Retinopati Prematuritas: Penyebab, Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Retinopati prematuritas (ROP) adalah gangguan perkembangan pembulih darah retina yang terjadi pada bayi yang prematur dan dapat menyebkan kebutaan. Retina adalah lapisan bagian dalam dari mata yang menerima... cahaya dan menngirimkannya ke otak sehingga dipersepsikan sebagai visual. Saat seorang bayi terlahir prematur, maka pembuluh darah retina dapat berkembang secara abnormal. Berat badan bayi dan usia kehamilan adalah faktor risiko terpenting yang menentukan keparahan ROP. Faktor lain seperti anemia, pertambahan berat badan, transfusi darah, penyakit pernapasan, dan kesehatan bayi secara keseluruhan juga merupakan penentu adanya ROP pada bayi. Sebagian besar bayi dengan ROP dapat melihat dengan normal sesuai usianya. Namun jika ROP berkembang ke arah yang lebih buruk maka dapat membahayakan penglihatan. Periksakan rutin kondisi mata bayi walaupun telah dipulangkan dari rumah sakit. Waktu pemeriksaan menjadi penting karena adanya keterlambatan penanganan dapat meningkatkan risiko kebutaan. Read more

Apa itu Retinopati Prematuritas?

Retinopati prematuritas merupakan suatu kelainan mata yang disebabkan oleh pertumbuhan pembuluh darah abnormal di dalam bagian mata yang peka terhadap cahaya (retina) dari bayi prematur[1, 2, 3].

Retina merupakan bagian mata yang peka terhadap cahaya. Rangsangan yang diterima retina dikirim sebagai impuls melalui saraf optik ke otak sehingga kita dapat melihat[4].

Pada bayi yang terlahir prematur, pembuluh darah yang mensuplai retina belum berkembang sepenuhnya. Pertumbuhan pembuluh darah berlanjut setelah kelahiran, namun pembuluh darah tersebut dapat tumbuh secara abnormal dan tidak beraturan di dalam mata. Kondisi inilah yang disebut sebagai retinopati prematuritas[3, 5].

retinopati prematuritas
Sumber gambar: KidsHealth

Pembuluh darah pada retinopati prematuritas cenderung bocor atau keluar darah, mengarah pada perlukaan retina, pelepasan retina dan hilangnya indera penglihatan[3, 4, 5].

Kondisi ini umumnya mempengaruhi bayi yang terlahir sebelum minggu ke-31 kehamilan dan memiliki berat badan sekitar 1,25 kg atau kurang saat dilahirkan[1].

Pada kebanyakan kasus, retinopati prematuritas dapat membaik tanpa penanganan, tidak menimbulkan kerusakan apa pun. Meski demikian, retinopati prematuritas yang berkembang dapat menyebabkan masalah penglihatan permanen atau kebutaan[1].

Insidensi retinopati prematuritas pada semua tahap sebesar 68% di antara bayi dengan berat badan kurang dari 1,25 kg[6].

Penyebab Retinopati Prematuritas

Perkembangan retinopati prematuritas terjadi akibat beberapa faktor kompleks. Pada minggu ke-16 kehamilan, pembuluh darah tumbuh dari bagian pusat retina janin yang sedang berkembang. Pembuluh darah kemudian bercabang keluar dan mencapai tepi-tepi retina antara usia 8 bulan kehamilan dan ketika bayi berkembang sempurna[3, 7].

Ketika bayi terlahir pada usia kehamilan normal, pertumbuhan pembuluh darah retina sebagian besar sudah sempurna. Tapi pada bayi yang terlahir prematur, pertumbuhan pembuluh darah normal dapat terhenti sebelum mencapai tepi retina[7].

Akibatnya bagian tepi retina tidak mendapatkan suplai nutrisi dan oksigen mencukupi. Diduga kondisi ini memicu tumbuhnya pembuluh darah abnormal.

Pembuluh darah abnormal lebih lemah dan rapuh sehingga dapat mengalami kebocoran yang mengarah pada perlukaan retina. Ketika luka mengerut, jaringan tersebut dapat menarik retina dan menyebabkan terlepasnya retina dari bagian belakang mata[7].

Faktor Risiko Retinopati Prematuritas

Faktor risiko retinopati prematuritas meliputi[2, 5, 7]:

  • Lahir sebelum usia kehamilan 32 minggu, terutama sebelum 30 minggu
  • Berat badan bayi saat kelahiran kurang dari 1,5 kg, terutama kurang dari 1,25 kg
  • Paparan terhadap konsentrasi oksigen tinggi (hiperoksidasi) pada bayi baru lahir
  • Bradikardi (periode detak jantung lambat)
  • Kejang
  • Infeksi
  • Anemia

Gejala Retinopati Prematuritas

Umumnya gejala retinopati prematuritas terjadi di dalam mata, sehingga tidak dapat diamati dari luar. Gejala hanya dapat dikenali oleh ahli mata atau ophthalmologis menggunakan peralatan khusus untuk memeriksa retina anak[8].

