Penyakit & Kelainan

Batuk Pilek : Penyebab – Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Batuk Pilek?

Batuk pilek memiliki istilah lain yang juga dikenal sebagai common cold, yaitu sebuah kondisi ketika saluran pernafasan bagian atas terinfeksi oleh virus [1,2,3,4,5,6,7].

Infeksi virus ini tergolong ringan dan cenderung menyerang hidung dan tenggorokan.

Batuk pilek ini adalah kondisi yang sama sekali tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya sekitar 1 minggu.

Infeksi dapat hilang dalam waktu sekitar seminggu, namun gejala dapat dialami lebih lama, khususnya batuk.

Tinjauan
Batuk pilek adalah infeksi ringan yang terjadi di bagian saluran pernafasan atas (tenggorokan dan hidung) oleh virus.

Fakta Tentang Batuk Pilek

Batuk pilek merupakan jenis penyakit yang lebih berisiko terjadi pada anak-anak di mana per tahunnya dapat dialami 6-10 kali [2].

Anak lebih rentan mengalami batuk pilek karena penularannya yang sangat mudah dan cepat ditambah anak memiliki daya tahan tubuh yang masih lemah.

Hal tersebut membuat anak lebih mudah tertular khususnya saat berada di lingkungan daycare (tempat penitipan anak) atau sekolah khususnya selama musim hujan.

Selama musim hujan dan musim sakit batuk pilek, terjadi peningkatan jumlah pasien yang memeriksakan diri karena infeksi saluran pernafasan atas sebanyak 12,5% [1].

Perbedaan Batuk Pilek dengan Kondisi Medis Lain yang Serupa

Walau batuk pilek dapat disebabkan oleh coronavirus, batuk pilek ini berbeda dari penyakit COVID-19 karena virus yang menyebabkannya pun berbeda.

Bahkan batuk pilek juga berbeda dari penyakit flu. Maka perlu untuk mengenali apa perbedaan batuk pilek dengan kondisi medis lain yang tampak serupa padahal tidak sama.

Batuk Pilek Vs. COVID-19

Batuk pilek adalah jenis penyakit menular ringan yang secara umum disebabkan oleh jenis virus HRV atau human rhinovirus.

Dan faktanya, penyakit batuk pilek juga dapat disebabkan oleh virus lain seperti halnya coronavirus.

Namun yang perlu dipahami adalah bahwa coronavirus sebuah kelompok besar virus yang memang menyebabkan penyakit dari batuk pilek ringan hingga penyakit yang serius serta mematikan seperti MERS (Middle East Respiratory Syndrome) dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) [8].

MERS disebabkan oleh jenis coronavirus MERS-CoV dan SARS disebabkan oleh jenis coronavirus SARS-CoV. Dan untuk penyebab COVID-19, ini adalah jenis coronavirus SARS-CoV-2.

Meski demikian, COVID-19 memiliki gejala yang hampir mirip dengan batuk pilek biasa sehingga penderita batuk pilek perlu menjaga diri agar tidak menularkan virus di saat masa pandemi.

Batuk pilek biasa dapat berpotensi menjadi gejala awal COVID-19, namun batuk pilek biasa yang paling buruk sekalipun akan mereda dan sembuh kurang lebih 1 minggu tanpa demam.

Sementara itu bagi penderita COVID-19 kebanyakan, gejala yang dirasakan antara lain adalah demam, batuk kering, hingga sesak nafas yang dapat terjadi dalam waktu 2-14 hari dari sejak terpapar virus SARS-CoV-2.

Batuk Pilek Vs. Flu

Batuk pilek utamanya disebabkan oleh HRV atau human rhinovirus, sementara penyakit flu disebabkan oleh virus influenza [5].

Kedua penyakit ini memang memiliki kesamaan dalam hal gejala serta prosespenyebaran dan penularannya, hanya saja gejala pada penyakit flu lebih parah daripada batuk pilek.

Penyakit flu dapat ditandai dengan batuk, hidung berair, demam dan menggigil, kelelahan, sakit kepala, hingga badan pegal-pegal serta sakit tenggorokan.

Lebih dari itu, penyakit flu berpotensi mengembangkan komplikasi yang sangat serius walaupun pada umumnya flu dapat sembuh tidak lebih dari 2 minggu.

Komplikasi flu yang umumnya dapat terjadi adalah infeksi telinga dan sinus dengan tingkat keparahan sedang.

Sementara itu, pneumonia adalah bentuk komplikasi flu yang dapat membahayakan jiwa, termasuk juga miokarditis atau peradangan pada jantung, ensefalitis atau peradangan otak hingga kegagalan multi-organ yang disebabkan oleh infeksi kombinasi (virus dan bakteri).

