Buta adalah kondisi ketidakmampuan seseorang dalam melihat apapun dan di mana pun, termasuk ketidakmampuan melihat cahaya [1,2,3,4,5].
Namun kebutaan sendiri terdiri dari kebutaan parsial dan kebutaan total di mana kebutaan parsial adalah saat seseorang memiliki penglihatan yang terbatas.
Perawatan yang didapatkan secara langsung sebenarnya dapat mengembalikan penglihatan penderitanya; namun hal ini kembali lagi tergantung pada penyebab kebutaan.
Tinjauan
Buta atau kebutaan adalah kemampuan melihat yang hilang, termasuk melihat cahaya (baik itu parsial atau sebagian/terbatas, maupun kebutaan total).
Fakta Tentang Kebutaan
Di seluruh dunia, terdapat kurang lebih 36 juta orang mengalami kebutaan [1].
89% kasus gangguan penglihatan terjadi pada orang-orang yang tinggal di negara-negara dengan penghasilan menengah ke bawah [1].
Degenerasi makula, katarak, dan gangguan refraksi mata yang tak ditangani menjadi penyebab utama rata-rata kasus gangguan penglihatan [1].
Glaukoma, gangguan refraktif yang tidak ditangani, serta katarak adalah penyebab utama rata-rata kasus kebutaan [1].
Dalam waktu 20 tahun terakhir, jumlah kasus gangguan penglihatan karena penyakit infeksi menurun drastis [1].
Di Indonesia, diketahui prevalensi kebutaan 1,1% adalah pada usia 55-64 tahun dan 8,4% pada usia di atas 75 tahun meski pada dasarnya prevalensi kebutaan pada semua kelompok usia di Indonesia cukup rendah [2].
Menurut survei hasil Riset Kesehatan Dasar 2013, di Indonesia sendiri terjadi penurunan pada prevalensi kebutaan pada seluruh kelompok usia; namun prevalensi kebutaan pada lansia, angkanya masih tergolong tinggi [2].
Penyebab Buta
Kebutaan dapat disebabkan oleh berbagai faktor kondisi di mana kondisi buta ini pun dapat terjadi pada bayi maupun pada orang dewasa.
Penyebab Buta pada Bayi
Ada berbagai kemungkinan penyebab kehilangan penglihatan pada usia bayi, yaitu antara lain [5] :
Katarak
Glaukoma kongenital.
Katarak
Infeksi pada mata
Ptosis atau kondisi ketika kelopak mata melorot atau mengalami penurunan
Ambliopia atau kondisi mata malas di mana tingkat ketajaman penglihatan mengalami penurunan sebagai dampak perkembangan penglihatan pada masa kanak-kanak yang terganggu.
Keterlambatan perkembangan sistem penglihatan anak.
Retinopati prematuritas atau retinopathy of prematurity (ROP); umumnya terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur dengan kondisi pembuluh darah penyuplai darah ke retina mengalami gangguan perkembangan.
Penyebab Umum Kebutaan
Berikut ini adalah sejumlah penyakit atau gangguan kesehatan mata yang mampu meningkatkan potensi seseorang kehilangan penglihatan [1,2,3,4].
Katarak : Katarak adalah kondisi penglihatan yang kabur di mana orang-orang lanjut usia paling berpotensi mengalami hal ini walaupun anak-anak pun dapat menderita katarak.
Glaukoma : Ketika saraf optik mengalami kerusakan karena bola mata mendapat tekanan, maka hal ini adalah kondisi yang disebut dengan glaukoma dan memperbesar potensi kebutaan.
Tumor : Saraf optik dapat terpengaruh fungsinya ketika terdapat tumor, begitu juga retina mata di mana tumor yang semakin berkembang mampu menyebabkan kebutaan.
Retinitis Pigmentosa : Kondisi kerusakan retina ini berpotensi memicu kebutaan pada penderitanya, walaupun hal ini sangat jarang terjadi.
Mata Malas : Mata malas adalah kondisi ketika mata memiliki kesulitan dalam melihat obyek atau situasi secara detil di mana lama-kelamaan dapat berakibat pada kehilangan penglihatan secara permanen.
Degenerasi Makula : Kondisi mata ini membuat kemampuan melihat segala hal yang mendetil hilang dan umumnya para lansia adalah penderita gangguan mata ini.
Neuritis Optik : Penglihatan mengalami gangguan karena saraf optik terkena radang dan pada beberapa kasus kondisi ini dapat memicu kehilangan penglihatan sementara maupun permanen.
Kebutaan pun merupakan komplikasi dari berbagai penyakit degeneratif, seperti stroke dan diabetes, namun operasi mata, cedera mata, hingga kelainan bawaan dapat pula mengakibatkan kebutaan.
