tumor agar tumor tidak semakin besar dan menyebar.
Untuk tumor otak, perawatan lain yang direkomendasikan oleh dokter umumnya adalah kemoterapi dan terapi radiasi (radioterapi).
Keduanya adalah perawatan yang akan membantu menyusutkan ukuran tumor dan menghambatnya berkembang lebih jauh.
Tinjauan Pengobatan anisocoria umumnya melalui dua metode, yaitu pemberian obat-obatan dan prosedur operasi. Pemberian obat biasanya dilakukan dokter jika terdapat infeksi pada tubuh pasien, sementara operasi biasanya adalah tindakan yang diambil bila tumor otak merupakan penyebab anisocoria.
Anisocoria adalah kondisi yang tak dapat diprediksi sehingga cukup sulit untuk tahu bagaimana serta kapan harus mencegahnya.
Namun beberapa upaya sebenarnya dapat dilakukan supaya perkembangan anisocoria dapat diminimalisir.
Bila nampak jelas perbedaan ukuran pupil antar mata yang satu dengan mata lainnya, segera ke dokter untuk berkonsultasi.
Identifikasi dini sangat bermanfaat karena dokter pun dapat memberikan penanganan secepatnya sesuai dengan faktor penyebab anisocoria.
Tinjauan - Pencegahan anisocoria dapat dilakukan dengan meminimalisir risiko cedera pada kepala, otak dan mata. - Penting untuk melindungi diri ketika berkendara dengan mengenakan perlengkapan berkendara (helm untuk sepeda motor dan sabuk pengaman untuk mobil). - Melakukan pemeriksaan mata tepat setelah mengalami cedera sangat penting, walau hanya benturan yang dianggap normal dan tidak terjadi perdarahan. Seringan apapun, kepala, otak maupun mata dapat berada dalam kondisi bahaya.
1) William N. Payne & Michael J. Barrett. 2019. National Center for Biotechnology Information. Anisocoria.
2) Anonim. 2020. American Association for Pediatric Ophthalmology and Strabismus. Anisocoria and Horner's Syndrome.
3) Saban Yalcin, Kutluk Pampal, Aydin Erden, Sirali Oba, & Selçuk Bilgin. 2010. Indian Journal of Anaesthesia. Do we really need to panic in all anisocoria cases in critical care?
4) Kierstan Boyd & Kendra Denise DeAngelis. 2020. American Academy of Ophthalmology. Anisocoria.
5) Eric R Eggenberger, DO, MS, FAAN, et all. 2018. MedScape. Anisocoria Clinical Presentation.
6) Christopher J. Brady , MD. 2019. MSD Manual. Anisocoria (Unequal Pupils).
7) Anonim. 2017. National Center for Advancing Translational Sciences. Horner's syndrome.
8) Anonim. 2017. Shady Grove Eye and Vision Care. Things You Need to Know About Anisometropia.
9) South J, Gao T, Collins A, Turuwhenua J, Robertson K, & Black J. 2019. PubMed Gov US National Library of Medicine National Institutes of Health. Aniseikonia and anisometropia: implications for suppression and amblyopia.