Penyakit & Kelainan

Asma Nokturnal : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Asma nokturnal adalah jenis penyakit asma yang akan memburuk ketika malam tiba sehingga penderitanya akan sulit untuk tidur [1,10,15].

Penderita akan merasa terganggu saat tidur malam hari karena akan sulit bernafas, dada sesak dan mengalami mengi [1,7,10,15].

Asma nokturnal sendiri dapat terjadi pada orang-orang yang memang terdiagnosa dengan penyakit asma karena sebanyak 30-70% penderita asma mengalami asma nokturnal [7].

Tinjauan
Asma nokturnal adalah kondisi asma di mana gejala timbul pada malam hari, terutama sewaktu tidur sehingga hal ini berdampak pada kualitas hidup penderitanya.

Penyebab Asma Nokturnal

Memburuknya asma di malam hari terutama di saat tidur belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko asma nokturnal adalah [10] :

Ketika dinding sinus mengalami radang, maka hal ini disebut dengan kondisi sinusitis yang ditandai dengan keluarnya cairan dari hidung, bengkak pada area mata, nyeri wajah, serta penurunan indera penciuman [2,3].

Pada kasus ini, seringkali penderita akan batuk-batuk di malam hari dan saluran pernapasan menjadi lebih sesak [2,3].

Penderita asma seringkali juga mengalami sinusitis sehingga akan lebih mudah memburuk saat malam hari [4].

  • Hormon

Hormon epinephrine adalah hormon dalam tubuh yang salah satu fungsinya adalah sebagai penghambat pelepasan histamin yang memicu bronkospasme maupun keluarnya cairan dari hidung [1].

Selain itu, hormon ini juga memengaruhi fungsi saluran pernafasan dengan menjaga agar otot dinding bronkus tetap dalam kondisi normal dan rileks [1].

Ketika otot dinding bronkus berada dalam kondisi rileks, saluran nafas akan tetap lebar sehingga jalannya udara pada proses pernapasan tetap baik [1].

Namun setiap sekitar jam 4 pagi, kadar hormon epinephrine mengalami penurunan dan berada pada kadar yang rendah [1].

Sementara itu, kadar pelepasan histamin pada waktu yang sama cukup tinggi sehingga sangat mudah untuk meningkatkan risiko hidung berair maupun sesak nafas pada penderita asma saat tidur [1].

Penyakit naiknya asam lambung atau GERD dapat menjadi salah satu faktor pemicu asma nokturnal [5].

Asam lambung yang naik hingga esofagus atau kerongkongan dan menyebabkan kejang bronkus ditambah dengan heartburn dapat menyebabkan sesak nafas pada penderita [5].

Ketika kondisi ini terjadi, asma dapat memburuk terutama bila penderita dalam posisi berbaring di mana produksi cairan hidung meningkat diikuti pula dengan saluran nafas yang menjadi lebih sempit [5].

Sleep apnea obstruktif pun dapat menjadi salah satu penyebab asma nokturnal timbul saat tidur [6].

Sleep apnea obstruktif sendiri merupakan gangguan tidur di mana terjadi masalah pada pernapasan yang ditandai dengan henti nafas dalam waktu singkat karena adanya sumbatan di saluran nafas [6].

Hambatan pada saluran nafas tersebut bisa saja bersifat sebagian maupun total sehingga penderita akan sulit tidur karenanya [6].

Faktor Risiko Asma Nokturnal

Penderita asma dengan beberapa kondisi berikut memiliki risiko lebih tinggi menderita asma nokturnal [1,8,9,10] :

  • Memiliki kebiasaan merokok
  • Memiliki gangguan pencernaan
  • Memiliki gangguan kesehatan mental tertentu
  • Obesitas
  • Rhinitis alergi
  • Berusia muda
  • Jarang ke dokter untuk pengecekan kesehatan
  • Memiliki pola hidup yang tidak seimbang dan tidak sehat
Tinjauan
Sinusitis, hormon, GERD, sleep apnea obstruktif, obesitas, pola hidup tak sehat, merokok, gangguan mental, dan gangguan pencernaan dapat menjadi penyebab maupun pemicu asma nokturnal.

Gejala Asma Nokturnal

Gejala asma nokturnal sebenarnya memiliki kemiripan dengan asma pada umumnya, hanya saja gejala pada malam hari akan lebih buruk daripada waktu lainnya.