Faktor Risiko Kebutaan
Beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi dalam mengalami kebutaan, yaitu antara lain adalah :
Bayi lahir prematur.
Orang-orang yang pekerjaannya dekat dengan benda-benda tajam.
Orang-orang yang karena pekerjaannya sering terkena paparan bahan kimia beracun.
Penderita stroke, diabetes, glaukoma dan degenerasi makula.
Tinjauan
Berbagai kelainan, penyakit, hingga cedera dan operasi mata dapat menjadi penyebab kebutaan pada seseorang. Bayi lahir prematur dan lansia (khususnya penderita penyakit mata dan penyakit degeneratif) memiliki risiko paling tinggi mengalami kebutaan.
Gejala Buta
Pada kondisi kebutaan total, seseorang sama sekali kehilangan kemampuannya dalam melihat.
Namun pada kasus kebutaan sebagian atau parsial, biasanya beberapa hal di bawah ini adalah keluhan gejala pada umumnya [7] :
Kemerahan pada mata
Mata terasa tidak nyaman dalam waktu yang lama
Penglihatan kabur
Lensa mata mengalami kekeruhan
Mata terasa nyeri
Gejala Kebutaan pada Bayi/Anak
Anak sebelum genap berusia 2 tahun, perkembangan sistem dan fungsi penglihatan masih dalam proses perkembangan sejak dari janin.
Namun jika sampai usia bayi menginjal 4 bulan dan penglihatannya belum dapat tertuju tepat pada suatu obyek dan mengikuti gerakan benda atau orang di sekitarnya, hal ini perlu diwaspadai [5].
Beberapa gejala berikut ini perlu dikenali oleh para orangtua sebagai gangguan perkembangan penglihatan pada anak-anak yang masih berusia sangat muda.
Pupil bukan berwarna hitam, melainkan berwarna putih.
Kemerahan pada mata yang bersifat kronis.
Fokus mata yang buruk.
Anak mengucek mata terlalu sering.
Sensitivitas mata terhadap cahaya sangat tinggi dan cenderung ekstrem.
Usia 6 bulan ke atas, bayi memiliki pergerakan mata yang abnormal.
Memiliki kemampuan yang buruk dalam mengikuti pergerakan benda atau orang di sekitarnya menggunakan mata mereka.
Keluarnya air mata terlalu berlebihan dari mata.
Tinjauan
- Kebutaan total adalah ketika mata sama sekali tidak dapat melihat, sedangkan pada kebutaan parsial atau sebagian, gejala yang dialami dapat berupa penglihatan buram, sakit kepala, lensa mata yang keruh, serta nyeri pada mata.
- Pada bayi atau anak, fokus mata yang buruk pada usianya yang telah memasuki 6 bulan perlu dicurigai dan segera diperiksakan ke dokter.
Pemeriksaan Kebutaan
Beberapa metode pemeriksaan akan dilakukan oleh dokter guna mendiagnosa dan mengonfirmasi gejala kebutaan pada pasien [3].
Pemeriksaan Fisik : Dokter biasanya lebih dulu melakukan pemeriksaan gejala fisik yang kemungkinan dimiliki oleh pasien.
Pemeriksaan Riwayat Kesehatan : Usai mengetahui kondisi fisik pasien, dokter akan melanjutkan dengan pemeriksaan riwayat kesehatan, salah satunya mengajukan pertanyaan seputar gejala sejak kapan dialami dan apakah gejala mengalami perburukan.
Tonometry : Bila dokter mencurigai bahwa terdapat tekanan pada mata yang menjadi penyebab kebutaan, maka pemeriksaan ini bertujuan mengukur tekanan tersebut. Pemeriksaan ini juga umumnya sebagai pendeteksi pengobatan pasien glaukoma.
Slit Lamp : Tes ini bertujuan memeriksa kornea, lensa, iris serta ruang antara iris dan kornea mata dengan memanfaatkan mikroskop.
Tes Lapang Pandang : Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah pada lapang pandang (jangkauan penglihatan) penderita terdapat gangguan. Tes ini dilakukan dengan pasien merespon gerakan atau cahaya tanpa gerakan mata di sudut pandang yang berbeda-beda.
Tes Ketajaman : Dokter akan menyediakan grafik huruf-huruf yang ukurannya berbeda-beda dan pasien diminta menutup salah satu sisi mata. Pasien harus membaca huruf yang dokter tunjuk sambil berdiri pada jarak yang dokter sudah tentukan.
Oftalmoskopi : Tujuan pemeriksaan ini adalah supaya dokter dapat mengetahui kondisi organ mata pasien bagian belakang. Sebelumnya, mata pasien akan ditetesi cairan khusus pencegah pengecilan pupil, barulah dokter menggunakan oftalmoskop untuk memeriksa.
