Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Demam Q adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Coxiella burnetii. Bakteri ini secara alami menginfeksi beberapa hewan seperti kambing, domba, dan sapi, dan ditemukan pada plasenta dan cairan amnion,
Daftar isi
Demam Q atau Q fever merupakan jenis penyakit infeksi di mana penyebab utamanya adalah Coxiella burnetii [1,2,3,4,5,6].
Kondisi ini umumnya ditandai dengan gejala-gejala yang mirip dengan gejala flu, meski pada sebagian penderita tidak terdapat gejala sama sekali [1].
Walau mirip dengan flu biasa, demam Q merupakan salah satu jenis penyakit yang dapat berakibat buruk bagi fungsi paru, hati, jantung, dan otak [1,3,4].
Pada sebagian kecil penderita, infeksi yang tampaknya sudah hilang berpotensi kembali timbul bertahun-tahun kemudian di mana kondisi inilah yang paling membahayakan [1].
Tinjauan Demam Q adalah sebuah penyakit infeksi yang ditandai dengan keluhan mirip penyakit flu di mana Coxiella burnetii adalah penyebabnya.
Bakteri bernama Coxiella burnetii adalah penyebab utama dari demam Q yang umumnya ada di dalam tubuh hewan ternak, termasuk juga sapi, kambing dan domba [1,2,3,4].
Selain dapat menginfeksi manusia, bakteri juga dapat menyerang hewan-hewan peliharaan seperti kelinci, kucing dan anjing [1,3,4].
Penularan infeksi demam Q adalah melalui feses, urine, cairan amniotik, cairan plasenta, hingga susu hewan ternak [1,2,3,4].
Ketika zat-zat tersebut mengering, bakteri kemudian bersatu dengan debu lumbung yang dapat tersapu angin dan tersebar di udara secara lebih mudah [1,3,4].
Ketika manusia tak sengaja menghirup udara yang telah terkontaminasi ini atau bahkan meminum produk hewan tersebut secara langsung tanpa proses pasteurisasi, bakteri kemudian dapat masuk ke paru-paru dan menyebabkan infeksi [2,3].
Faktor-faktor di bawah ini diketahui mampu meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi demam Q :
Selain itu, risiko demam Q pada orang-orang dengan sejumlah kondisi di bawah ini juga lebih tinggi [1,3,4]:
Tinjauan Bakteri Coxiella burnetii adalah penyebab utama dari demam Q di mana bakteri ini terdapat di dalam tubuh hewan ternak yang sudah terkena infeksi. Jika manusia menghirup udara bercampur debu dari kotoran hewan-hewan tersebut atau mengonsumsi produk hewan terinfeksi secara mentah atau tanpa proses pasteurisasi, infeksi dapat dengan mudah menular dari hewan ke manusia.
Demam Q tidak menunjukkan gejala apapun pada sebagian besar penderitanya [1,3,4].
Bila pun gejala timbul, biasanya baru akan terasa atau terlihat antara 3-30 hari dari sejak terpapar bakteri [5].
Berikut ini adalah sejumlah gejala demam Q yang perlu diketahui dan diwaspadai [1,3,4] :
Tinjauan Demam Q menimbulkan gejala yang hampir mirip dengan gejala flu, seperti sakit kepala berat, demam tinggi, tubuh menggigil, cepat lelah, mual, muntah, sensitivitas terhadap cahaya meningkat, hingga diare dan batuk.
Ketika mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan di atas, penderita sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.
Gejala mirip dengan flu tidak selalu merupakan penyakit flu, maka beberapa metode diagnosa berikut biasanya dokter terapkan untuk mengetahui kondisi pasien sebenarnya.
Dokter umumnya memeriksa fisik pasien terlebih dulu untuk mengetahui suhu badan pasien dan adanya gejala fisik lain yang kemungkinan tampak atau dirasakan [3].
Begitu pula dengan pemeriksaan riwayat kesehatan melalui sejumlah pertanyaan yang dokter ajukan kepada pasien mengenai adanya riwayat medis [3].
Pemeriksaan darah adalah tes yang sangat diperlukan dalam mengonfirmasi kondisi demam Q [1,3,4].
Biasanya tes darah tidak hanya sekali, tapi beberapa kali khusus untuk pasien yang diduga mengalami demam Q kronik [1].
Tes darah juga biasanya dokter rekomendasikan agar dapat mengecek kondisi darah dan antibodi terhadap antigen Coxiella burnetii [1].
Melalui tes darah juga biasanya dokter dapat mengetahui adanya kerusakan pada organ jantung dan hati pada tubuh pasien [3].
Sebagai tes penunjang, dokter akan menerapkan metode pemindaian seperti ekokardiografi dan rontgen (sinar-X) dada [1,3].
Ekokardiografi adalah tes pemindaian untuk dugaan demam Q kronik dengan memeriksa kondisi katup jantung pasien [1,3].
Sementara rontgen dada adalah metode pemindaian yang dapat mendeteksi adanya kondisi pneumonia [1,3].
Agar dokter dapat mengetahui apakah kondisi paru-paru pasien sehat atau tidak, rontgen dada dapat pasien tempuh [1].