Pada 90% kasus bayi yang terdampak retinopati prematuritas, penyakit dapat menghilang dan kondisi mata membaik dengan sendirinya. Pada bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1,25 kg, kurang dari 10% kasus penyakit berprogres menjadi retinopati prematuritas berat[5].

Bayi dengan retinopati prematuritas berat dapat mengalami gejala yang teramati dari luar, seperti[7, 8]:

  • Nystagmus (gerakan mata abnormal)
  • Leukocoria (pupil putih)
  • Hilangnya penglihatan

Jenis Retinopati Prematuritas

Retinopati prematuritas dibedakan berdasarkan tiga zona anatomik, berdasar bagian spesifik dari retina yang mengalami malformasi. Kondisi ini juga dibedakan menjadi lima tahap, berdasarkan tingkat keparahan penyakit[5].

Berikut zona dalam retina yang terpengaruh retinopati prematuritas[2]:

  • Zona 1

Bagian pusat zona 1 merupakan saraf optik. Zona memanjang dua kali jarak dari saraf optik ke makula di dalam lingkaran. Semua bagian saraf optik di dalam pandangan yang sama dengan kerutan dari retinopati prematuritas dianggap sebagai zona 1.

  • Zona 2

Zona 2 ialah lingkaran yang mengelilingi zona 1, dengan nasal ora serrata sebagai tepi nasal. Penyakit zona 2 dapat berprogres dengan cepat, namun terdapat beberapa gejala yang mendahului permulaan hingga 1-2 minggu.

  • Zona 3

Zona 3 ialah bentuk sabit yang tidak tercangkup secara sementara oleh lingkaran zona 2. Penyakit agresif jarang terlihat pada zona 3. Biasanya mengalami vaskularisasi pelan, memerlukan pemeriksaan setiap beberapa minggu.

Berikut tahap retinopati prematuritas[2, 5]:

  • Tahap 0

Tahap 0 merupakan tahap retinopati prematuritas paling ringan. Ditandai dengan susunan vaskuler retina yang belum matang. Tidak terdapat demarkasi jelas dari retina tervaskularaisasi atau tidak tervaskularisasi.

  • Tahap 1

Tahap 1 ditandai dengan adanya garis demarkasi tipis dan halus di antara bagian vaskuler dan avaskuler. Garis demarkasi tidak memiliki tinggi ataupun ketebalan. Terdapat banyak pembuluh darah yang bercabang melebar dan sering kali mengarah ke garis.

  • Tahap 2

Ditandai dengan kerutan lebar dan tebal yang dengan jelas memisahkan retina vaskuler dan avaskuler. Kerutan berasal dari garis yang bertambah tinggi dan lebar, memanjang ke bagian dalam di atas permukaan retina, dan dapat berubah warna dari putih ke merah muda.

  • Tahap 3

Kerutan meningkat dalam dimensi, dan pembuluh darah abnormal baru memanjang ke bagian dalam menuju vitreous humor (gel yang mengisi rongga bagian belakang mata di antara retina dan lensa mata)

  • Tahap 4

Ditandai dengan pemisahan sebagian retina, akibat retina tertarik ke arah anterior ke dalam vitreous oleh kerutan fibrovascular. Kondisi ini berpotensi menyebabkan hilangnya penglihatan. Tahap 4 dibedakan menjadi dua, yaitu tahap 4A (tidak melibatkan fovea) dan tahap 4B (melibatkan fovea).

  • Tahap 5

Tahap 5 mengindikasikan lepasnya retina secara menyeluruh. Kondisi ini kadang mengarah pada massa putih di belakang pupil, katarak, dan kebutaan.

Penyakit Plus

Pada beberapa bayi yang terdampak penyakit, pembuluh darah yang terlihat tidak biasa dapat mengindikasikan sesi progresif penyakit yang berlangsung cepat.

Kondisi tersebut mengarah pada terjadinya penyakit plus, yang ditandai dengan:[2, 5]

  • Pembuluh darah dengan pertumbuhan abnormal
  • Mengalami dilatasi dan berliku-liku di dekat saraf optik pada bagian posterior mata
  • Kekakuan pupil
  • Kabut vitreous
  • Pembengkakan pembuluh darah iris

Komplikasi Retinopati Prematuritas

Komplikasi potensial terkait retinopati prematuritas meliputi[6]:

  • Lepasnya retina (paling umum)
  • Lipatan makula
  • Ketajaman visual, miopia
  • Glaukoma
  • Ambliopia
  • Katarak
  • Strabismus

Sebuah studi menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki penglihatan rendah akibat retinopati premature memiliki tingkat lebih tinggi pada disabilitas perkembangan, epilepsi, pendidikan khusus dan kemampuan akademik dengan tingkat rendah[6].

Diagnosis Retinopati Prematuritas

Oleh karena tidak adanya gejala luar yang nampak, bayi yang terlahir prematur dianjurkan diperiksakan ke dokter mata jika sesuai kriteria berikut[9]:

  • Berat badan kurang dari 1,5 kg saat lahir. Atau bayi terlahir sebelum minggu ke-30 kehamilan.
  • Berat badan 1,5 kg hingga 2 kg saat lahir dan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami retinopati prematuritas. Atau jika bayi lahir setelah minggu ke-30 kehamilan tapi memiliki risiko lebih tinggi.

