Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Atelektasis adalah kondisi dimana terjadinya kolaps sebagian atau seluruh paru. Ini terjadi ketika alveolus/kantung udara pada paru mengalami deflasi untuk terisi cairan, sehingga kemampuan untuk mengembang
Daftar isi
Atelektasis merupakan istilah medis untuk kondisi seluruh atau sebagian paru-paru tidak berfungsi dengan baik dan cenderung tak dapat mengembang sempurna [1,2,3,4,5,6,7,8].
Pada seseorang dengan atelektasis, udara yang masuk saat mengambil nafas tidak mampu mencapai alveoli atau kantung paru [4].
Padahal, alveoli atau kantung paru merupakan lokasi masuknya oksigen dan keluarnya karbon dioksida.
Bila udara bersih gagal memasuki kantung paru, hal ini menandakan bahwa oksigen yang seharusnya tersuplai ke organ dan jaringan tubuh menjadi berkurang.
Jika demikian, hipoksia adalah akibatnya, yaitu kondisi kadar oksigen yang menurun sehingga organ dan jaringan tubuh tak berfungsi maksimal.
Tinjauan Atelektasis adalah gangguan pernafasan atau paru-paru ketika sebagian atau seluruh paru mengalami kolaps karena alveoli (kantong paru) cenderung mengempis dan tak mampu mengembang seperti normalnya.
Di Indonesia, atelektasis ditemukan pertama kali pada penderita penyakit paru di tahun 1971 [1].
Tahun 1980, atelektasis diketahui menyebar ke seluruh wilayah di Indonesia dari sejak pertama kali ditemukan.
Ada 74,4 juta pengidap penyakit paru yang memiliki atelektasis menurut sebuah hasil penelitian di tahun 1994, di antaranya :
Atelektasis seringkali disamakan dengan pneumotoraks karena keduanya tergolong penyakit paru kolaps, yaitu mengempisnya paru-paru sehingga menyebabkan kesulitan bernafas, padahal keduanya berbeda [7].
Hanya saja, atelektasis adalah kondisi sebagian atau seluruh paru yang kolaps karena mengempisnya alveoli.
Sementara itu, pneumotoraks adalah penimbunan udara yang terjadi di rongga antara dinding dada dan paru yang membuat paru-paru tak dapat mengembang sempurna dan cenderung mengempis.
Cedera fisik seperti adanya luka pada paru-paru dapat menjadi penyebabnya, meski penyebab utama pneumotoraks hingga ini belum pasti.
Jenis atelektasis ada dua menurut penyebabnya, yaitu atelektasis obstruktif dan atelektasis non-obstruktif.
Terjadinya obstruktif atelektasis adalah ketika penyumbatan di salah satu saluran udara sehingga udara sulit untuk masuk ke kantung udara (alveoli).
Penyumbatan ini berasal dari beberapa kondisi, seperti [2,3,4,5,6,8] :
Pada kasus atelektasis non-obstruktif, penyumbatan di saluran pernafasan bukanlah penyebab utamanya.
Beberapa hal non-obstruktif di bawah inilah yang menjadi sebab terjadinya atelektasis :
Seseorang dengan kondisi-kondisi di bawah ini adalah yang paling rentan mengembangkan atelektasis [5] :
Tinjauan Menurut penyebabnya, atelektasis dibagi menjadi dua kondisi, obstruktif dan non-obstruktif. Atelektasis obstruktif terjadi karena sumbatan yang menghambatan salah satu saluran udara, sementara atelektasis non-obstruktif terjadi tanpa adanya sumbatan.
Bila sebagian kecil saja dari paru-paru yang terpengaruh oleh atelektasis, maka pada umumnya kondisi ini tidaklah menimbulkan gejala apapun.
Namun bila sebagian besar bagian paru yang terpengaruh, gejala-gejala inilah yang sangat memungkinkan untuk terjadi [2,3,4,5,6,8] :
Saat kondisi gejala semakin berkembang, kadar oksigen dalam darah pun mengalami penurunan.
Bila tidak segera mendapatkan pertolongan medis, jantung dapat berdetak lebih cepat dan tekanan darah menurun drastis secara mendadak.
Namun karena gejala dari atelektasis mirip dengan emfisema dan asma dengan sesak nafas serta nyeri pada dada, periksakan segera ke dokter.
Pemeriksaan secepatnya perlu ditempuh untuk mendapatkan hasil diagnosa yang tepat serta mengonfirmasi apakah gejala yang dikeluhkan benar-benar mengarah pada atelektasis.
Kapan seharusnya ke dokter?