Tinjauan Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes darah, dan tes pemindaian merupakan metode-metode pemeriksaan untuk memastikan gejala pasien mengarah pada penyakit demam Q.
Penanganan demam Q tergantung dari tingkat keparahan gejala penderita, sebab pada kasus demam Q ringan, biasanya kondisi tidak memerlukan penanganan sama sekali.
Beberapa jenis obat antibiotik umumnya menjadi pengobatan bagi penderita demam Q tahap akut.
Berikut ini adalah antibiotik-antibiotik yang dapat digunakan oleh pasien sesuai resep dokter :
Seperti halnya demam Q akut, antibiotik tetap menjadi obat utama yang dokter resepkan kepada pasien, namun berbeda pada dosisnya saja.
Apakah prognosis demam Q baik?
Ya, prognosis demam Q, khususnya demam Q akut tergolong sangat baik [1].
Penderita demam Q akut lebih cepat sembuh dan pulih seperti sediakala ketika gejala secepatnya terdiagnosa dan memperoleh penanganan [1].
Namun bagi penderita demam Q dengan kondisi hamil atau memiliki penyakit katup jantung justru berpotensi lebih besar menderita endokarditis [1].
Pemantauan melalui pemeriksaan ekokardiogram secara berkala dapat ditempuh oleh penderita yang sedang hamil maupun yang mengalami penyakit katup jantung [1].
Tinjauan Pengobatan demam Q umumnya adalah dengan obat antibiotik. Namun bagi penderita yang juga memiliki penyakit katup jantung parah, prosedur bedah kemungkinan harus dilaksanakan.
Demam Q dapat mengakibatkan komplikasi pada penderitanya ketika terjadi rekuren atau kekambuhan.
Bila infeksi terjadi berulang, maka berbagai risiko yang mengancam kesehatan otak, paru, hati dan jantung semakin besar.
Berikut di bawah ini adalah sederet kondisi komplikasi yang dapat menjadi ancaman bagi penderitanya :
Tinjauan Sejumlah risiko komplikasi demam Q antara lain adalah meningitis, ensefalitis, gangguan paru, gangguan kehamilan, kolesistitis, kerusakan hati, hingga endokarditis.
Dalam upaya mencegah demam Q, telah tersedia vaksin Q-VAX yang dikembangkan di Australia [1,8].
Orang-orang dengan mata pencaharian atau profesi berbahaya dengan risiko tinggi terpapar demam Q perlu memperoleh vaksin tersebut [1].
Hanya saja, vaksin tidak tersedia di seluruh dunia, sebab di Amerika Serikat vaksin ini belum ada.
Untuk orang-orang tanpa atau dengan risiko terkena demam Q, pastikan untuk mengonsumsi susu pasteurisasi [1].
Bahkan produk olahan susu pun jauh lebih baik bila dikonsumsi setelah memastikan bahwa produk tersebut adalah hasil pasteurisasi sehingga sudah dipastikan higienis karena bakteri telah dibasmi melalui proses tersebut [1].
Tinjauan Pencegahan utama demam Q adalah melalui vaksinasi serta menghindari konsumsi produk susu dan olahannya yang belum melalui proses pasteurisasi.
1. Sachin M. Patil & Hariharan Regunath. Q Fever. National Center for Biotechnology Information; 2021.
2. Gesit Tjahyowati. Aspek Zoonosis dari Penyakit Q Fever. Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan; 2015.
3. M. Maurin & D. Raoult. Q Fever. Clinical Microbiology Reviews; 1999.
4. Pierre-Edouard Fournier, Thomas J. Marrie, & Didier Raoult. Diagnosis of Q Fever. Journal of Clinical Microbiology; 1998.
5. Prof. Dr. Lutz Gürtler, Dr. Ursula Bauerfeind, Dr. Johannes Blümel, Prof. Dr. Reinhard Burger, Prof. Dr. Christian Drosten, Dr. Albrecht Gröner, Dr. Margarethe Heiden, Prof. Dr. Martin Hildebrandt, Prof. Dr. Dr. Bernd Jansen, Dr. Ruth Offergeld, Prof. Dr. Georg Pauli, Prof. Dr. Rainer Seitz,* Dr. Uwe Schlenkrich, Dr. Volkmar Schottstedt, Dr. Johanna Strobel, & Dr. Hannelore Willkommen. Coxiella burnetii – Pathogenic Agent of Q (Query) Fever. Transfusion Medicine and Hemotherapy; 2014.
6. Jean-Marc Rolain, Max Maurin, & Didier Raoult. Bacteriostatic and Bactericidal Activities of Moxifloxacin against Coxiella burnetii. Antimicrobial Agents and Chemotherapy; 2001.
7. J M Rolain, H Lepidi, J R Harlé, T Allegre, E D Dorval, Z Khayat, & D Raoult. Acute acalculous cholecystitis associated with Q fever: report of seven cases and review of the literature. European Journal of Clinical Microbiology & Infectious Diseases; 2003.
8. Katherine A Bond, Lucinda J Franklin, Brett Sutton, & Simon M Firestone. Q-Vax Q fever vaccine failures, Victoria, Australia 1994-2013. Vaccine; 2017.