Batuk Pilek Vs. Rhinitis Alergi

Rhinitis alergi ditandai dengan pilek, namun yang membedakannya dari batuk pilek biasa adalah bahwa pilek ini disebabkan oleh alergi [1,9].

Paparan alergen menjadi pemicu utama pilek terjadi sehingga penderita rhinitis alergi akan mengalami hidung tersumbat, hidung gatal, dan hidung berair.

Pada kondisi rhinitis alergi, penderita juga bahkan dapat mengalami bersin, namun tidak selalu disertai dengan batuk.

Karena kondisi ini berkaitan dengan reaksi alergi, maka terkadang gejala lain yang menyertai adalah timbulnya gatal serta ruam pada kulit.

Bila membutuhkan 2-3 hari untuk sampai infeksi rhinovirus menyebabkan gejala pada kondisi batuk pilek, maka gejala rhinitis alergi biasanya akan langsung terjadi seketika penderita mengalami paparan alergen (bulu hewan, serbuk sari, udara dingin, atau polusi).

Penyebab Batuk Pilek

Batuk pilek disebabkan oleh HRV (human rhinovirus) pada umumnya, namun beberapa jenis virus lain yang dapat menyebabkan batuk pilek antara lain adalah [1,4,5] :

  • Adenovirus
  • HPIV (human parainfluenza virus)
  • Coronavirus
  • RSV (respiratory syncytial virus)

Virus-virus penyebab batuk pilek tersebut melalui mulut, hidung hingga mata dapat masuk ke dalam tubuh manusia yang kemudian menimbulkan gejala.

Proses Penularan Batuk Pilek

Penyebaran virus hingga virus memasuki tubuh manusia dan menimbulkan gejala selalu ada prosesnya. Berikut ini adalah cara penularan batuk pilek pada umumnya :

  • Menghirup secara tidak sengaja percikan air liur batuk atau cairan hasil bersin seseorang yang sudah terinfeksi.
  • Menyentuh permukaan benda yang sudah terkena cairan hidung atau air liur penderita batuk pilek, lalu dengan tangan yang sama menyentuh mulut, hidung atau mata tanpa mencucinya lebih dulu.
  • Berjabat tangan, mencium atau memeluk (kontak sangat dekat) dengan penderita batuk pilek.

Faktor Risiko Batuk Pilek

Penyebab utama dari batuk pilek adalah virus, namun terdapat faktor-faktor lain yang juga perlu diwaspadai sebagai peluang bagi seseorang untuk dapat menderita batuk pilek, yaitu :

  • Faktor usia, sebab bayi dan balita lebih rentan mengalami batuk pilek daripada orang dewasa.
  • Faktor musim dan cuaca dingin atau hujan.
  • Sistem kekebalan tubuh yang lemah
  • Kontak dekat dengan penderita batuk pilek atau pembawa HRV
Tinjauan
- Human rhinovirus adalah penyebab utama batuk pilek biasa terjadi, namun beberapa jenis virus seperti adenovirus, coronavirus, human parainfluenza virus, dan respiratory syncytial virus dapat pula menjadi penyebab.
- Usia bayi dan balita, cuaca dingin, musim hujan/dingin, daya tahan tubuh lemah, serta kontak dengan penderita batuk pilek meningkatkan risiko terkena infeksi virus penyebab batuk pilek.

Gejala Batuk Pilek

Beberapa gejala yang ditimbulkan oleh infeksi virus HRV antara lain adalah [1,2,4,5,6] :

  • Hidung berair
  • Hidung tersumbat
  • Bersin-bersin
  • Batuk-batuk
  • Post-nasal drip atau kondisi ketika cairan atau lendir di belakang hidung menetes ke tenggorokan.
  • Mata berair
  • Tenggorokan sakit

Pada beberapa kasus batuk pilek, penderitanya dapat mengalami gejala-gejala lain seperti di bawah ini walaupun termasuk sangat jarang [2].

  • Demam ringan
  • Otot pegal
  • Sakit kepala
  • Tubuh terasa cepat dan mudah lelah

Masa inkubasi untuk penyakit batuk pilek tidaklah sama antara satu individu dengan individu lainnya, namun pada umumnya hanya sekitar 2-3 hari [1,5].

Kemunculan gejala adalah pada hari pertama hingga ketiga, namun gejala dapat berlangsung selama 7-10 hari.

Tinjauan
- Masa inkubasi batuk pilek adalah 2-3 hari pada umumnya di mana gejala timbul setidaknya 2-3 hari setelah tubuh terinfeksi virus.
- Bersin, batuk, hidung berair, hidung tersumbat, mata berair dan tenggorokan sakit adalah gejala umum batuk pilek.
- Gejala lain seperti sakit kepala, demam, tubuh pegal dan lelah dapat terjadi walau tergolong jarang.