Tinjauan
Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan pasien adalah metode diagnosa yang paling awal dan utama yang dokter lakukan. Bila perlu, pemeriksaan lanjutan untuk mengonfirmasi hasil diagnosa seperti oftalmoskopi, tes ketajaman mata, tes lapang pandang (jangkauan penglihatan), slit lamp dan tonometry akan direkomendasikan oleh dokter.
Penanganan Kebutaaan
Pengobatan pada pasien kebutaan perlu dilihat lebih dulu faktor penyebabnya.
Dokter akan menyesuaikan metode pengobatan dengan penyebab dasar kebutaan pasien [3,4,5].
Lensa Korektif : Lensa korektif kemungkinan diresepkan oleh dokter apabila gangguan penglihatan (kebutaan parsial) dialami pasien karena gangguan refraktif. Kacamata atau lensa kontak adalah bentuk lensa korektif yang umumnya dapat pasien gunakan untuk mengatasi masalah mata.
Operasi : Pada kebanyakan kasus kebutaan (parsial maupun total), prosedur bedah adalah yang perlu ditempuh pasien untuk mengembalikan penglihatan mereka. Transplantasi kornea dan operasi katarak adalah contoh tindakan operasi yang umum dijumpai.
Obat-obatan : Obat dalam bentuk pil yang diminum maupun obat tetes mata kemungkinan diresepkan oleh dokter apabila kebutaan terjadi karena penyakit infeksi atau peradangan.
Diet : Perubahan pola hidup melalui diet yang sehat dapat juga dianjurkan oleh dokter sebagai langkah penanganan kebutaan. Pemenuhan nutrisi yang lengkap dan tepat, khususnya bagi kondisi kebutaan yang disebabkan oleh gangguan nutrisi dapat membantu pemulihannya.
Tinjauan
- Jika kebutaan atau gangguan penglihatan terjadi karena kekurangan nutrisi tertentu, maka biasanya dokter akan merekomendasikan diet tertentu bagi pasien.
Selain itu, penanganan kebutaan paling umum adalah dengan memberikan obat-obatan (obat minum maupun tetes mata), resep lensa korektif untuk membantu mata melihat lebih jelas, hingga prosedur operasi (operasi katarak atau transplantasi kornea).
Pencegahan Kebutaan
Pada kasus kebutaan yang dialami oleh bayi karena penyakit bawaan lahir, hal ini tentu sulit untuk mencegahnya dan bahkan hampir tidak mungkin.
Namun bagi orang dewasa, khususnya lansia, pencegahan kebutaan dapat dilakukan dengan mendeteksi penyakit mata secara dini.
Pemeriksaan mata secara rutin adalah yang paling dianjurkan, agar penyakit seperti glaukoma misalnya, dapat diatasi sedari awal agar tidak terjadi kebutaan.
Pada bayi, para orangtua perlu memeriksakan kondisi mata anak saat usianya menginjak 6 bulan dan 3 tahun untuk mengetahui apakah fungsi penglihatan berkembang sempurna [6].
Setelah usia 3 tahun, periksakan mata anak setiap tahun ketika anak sudah menginjak usia 6-17 tahun.
Pemeriksaan mata teratur adalah cara terbaik untuk mendeteksi gejala abnormal pada mata dan menghambat perkembangan penyakit mata supaya tak berakibat fatal.
Pada kasus penyakit diabetes yang mampu mengakibatkan kebutaan, pencegahan terbaik adalah :
Tidak merokok / berhenti dari kebiasaan merokok bagi perokok aktif
Berolahraga rutin
Mengecek kadar gula darah dan mengendalikannya tetap normal
Tinjauan
Para orangtua perlu memeriksakan kondisi mata anak ketika usianya 6 bulan dan 3 tahun sangat penting. Setelah usia anak berada pada 6-17 tahun, orangtua juga perlu secara rutin memeriksakan matanya setiap tahun dalam upaya deteksi dini gangguan mata yang berpotensi mengakibatkan kebutaan.
1) Anonim. 2020. World Health Organization. Blindness and vision impairment.
2) Anonim. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan.
3) So Yeon Lee & Fassil B. Mesfin. 2019. National Center for Biotechnology Information. Blindness.
4) Praveen Vashist, Suraj Singh Senjam, Vivek Gupta, Noopur Gupta, & Atul Kumar. 2017. Indian Journal of Ophthalmology. Definition of blindness under National Programme for Control of Blindness: Do we need to revise it?
5) Anonim. The University of Illinois College of Medicine. Your Baby’s Eyes.
6) Anonim. American Optometric Association. Recommended Eye Examination Frequency for Pediatric Patients and Adults.
7) Anonim. Prevent Blindness. Signs of Eye Problems in Adults.