Beberapa gejala yang umumnya dialami oleh penderita asma nokturnal antara lain adalah [1,8,9,10] :

  • Dyspnea atau sesak nafas (nafas pendek)
  • Dada terasa sesak
  • Batuk-batuk sehingga sulit untuk tidur
  • Mengi

Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun rentan mengalami asma nokturnal, terutama jika memiliki riwayat asma biasa.

Menurut data riset pada Academic Pediatrics, terdapat sekitar 41% anak yang menderita gejala asma nokturnal dengan tingkat keparahan antara sedang hingga parah.

Anak-anak dengan kondisi asma nokturnal pun mengalami gangguan tidur sehingga kualitas tidur yang didapat cukup buruk. Beberapa gejala asma nokturnal yang dapat dialami oleh anak adalah [1,8,9,10] :

  • Gangguan pernafasan saat tidur yang disebabkan oleh sleep apnea
  • Terbangun setiap tengah malam
  • Tidur berjalan
  • Halusinasi
  • Gerakan-gerakan tubuh yang abnormal
  • Emosi yang berlebihan

Ketika anak mengalami asma nokturnal, kualitas tidur anak menjadi terganggu dan hal ini juga biasanya memengaruhi kehidupan orang tua.

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Segera ke dokter apabila memiliki riwayat asma dan mengalami gejala-gejala yang mengarah pada asma nokturnal.

Jika gangguan pernapasan terjadi terutama pada malam hari terutama saat sedang tidur di mana hal ini sudah dialami lebih dari 1 kali per minggu, memeriksakan diri adalah jalan terbaik.

Pemeriksaan dini sejak kemunculan gejala awal merupakan keputusan terbaik sebab gejala asma nokturnal dapat memiliki kemiripan dengan gejala penyakit pernafasan lainnya.

Maka untuk memastikan apakah gejala benar-benar mengarah pada asma nokturnal, penderita perlu menempuh sejumlah metode diagnosa.

Tinjauan
Asma nokturnal menimbulkan gejala-gejala berupa dyspnea atau sesak nafas, dada sesak, batuk-batuk sehingga sulit untuk tidur dan mengi yang terjadi pada malam hari.

Pemeriksaan Asma Nokturnal

Biasanya ketika penderita memberi tahu dokter bahwa gejala asma yang timbul pada malam hari sudah dialami beberapa kali, dokter dapat mendiagnosanya sebagai asma nokturnal secara langsung.

Dokter lebih mudah dalam mendiagnosa asma nokturnal pada penderita ketika penderita memiliki penyakit asma, termasuk asma alergi.

Namun selain dari pemeriksaan riwayat gejala, beberapa pemeriksaan lain berikut diperlukan untuk penegakkan diagnosa.

  • Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan

Dokter perlu mengetahui apa saja gejala fisik yang dialami oleh pasien sehingga tes diagnostik perlu dilakukan agar dapat memastikan apakah gejala mengarah pada asma pada umumnya atau asma nokturnal [11].

Selain itu, dokter perlu mengetahui riwayat kesehatan pasien maupun riwayat medis keluarga pasien [11].

  • FEV1 atau Forced Expiratory Volume in 1 Second

Pada prosedur pemeriksaan ini, dokter akan meminta pasien mengembuskan nafas agar dapat menghitung volume udara pada detik pertama [11].

Tujuan pemeriksaan ini terutama adalah untuk mengetahui kondisi paru pasien. Udara yang pasien hembuskan pada detik pertama ini pun harus dari hasil pengambilan nafas sekuat mungkin sebelumnya [11].

  • Peak Flow

Peak flow adalah metode pemeriksaan untuk mengetahui tingkat kecepatan laju pernapasan pasien sehingga dokter dapat mengetahui hasil pengukuran hembusan nafas pasien [11].

Dari hasil pemeriksaan ini baru teridentifikasi seberapa baik fungsi paru pasien [11].

Penderita asma umumnya telah terbiasa menggunakan peak flow meter untuk melakukan pengukuran secara mandiri maupun dengan bantuan ahli medis [11].

Polisomnografi adalah sebutan lain untuk sleep study yang umumnya digunakan sebagai metode pemeriksaan kesehatan pada penderita gangguan tidur [12].

Prosedur ini bertujuan untuk mengetahui seberapa baik aktivitas gelombang otak pasien, termasuk laju pernapasan, detak jantung, gerakan kaki, gerakan mata, hingga kadar oksigen dalam darah pasien [12].