Pemeriksaan Batuk Pilek

Metode diagnosa untuk penderita gejala batuk pilek umumnya sangat sederhana, yakni dokter cukup melakukan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter adalah dengan mengecek gejala yang dialami oleh pasien [4].

Namun apabila dokter mencurigai bahwa pasien mengalami kondisi lain atau adanya infeksi bakteri, metode sinar-X atau rontgen dada diperlukan.

Penanganan Batuk Pilek

Pengobatan batuk pilek karena infeksi rhinovirus bukan dengan antibiotik karena antibiotik hanya dapat menangani infeksi bakteri [4].

Berikut ini adalah bentuk penanganan batuk pilek baik itu melalui obat-obatan maupun gaya hidup serta pola makan yang baik.

1. Obat Pereda Nyeri

Penderita batuk pilek yang mengalami gejala sakit kepala, sakit tenggorokan dan juga demam ringan maka pereda nyeri seperti acetaminophen atau ibuprofen bisa digunakan [1,2,3,4,6].

Obat jenis ini tak serta-merta menyembuhkan gejala-gejala secara total, namun pereda nyeri berguna untuk menghilangkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada tubuh penderita.

Untuk penderita batuk pilek usia anak-anak, para orangtua perlu memerhatikan apa saja jenis obat pereda nyeri yang boleh dan tidak boleh diberikan sesuai usia anak [4].

  • Anak usia 6 bulan ke bawah hanya boleh diberikan acetaminophen jika memang memerlukan obat pereda nyeri.
  • Anak usia 6 bulan ke atas boleh diberikan acetaminophen atau ibuprofen bila memang memerlukan obat pereda nyeri.
  • Aspirin hanya boleh diberikan pada anak usia 16 tahun ke atas sehingga usia di bawah itu tidak perlu menggunakan aspirin. Pemberian aspirin pada usia yang belum cukup meningkatkan risiko sindrom Reye (jenis penyakit langka yang mengancam kesehatan otak serta hati).

2. Dekongestan

Untuk gejala yang berhubungan dengan hidung dan saluran nafas, pemberian dekongestan akan sangat membantu dalam meredakannya, khususnya dekongestan oral [1,23,6,7].

Bagi penderita batuk pilek usia anak, sebaiknya tidak diberikan dekongestan topikal.

3. Vitamin C

Untuk meningkatkan kembali sistem daya tahan tubuh dan memperkuatnya agar infeksi cepat hilang, asupan vitamin C adalah salah satu obat terbaik bagi penderita batuk pilek [1,2,3,6].

Terapi mandiri dapat dilakukan dengan mengonsumsi sumber makanan vitamin C (stroberi, jeruk, brokoli, pepaya, kangkung, paprika dan lainnya) atau mengonsumsi suplemen vitamin C dengan berkonsultasi lebih dulu dengan dokter.

4. Madu

Untuk pengobatan batuk pilek yang aman bagi anak usia 1 tahun ke atas, pemberian madu sangat efektif dalam meningkatkan daya tahan tubuh [1,3,4,7].

Selain itu, madu menawarkan efek antimikroba serta antioksidan yang dapat mempercepat redanya gejala batuk pilek.

5. Zinc

Mineral zinc atau seng adalah asupan penting bagi para penderita batuk pilek yang mampu menghambat perkembangan virus lebih jauh di dalam tubuh [1,2,3,7].

Namun bagi anak penderita batuk pilek, orangtua perlu mengonsultasikan lebih dulu dengan dokter mengenai pemberian suplemen zinc karena penggunaan zinc untuk anak umumnya tidak direkomendasikan.

Mineral zinc bisa didapat dari sumber-sumber makanan yang tepat, seperti produk olahan susu, daging merah, kerang, kentang, dan biji-bijian.

Bagi penderita batuk pilek usia dewasa, penggunaan suplemen zinc perlu dikonsultasikan juga dengan dokter.

6. Antibiotik

Antibiotik bukan untuk mengatasi batuk pilek karena infeksi virus, melainkan sebagai solusi perawatan bagi penderita batuk pilek yang mengalami komplikasi infeksi bakteri [6].

Ada kemungkinan batuk pilek yang berkepanjangan menjadi peluang juga bagi bakteri untuk menyebar di saluran pernafasan lalu menginfeksinya.

Bila demikian, biasanya dokter akan memberikan resep antibiotik untuk infeksi bakteri ringan.