Lakukan pemeriksaan ke dokter apabila sesak nafas disertai dengan sejumlah gejala tak wajar, seperti detak jantung yang terlalu cepat, nafas memburu, dada nyeri, hingga perubahan warna pada lidah, kulit dan bibir menjadi kebiruan [4].
Tinjauan Nafas cepat, nafas pendek-pendek (sesak nafas), nyeri tajam pada dada, mengi, batuk, kadang disertai demam, hingga perubahan warna kulit dan bibir menjadi kebiruan adalah gejala ateleksis paling umum.
Saat menemui dokter dan dokter memiliki kecurigaan bahwa pasien dengan gejalanya mengarah pada atelektasis, beberapa metode pemeriksaan berikut akan diterapkan.
Tinjauan Selain pemeriksaan fisik, dokter biasanya akan melakukan serangkaian pemeriksaan lanjutan seperti tes pemindaian, tes darah, dan tes pengukuran kadar oksigen dalam darah untuk mengonfirmasi penyebab gejala dan mengeliminasi berbagai kemungkinan penyakit selain atelektasis.
Untuk kasus atelektasis yang ringan, umumnya gejala tak begitu dirasakan dan bahkan dapat sembuh dengan sendirinya.
Namun pada kondisi atelektasis yang cukup serius, penanganan atelektasis terdiri dari dua metode, yaitu operasi dan non-operasi, tergantung dari kondisi apa yang menyebabkannya.
Metode penanganan atelektasis dengan langkah operasi tergolong sangat jarang [5,6].
Operasi biasanya ditempuh oleh pasien atelektasis yang mengalami penyumbatan serius pada saluran pernafasannya.
Prosedur operasi yang dimaksud adalah bertujuan untuk menyedot lendir yang menjadi asal sumbatan.
Pasien dengan tumor yang tumbuh di saluran pernafasan pun membutuhkan langkah operasi untuk mengangkat tumor tersebut.
Prosedur operasi dapat disertai ataupun tidak disertai dengan terapi radiasi atau kemoterapi, tergantung dari seberapa ganas dan parah tumor tersebut.
Pada banyak kasus atelektasis tidaklah memerlukan operasi untuk penanganannya.
Beberapa metode penanganan non-operasi berikut ini adalah yang paling sering dokter rekomendasikan :
Tinjauan Metode penanganan atelektasis disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala dan kondisi pasien, yaitu metode operasi dan non-operasi. Metode operasi sangatlah jarang diterapkan kecuali tumor menjadi penyebab atelektasis. Sementara metode non-operasi pada umumnya meliputi pemberian obat-obatan, fisioterapi dada, bronkoskopi, dan latihan pernafasan.
Atelektasis umumnya dapat ditangani bahkan tanpa metode operasi dan penderitanya pun berpeluang besar untuk sembuh.
Namun, ada sejumlah risiko komplikasi yang dapat menyerang penderitanya terutama saat ada bakteri bersarang di paru-paru yang mengalami kolaps [4,5].
Tinjauan Berbagai masalah kesehatan dapat menjadi komplikasi dari atelektasis, seperti hipoksemia, kegagalan pernafasan, bronkiektasis, dan pneumonia.
Agar paru-paru senantiasa sehat dan tak mudah terkena masalah semacam atelektasis, beberapa hal ini perlu diperhatikan sebagai langkah pencegahan yang tepat :
Tinjauan Pencegahan atelektasis dapat diperuntukkan bagi pasien pasca operasi (khususnya operasi dada) dan non-pasien. Karena operasi dada tergolong salah satu penyebab atelektasis, maka usai prosedur dilaksanakan pasien perlu menggunakan spirometer, melatih pernafasan, berusaha batuk, dan menghindari aktivitas merokok.
Harli Kagendra. 2013. Academia. Makalah Askep Atelektasis.
Anonim. National Heart, Lung, and Blood Institute. Atelectasis.
Cleveland Clinic medical professional. 2018. Cleveland Clinic. Atelectasis.
Lynne Eldridge, MD & Sanja Jelic, MD. 2019. Verywell Health. An Overview of Atelectasis.
Mayo Clinic Staff. 2018. Mayo Clinic. Atelectasis.
Nancy L. Moyer, MD & Judith Marcin, MD. 2018. Healthline. Atelectasis.
Anonim. Northwestern Medicine. What Are Atelectasis and Pneumothorax?
Denis Hadjiliadis, MD, MHS, Paul F. Harron, Jr.,David Zieve, MD, MHA, & Brenda Conaway. 2018. Penn Medicine. What is Atelectasis?