Walau biasanya diterapkan pada pasien dengan sleep apnea, penderita asma nokturnal dapat pula diperiksa dengan metode ini [12].

Tinjauan
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, FEV1, peak flow, dan study sleep (polisomnografi) adalah metode-metode pemeriksaan untuk mendiagnosa asma nokturnal.

Pengobatan Asma Nokturnal

Penanganan asma nokturnal pada dasarnya serupa dengan asma biasa dan perawatan diberikan hanya untuk meredakan gejala, bukan untuk menyembuhkan.

Beberapa metode pengobatan untuk asma nokturnal antara lain adalah :

  • Obat-obatan

Steroid hirup adalah salah satu obat yang umumnya diberikan kepada pasien asma nokturnal untuk mengatasi peradangan [1,10].

Penggunaan obat ini bisa dilakukan setiap hari untuk asma nokturnal; montelukast adalah obat oral atau minum yang juga efektif [12].

Bronkodilator juga akan penderita butuhkan untuk mengatasi gejala yang kambuh setiap malam [13].

Asma nokturnal dapat disebabkan oleh kondisi obesitas, maka menerapkan pola diet sehat dan seimbang sangat dianjurkan [10].

Perbanyak konsumsi makanan berserat tinggi, berkandungan lemak tak jenuh tunggal dan protein [10].

Hal ini dapat diimbangi juga dengan olahraga secara rutin, baik itu aerobik, kardio atau latihan berat [10].

  • Menangani GERD

Karena GERD merupakan salah satu penyebab asma nokturnal, maka menangani GERD akan sangat membantu meredakan gejala asma nokturnal [5,10].

Penderita dalam hal ini perlu menghindari makanan yang digoreng, daging berlemak, cokelat, susu, makanan pedas, makanan dan minuman rasa asam, teh, hingga kopi [5,10].

Beberapa obat untuk asam lambung dapat dibeli di apotek terdekat tanpa resep dokter, namun jika diperlukan, sebaiknya segera ke dokter dan memeriksakan diri [5,10].

Stres dapat berdampak pada GERD yang kemudian mengakibatkan timbulnya gejala GERD bahkan memperburuk gejala asma nokturnal yang sudah pernah dialami [10].

Melakukan meditasi, menulis jurnal, latihan Yoga, dan melatih pernapasan dapat menjadi metode pengelolaan stres terbaik agar depresi dan kecemasan tidak semakin buruk [10].

Para perokok aktif dapat segera menghentikan kebiasaan merokok untuk menurunkan risiko kekambuhan asma nokturnal di kemudian hari [10].

Jika berhenti merokok begitu sulit dilakukan, ada baiknya berkonsultasi dengan terapis profesional dan menempuh program atau sesi khusus [10].

  • Menghindari Alergen

Berbagai faktor pemicu alergi bisa kemudian menyebabkan gejala asma nokturnal timbul, maka ketahui apa alergen yang paling dapat menyebabkan asma nokturnal [10].

Dengan mengetahui faktor apa saja yang bisa menjadi alergen, maka penderita dapat menghindarinya agar gejala asma nokturnal tidak timbul di malam hari [10].

Cuci bersih secara rutin sprei, sarung bantal, dan selimut agar tidak menjadi sarang debu maupun tungau [10].

Tinjauan
Obat untuk asma, obat untuk GERD, diet sehat untuk menjaga berat badan, berhenti merokok, menghindari alergen, dan mengelola stres dengan tepat adalah bentuk penanganan asma nokturnal paling baik walaupun asma nokturnal tidak dapat disembuhkan.

Komplikasi Asma Nokturnal

Asma nokturnal yang tidak segera ditangani tentu akan semakin mengganggu tidur penderita.

Beberapa risiko komplikasi asma nokturnal yang kemudian dapat terjadi antara lain adalah [15,16] :

  • Rasa kantuk dan lelah di siang hari.
  • Terhambatnya kegiatan sehari-hari karena tubuh terlalu lelah dan mengantuk.
  • Asma memburuk.
  • Kondisi paru secara menyuluruh makin buruk.
  • Gagal nafas hingga kematian.

Pencegahan Asma Nokturnal

Gejala asma nokturnal dapat diminimalisir dengan menghindari berbagai macam alergen, menjaga kondisi lambung tetap baik, menjaga berat badan, serta menangani berbagai kondisi medis pemicu [10].

Mengecek kesehatan secara rutin ke dokter dan dokter melakukan pemantauan kondisi asma nokturnal sangat penting untuk mengetahui seberapa baik fungsi paru pasien [10].

Tinjauan
Pemantauan kesehatan oleh dokter dan melakukan diet sehat serta menjauhi alergen dapat setidaknya meminimalisir risiko gejala asma nokturnal untuk kambuh.

1. Gwen S Skloot. Nocturnal asthma: mechanisms and management. The Mount Sinai Journal of Medicine; 2002.
2. Marianne Frieri, M.D., Ph.D. Asthma linked with rhinosinusitis: An extensive review. Allergy & Rhinology; 2014.
3. E. De Corso, M. Kar, E. Cantone, D. Lucidi, S. Settimi, D. Mele, A. Salvati, N. Bayar Muluk, G. Paludetti, & C. Cingi. Facial pain: sinus or not? Acta Otorhinolaryngologica Italica; 2018.
4. Landon Massoth, Cody Anderson, & Kibwei A. McKinney. Asthma and Chronic Rhinosinusitis: Diagnosis and Medical Management. Medical Sciences; 2019.
5. Fehmi Ates, MD & Michael F Vaezi, MD, PhD, MSc (Epi). Insight Into the Relationship Between Gastroesophageal Reflux Disease and Asthma. Gastroenterology & Hepatology; 2014.
6. Cristina Salles, Regina Terse-Ramos, Adelmir Souza-Machado, & Álvaro A Cruz. Obstructive sleep apnea and asthma. Journal Brasileiro de Pneumonologia; 2013.
7. Richard J Martin, MD, Peter J Barnes, DM, DSc, FRCP, FRS, Robert A Wood, MD, & Helen Hollingsworth, MD. Nocturnal asthma. UpToDate; 2021.
8. M I Gunnbjörnsdóttir 1, E Omenaas, T Gíslason, E Norrman, A C Olin, R Jõgi, E J Jensen, E Lindberg, E Björnsson, K Franklin, C Janson, A Gulsvik, B Laerum, C Svanes, K Torén, A Tunsäter, L Lillienberg, D Gíslason, T Blöndal, U S Björnsdottir, K B Jörundsdóttir, R Talvik, B Forsberg, K Franklin, B Lundbäck, M Söderberg, M C Ledin, G Boman, D Norbäck, G Wieslander, U Spetz-Nyström, K Stenudd Cashelunge, E Rydén, & RHINE Study Group. Obesity and nocturnal gastro-oesophageal reflux are related to onset of asthma and respiratory symptoms. The European Respiratory Journal; 2014.
9. Maria Fagnano, MPH, Alison L. Bayer, MPH, Carrie A. Isensee, BA, Telva Hernandez, BA, & Jill S. Halterman, MD, MPH. Nocturnal Asthma Symptoms and Poor Sleep Quality among Urban School Children with Asthma. HHS Public Access; 2012.
10. Global Allergy & Airways Patient Platform. Asthma at Night: Causes, Symptoms,Treatment and More Information. Global Allergy & Airways Patient Platform; 2021.
11. Muhammad F. Hashmi; Maryam Tariq; & Mary E. Cataletto. Asthma. National Center for Biotechnology Information; 2021.
12. Tansu Ulukavak Ciftci, Bulent Ciftci, Selma Firat Guven, Oguz Kokturk, & Haluk Turktas. Effect of nasal continuous positive airway pressure in uncontrolled nocturnal asthmatic patients with obstructive sleep apnea syndrome. Respiratory Medicine; 2005.
13. T F Reiss, P Chervinsky, R J Dockhorn, S Shingo, B Seidenberg, & T B Edwards. Montelukast, a once-daily leukotriene receptor antagonist, in the treatment of chronic asthma: a multicenter, randomized, double-blind trial. Montelukast Clinical Research Study Group. Archives of Internal Medicine; 1998.
14. Harly Greenberg & Rubin I Cohen. Nocturnal asthma. Current Opinion in Pulmonary Medicine; 2012.
15. Pat Bass, MD & Benjamin F. Asher. What Is Nocturnal Asthma? Verywell Health; 2020.
16. Sarah Lewis, PharmD. Complications of Severe Asthma. Health Grades; 2020.

Share