Tips Pemulihan dari Batuk Pilek

Selain mengonsumsi obat-obatan, suplemen dan makanan-makanan kaya vitamin C dan mineral zinc, beberapa hal berikut perlu dilakukan untuk memulihkan fisik [1,3,4,5,6] :

  • Minum air putih yang banyak dalam sehari.
  • Beristirahat lebih banyak dan mendapatkan kualitas tidur yang cukup.
  • Menggunakan pelembab ruangan (humidifier).
  • Mengonsumsi makanan berkuah hangat, seperti sup ayam.
Tinjauan
- Penanganan yang diberikan kepada penderita batuk pilek umumnya adalah obat pereda nyeri, dekongestan, vitamin C, madu dan zinc.
- Antibiotik akan diberikan bila infeksi kombinasi telah terjadi di mana gejala batuk pilek memburuk dan infeksi bakteri kemudian terjadi.
- Untuk penanganan mandiri, istirahat cukup, menggunakan humidifier, mengonsumsi makanan berkuah hangat, serta minum air putih banyak-banyak setiap hari dapat dilakukan.

Komplikasi Batuk Pilek

Batuk pilek biasa jarang sekali menimbulkan penyakit yang lebih serius atau kondisi komplikasi karena yang terburuk sekalipun umumnya sembuh di hari ke-7.

Hanya saja, ada kemungkinan virus penyebab batuk pilek ini memicu virus infeksi virus kedua hingga infeksi bakteri karena daya tahan tubuh yang terlalu rendah [10].

  • Flu : Kondisi ini berbeda dari batuk pilek biasa dan dapat menjadi bentuk komplikasinya karena setelah infeksi rhinovirus, virus influenza pun dapat menyusul ketika imun sangat lemah. Biasanya bila flu terjadi, demam dan otot pegal akan dialami penderita.
  • Bronkitis dan pneumonia : Kedua penyakit ini adalah bentuk komplikasi infeksi sistem pernafasan bawah yang dapat terjadi ketika batuk pilek tak kunjung sembuh dan menjadi lebih buruk.
  • Sinusitis : Dinding sinus dapat mengalami radang yang dapat disebabkan oleh virus maupun bakteri.
  • Otitis media : Infeksi virus atau bakteri dapat menyebabkan infeksi telinga bagian tengah dan hal ini berpotensi menjadi kondisi komplikasi dari batuk pilek.

Pencegahan Batuk Pilek

Batuk pilek adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh virus, maka untuk meminimalisir risiko terkena batuk pilek, berbagai upaya inilah yang wajib dilakukan [1,4,5] :

  • Cuci tangan dengan benar dan bersih, khususnya setiap sebelum dan sesudah makan serta setiap sehabis dari toilet.
  • Hindari asap rokok.
  • Hindari kebiasaan atau aktivitas merokok.
  • Hindari menyentuh mulut, mata maupun hidung terutama setelah tangan menyentuh benda lain dan tangan belum dicuci.
  • Tutup hidung maupun mulut saat bersin maupun batuk.
  • Hindari kontak terlalu dekat dengan seseorang yang sedang mengalami infeksi saluran pernafasan atas atau batuk pilek.
  • Gunakan air biasa untuk berkumur sering-sering di mana hal ini akan mengurangi infeksi saluran pernafasan bagian atas.
  • Konsumsi makanan berprobiotik tinggi.
Tinjauan
Menjaga kebersihan diri baik (melalui cuci tangan dan pola makan sehat)  selama sehat maupun sakit akan mencegah diri sendiri tertular maupun menularkan penyakit ke orang lain.

1) G. Michael Allan, MD & Bruce Arroll, MB ChB PhD. 2014. PubMed Central - US National Library of Medicine National Institutes of Health. Prevention and treatment of the common cold: making sense of the evidence.
2) Institute for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG). 2006. National Center for Biotechnology Information. Common colds: Overview.
3) Ran D Goldman & Canadian Paediatric Society, Drug Therapy and Hazardous Substances Committee. 2011. Pediatrics Child Health. Treating cough and cold: Guidance for caregivers of children and youth.
4) Anonim. 2020. Centers for Disease Control and Prevention. Common Cold.
5) Anonim. 2019. Centers for Disease Control and Prevention. Common Colds: Protect Yourself and Others.
6) Institute for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG). 2006. National Center for Biotechnology Information. Common colds: Relief for a stuffy nose, cough and sore throat.
7) DeGeorge KC, Ring DJ, & Dalrymple SN. 2019. PubMed gov US National Library of Medicine National Institutes of Health. Treatment of the Common Cold.
8) Matt Mathers. 2020. Independent - UK's Largest Quality Digital News Brand. Coronavirus : What Is the Difference Between Covid-19 and the Common Cold and Flu?
9) Paula J. Busse, MD & David Zieve, MD, MHA. 2011. PennState Hershey Milton S. Hershey Medical Center. Is it a cold, flu, allergic rhinitis, or sinusitis?
10) Daniel J Sexton, MD, Micah T McClain, MD, PhD, Mark D Aronson, MD, Martin S Hirsch, MD, & Lisa Kunins, MD. 2019. UpToDate. Patient education: The common cold in adults (Beyond the Basics).

Share