Tes diagnosis retinopati prematuritas meliputi penggunaan tetes mata untuk mendilatasi pupil setiap mata, diikuti dengan pemeriksaan bagian dalam mata menggunakan alat khusus yang disebut indirect ophthalmoscope[5].

Diagnosis memerlukan pemeriksaan fundus dilatasi dengan depresi sklera, menggunakan peralatan berikut[2]:

  • Spekulum Sauer (untuk menjaga mata tetap terbuka)
  • Penekan skleral Flynn (untuk memutar dan menekan mata kecil)
  • 28-diopter lens (untuk identifikasi zona dengan memadai)

Pengobatan Retinopati Prematuritas

Pengobatan retinopati prematuritas bergantung pada tingkat keparahan kondisi. Sebagian besar anak dengan tahap 1 dan 2, kondisinya membaik seiring waktu tanpa perawatan[1, 5].

Berikut beberapa opsi pengobatan retinopati prematuritas[1, 5, 7]:

Cryotherapy menggunakan peralatan untuk membekukan bagian tertentu pada mata (sklera, koroid dan ketebalan retina avaskuler) yang memajang melebihi tepi retina. Prosedur ini menghasilkan 50% reduksi pelepasan retina. Prosedur cryotherapy dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum.

  • Terapi laser

Prosedur terapi laser meliputi pembakaran bagian di sekitar tepi retina yang tidak memiliki pembuluh darah normal. Prosedur ini biasanya mengamankan penglihatan pada bagian bidang visual utama, tapi merusak penglihatan samping. Operasi laser memerlukan anestesi umum.

  • Pengobatan

Perkembangan retinopati prematuritas didukung oleh VEGF (vascular endothelial growth factor), sehingga dapat digunakan obat anti-VEGF untuk penanganan.

Anti-VEGF bekerja dengan menghambat pertumbuhan berlebihan dari pembuluh darah di dalam retina. Obat diinjeksikan ke dalam mata ketika bayi berada dalam pengaruh anestesi umum.

Pada kasus retinopati prematuritas berat, dapat digunakan metode berikut untuk penanganan[3]:

  • Scleral buckling

Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan balutan fleksibel, biasanya terbuat dari silikon, di sekitar lingkar mata. Band ini mengelilingi sklera mengakibatkan sklera terdorong masuk atau melengkung. Hal tersebut kemudian mendorong retina yang sobek mendekat ke dinding luar mata.

Prosedur ini dilakukan dengan penggantian vitreous (gel bening pada pusat mata) dengan larutan saline. Hal ini memungkinkan penghilangan jaringan luka dan meringankan tarikan retina, sehingga mencegah retina terlepas.

Setelah operasi, diperlukan pemantauan kondisi sehingga bayi dan orang tua akan diminta melakukan kunjungan rutin setiap 1-2 minggu. Tujuan dari operasi retinopati prematuritas ialah untuk menghentikan progres penyakit dan mencegah terjadinya kebutaan[3].

Operasi penanganan retinopati prematuritas memiliki tingkat kesuksesan yang baik. Meski demikian tidak semua bayi merespon terhadap penanganan. Sekitar 25% bayi yang menjalani operasi retinopati prematuritas masih dapat mengalami hilang penglihatan sebagian atau seluruhnya[3].

Pencegahan Retinopati Prematuritas

Kelahiran prematur merupakan faktor risiko utama retinopati prematuritas. Sehingga pencegahan penyakit dilakukan dengan mencegah terjadinya kelahiran prematur. Diagnosis awal kondisi dan mendapatkan penanganan dapat membantu mencegah masalah penglihatan jangka panjang[9].

Berikut beberapa kiat untuk menurunkan risiko kelahiran prematur[10, 11]:

  • Menjaga berat badan sehat sebelum kehamilan dan menjaga berat badan yang sesuai selama kehamilan.
  • Menghindari rokok, tembakau, e-cigarettes, dan perokok pasif (menghirup asap rokok)
  • Menghindari konsumsi alkohol ataupun obat-obatan berbahaya
  • Konsumsi makanan seimbang dengan makanan kaya kandungan zat besi dan asam folat
  • Membiasakan beraktivitas fisik setiap hari, dapat dilakukan dengan berolahraga 30 menit per hari
  • Memastikan kondisi medis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi terkontrol
  • Mengurangi tingkat stres, dapat dilakukan dengan kegiatan aktif, bersosialisasi, dan meditasi
  • Menghindari hubungan agresif atau kekerasan
  • Mengunjungi dokter untuk pemantauan kehamilan
  • Melindungi diri dari infeksi, dapat dilakukan dengan vaksinasi, menjaga kebersihan diri, konsumsi makanan hiegenis dan matang, melakukan hubungan seksual dengan aman
  • Untuk kehamilan selanjutnya, dianjurkan menunggu setidaknya 18 bulan setelah melahirkan
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment