Daftar isi
Diabetes gestasional adalah diabetes yang pertama kali didiagnosa pada wanita terutama wanita yang sedang dalam kondisi hamil [1,2,3,4,5,6,7].
Seperti diabetes jenis lain pada umumnya, diabetes gestasional pada dasarnya akan memengaruhi sel-sel tubuh dalam menggunakan glukosa atau gula [1,3,4,5,6].
Diabetes gestasional sebenarnya sama dengan jenis diabetes lainnya di mana kadar gula darah melonjak dan memengaruhi kehamilan sekaligus kesehatan sang janin [1,3,4,5,6].
Tinjauan Diabetes gestasional merupakan jenis diabetes yang didiagnosa pada wanita, khususnya di masa kehamilan yang bila tak ditangani maka dapat berpengaruh pada kesehatan sang ibu maupun janin.
Hingga kini belum diketahui penyebab beberapa wanita mengalami diabetes gestasional saat hamil, karena sebagian wanita hamil lainnya bahkan tidak mengalami sama sekali.
Namun biasanya, diabetes gestasional ini berkaitan dengan kelebihan berat badan atau obesitas sebelum hamil [4].
Selama kehamilan, perubahan hormonal sangat berpengaruh terhadap tubuh wanita, begitu juga kadar gula darah [1,2,3,4].
Karena perubahan hormon ini, tubuh menjadi semakin sulit dalam memroses glukosa yang berakibat pada lonjakan kadar gula darah.
Beberapa wanita juga dapat mengalami diabetes gestasional karena beberapa faktor risiko berikut :
Tinjauan Obesitas sebelum hamil serta perubahan hormonal dikaitkan dengan timbulnya diabetes gestasional. Namun, beberapa faktor lain seperti usia, riwayat anggota keluarga pengidap diabetes, ras, sindrom polikistik ovarium, dan riwayat diabetes gestasional sendiri mampu meningkatkan risikonya.
Diabetes gestasional sangat jarang menimbulkan gejala tertentu karena kenaikan kadar gula darah seperti dianggap normal khususnya saat hamil.
Namun jika pun terdapat gejala, biasanya kondisi-kondisi berikut ini paling kerap terjadi dengan sifat yang ringan [6,7] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Sebenarnya, sangat dianjurkan bagi para wanita yang merencanakan kehamilan untuk rutin memeriksakan kondisi ke dokter.
Tujuan pemeriksaan rutin bahkan sebelum hamil adalah untuk mendeteksi adanya risiko diabetes gestasional serta kemungkinan gangguan kesehatan lainnya.
Bila memang diketahui pasien memiliki kondisi diabetes gestasional saat hamil, dokter akan menganjurkan pemeriksaan yang lebih sering.
Waktu paling penting untuk memeriksakan diri lebih sering adalah trimester akhir kehamilan, agar dokter dapat mengecek kadar gula darah sang ibu sekaligus kesehatan bayi.
Tinjauan Diabetes gestasional secara umum tak menyebabkan gejala, namun beberapa keluhan yang dapat terjadi adalah mendengkur, tubuh cepat lelah, sering buang air kecil, haus berlebihan, dan penglihatan buram.
Ketika dokter pada pemeriksaan awal (pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan) telah mencurigai bahwa pasien memiliki risiko diabetes gestasional, beberapa tes penunjang berikut sangat perlu pasien tempuh [1] :
Pemeriksaan ini sebenarnya merupakan pemeriksaan kadar gula darah, namun dokter menerapkannya sejam sebelum dan sesudah dokter memberikan cairan gula kepada pasien [8].
Jika hasil pemeriksaan awal menunjukkan angka lebih dari 130-140 mg/dL (hasil abnormal), dokter biasanya memutuskan agar pasien bisa menempuh tes toleransi glukosa oral lanjutan [8].
Tes ini diterapkan secara berbeda karena dokter akan meminta pasien untuk berpuasa semalaman sebelum menempuhnya [8].
Tes ini direkomendasikan untuk ditempuh pagi hari di mana dokter mengambil darah pertama dilanjutkan dengan pemberian air gula berkadar gula lebih tinggi dari tes sebelumnya [8].
Pemeriksaan kadar gula darah kemudian akan dokter periksa setiap jam 3 kali [8].
2 saja dari 3 hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan tingginya kadar gula darah pasien, baru dokter memastikan bahwa pasien positif diabetes gestasional [8].
Selain itu, sangat dianjurkan bagi pasien untuk memeriksakan diri pada usia kehamilan minggu ke-24 dan 28 dengan menempuh tes skrining [1].
Dokter biasanya akan menyarankan pasien agar rutin memeriksakan diri dan kandungan ketika mengetahui bahwa keluarga pasien memiliki riwayat penyakit diabetes.
Tinjauan Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes toleransi glukosa awal, dan tes toleransi glukosa lanjutan merupakan metode pemeriksaan untuk pasien dengan risiko atau gejala diabetes gestasional.
Diabetes gestasional dapat ditangani melalui dua cara, yakni perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat dan juga penggunaan obat-obatan.
Gaya hidup sehat umumnya meliputi asupan makanan dan latihan fisik rutin seperti berikut [9,10,11] :
Rajin berolahraga tak hanya bermanfaat menurunkan atau menjaga berat badan, tapi juga membantu agar wanita hamil lebih nyaman, terhindar dari sembelit, pembengkakan, nyeri punggung, kram otot, dan gangguan tidur [10].
Selain menjalani hidup sehat, selama hamil para wanita dianjurkan untuk mengecek kadar gula darah sehari 4 kali atau lebih [3].
Kadar gula darah paling rentan mengalami lonjakan terutama di pagi hari serta setiap usai makan, maka pantau kadar gula darah dengan baik [3,12].
Ada kalanya diabetes gestasional tak semudah itu diatasi melalui diet dan olahraga.
Jika perlu, dokter bahkan dapat memberikan pasien injeksi insulin agar kadar gula darah yang begitu tinggi bisa berkurang [3,6].
Selain suntikan insulin, dokter kemungkinan akan meresepkan obat pengontrol gula darah dan tekanan darah yang bisa diminum oleh pasien [1,3,4].
Namun apapun resep obat yang diberikan oleh dokter, pastikan pasien sudah berkonsultasi secara rinci, termasuk mengetahui efek sampingnya.
Pemantauan dan observasi pada janin selama kehamilan penting untuk mengetahui perkembangannya.
USG adalah salah satu cara memantau kesehatan dan perkembangan janin selama di dalam kandungan [14].
Trimester akhir adalah masa-masa yang paling dianjurkan oleh dokter agar ibu hamil lebih rutin memeriksakan diri.
Tak hanya itu, setelah persalinan pun para ibu diharap untuk tetap rutin mengecek kadar gula darah.
Dalam waktu 6-12 minggu pasca melahirkan, pemantauan kadar gula darah tetap dilakukan untuk mengetahui apakah kadar yang semula tinggi dapat kembali normal [13].
Tinjauan Penanganan diabetes gestasional umumnya adalah dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, menggunakan obat resep dokter, mengecek kadar gula darah dan tekanan darah secara rutin selama hamil, serta memantau kondisi kehamilan maupun kondisi pasca persalinan.
Komplikasi diabetes gestasional dapat meningkatkan berbagai macam risiko komplikasi.
Terdapat dua jenis kondisi komplikasi, yaitu komplikasi yang bisa memengaruhi kondisi sang ibu hamil dan komplikasi yang memengaruhi kondisi sang bayi.
Beberapa kondisi yang dapat terjadi pada sang ibu hamil ketika diabetes gestasional tak segera ditangani diantaranya :
Risiko terkena penyakit diabetes jauh lebih tinggi pada wanita hamil yang mengalami diabetes gestasional [1].
Diabetes dapat terjadi di masa mendatang, baik pada kehamilan berikutnya maupun saat masuk usia lanjut.
Diabetes gestasional yang tak memperoleh penanganan juga sangat rentan berkembang menjadi kondisi-kondisi serius seperti tekanan darah tinggi maupun preeklampsia [1,3,4,5,6].
Jika tekanan darah tak terkendali, begitu pula dengan kondisi preeklampsia, maka hal ini mampu berakibat fatal bagi sang ibu maupun bayi.
Tak hanya sang calon ibu yang berada dalam bahaya karena diabetes gestasional, sebab bayi pun memiliki risiko bahaya sama besar.
Berikut ini adalah beberapa risiko komplikasi yang para calon ibu perlu perhatikan dan waspadai :
Seorang ibu hamil yang mengalami diabetes gestasional akan meningkatkan risiko janin dalam kandungan ikut berkembang terlalu besar [3].
Hal ini menyebabkan bayi kelebihan berat badan saat lahir yang kemudian mampu berakibat pada cedera saat lahir.
Kondisi ini pun menjadi salah satu alasan mengapa sang ibu perlu melahirkan dengan metode bedah caesar [5,6].
Pada beberapa kasus, diabetes gestasional yang diderita oleh sang ibu justru menyebabkan anak mengalami hipoglikemia atau kadar gula darah rendah tepat setelah lahir [1].
Jika hal ini sampai terjadi, bayi akan mengalami kejang-kejang [1].
Meski jarang terjadi, dokter dalam hal ini akan menangani dengan memberikan glukosa intravena sebagai solusi supaya kadar glukosa darah bayi menuju normal [1].
Karena kadar gula darah wanita hamil yang sangat tinggi pada kondisi diabetes gestasional, hal ini mampu menyebabkan bayi lahir prematur [3,5,6].
Namun umumnya, dokter sudah pasti akan memberi tahu sang calon ibu dan merekomendasikan persalinan lebih awal, terutama juga dikarenakan ukuran bayi yang semakin besa di dalam kandungan.
Bayi yang lahir dari sang ibu yang memiliki kondisi diabetes gestasional, terutama bila bayi lahir prematur maka berpotensi mengalami respiratory distress syndrome [1,3,6].
Kondisi ini menyebabkan bayi mengalami kesulitan bernapas.
Ketika seorang wanita pernah mengalami diabetes gestasional semasa hamil, maka risiko bayi mengalami obesitas dan diabetes tipe 2 di masa mendatang jauh lebih tinggi [1].
Diabetes gestasional tak hanya membahayakan sang ibu, tapi juga sang bayi nantinya saat tumbuh semakin besar.
Diabetes gestasional yang tidak segera diatasi akan berakibat buruk bagi kondisi janin dalam kandungan [3].
Bayi dapat meninggal sebelum berhasil dilahirkan atau sebuah kondisi di mana bayi meninggal di dalam kandungan.
Namun, ada pula kasus di mana seorang bayi meninggal tak lama setelah lahir.
Tinjauan Berbagai risiko komplikasi yang dapat terjadi baik pada sang ibu hamil maupun bayi dalam kandungan karena diabetes gestasional adalah preeklampsia, darah tinggi, diabetes tipe 2, obesitas, stillbirth, bayi lahir dengan berat badan berlebih, bedah caesar, bayi lahir prematur, bayi sulit bernapas, dan bayi mengalami hipoglikemia.
Tidak terdapat cara yang pasti mampu mencegah diabetes gestasional agar tidak terjadi sama sekali.
Namun, penerapan gaya hidup sehat sejak muda sangat memengaruhi kondisi kehamilan yang sehat sehingga bayi pun lahir dengan kondisi normal dan sehat pula.
Berikut ini adalah sejumlah kebiasaan baik nan sehat yang bisa diterapkan sebelum merencanakan kehamilan agar risikonya dapat berkurang.
Penting untuk mulai memilih mengonsumsi makanan-makanan kaya serat namun rendah lemak serta kalori [9].
Oleh sebab itu, dalam meminimalisir risiko diabetes gestasional, pastikan untuk mengasup gandum utuh, sayuran, dan buah lebih banyak [9].
Tak hanya jenis asupan makanannya saja yang perlu diperhatikan, tapi juga porsi makanan.
Segala yang berlebihan tidak baik untuk kesehatan, oleh sebab itu pastikan untuk menjaga agar makanan yang dikonsumsi tidak berlebihan.
Nutrisi yang masuk ke dalam tubuh pun pastikan tetap seimbang agar bermanfaat bagi tubuh.
Bergerak aktif sangat membantu dalam membakar lemak serta kalori yang masuk ke dalam tubuh.
Baik sebelum maupun sedang hamil, pastikan untuk tetap melakukan latihan fisik agar risiko diabetes gestasional bisa diperkecil [10,11].
Setidaknya, gunakan waktu 30 menit 3-5 kali dalam seminggu untuk melakukan olahraga, seperti jalan kaki, jogging, atau setidaknya jalan cepat [11].
Bahkan terdapat pula beberapa jenis olahraga lain yang bisa dijalani, seperti berenang atau bersepeda [10,11].
Hal-hal yang sepertinya biasa, seperti naik turun tangga daripada naik lift lalu memarkir kendaraan cukup jauh dari toko sehingga ada waktu untuk berjalan juga sangat menguntungkan bagi kesehatan [10].
Usahakan agar berat badan yang naik selama kehamilan tetap terkontrol dan tidak menjadi berlebihan.
Berat badan kehamilan yang normal dan sehat tentunya tidak akan memicu diabetes gestasional.
Maka dari itu, konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini secara rinci dan jaga berat badan dengan benar.
Tinjauan Menjaga pola hidup tetap sehat melalui asupan berserat tinggi rendah lemak, kalori dan karbohidrat, terhindar dari obesitas, mengecek kadar gula darah rutin, dan rajin aktif berolahraga merupakan cara-cara meminimalisir risiko diabetes gestasional.
1. Bryan S. Quintanilla Rodriguez & Heba Mahdy. Gestational Diabetes. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Rini Fitriani. Analisis Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Gestasional di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun 2016. Molucca Medica; 2017.
3. Eman M. Alfadhli, MD, FRCP. Gestational diabetes mellitus. Saudi Medical Journal; 2015.
4. P. M. Catalano. The impact of gestational diabetes and maternal obesity on the mother and her offspring. HHS Public Access; 2019.
5. Lili Yuen & Vincent W Wong. Gestational diabetes mellitus: Challenges for different ethnic groups. World Journal of Diabetes; 2015.
6. AbdelHameed Mirghani Dirar & John Doupis. Gestational diabetes from A to Z. World Journal of Diabetes; 2017.
7. Li-Qun Wu, Chun-Qiu Xiong, Min Wu, Ruo-Lin Dong, Yun-Qin Chen, Jie Gao, Ou-Jing Chen, & Yin-Ping Huang. Clinical characteristics of 7 patients with gestational diabetes insipidus. Zhonghua fu chan ke za chi; 2008.
8. Emily Eyth Hajira Basit & Carrie J. Smith. Glucose Tolerance Test. National Center for Biotechnology Information; 2020.
9. Teri L. Hernandez, PhD, RN, Archana Mande, MS, RD, & Linda A. Barbour, MD, MSPH. Nutrition Therapy Within and Beyond Gestational Diabetes. HHS Public Access; 2019.
10. Danielle B. Cooper & Lily Yang. Pregnancy And Exercise. National Center for Biotechnology Information; 2020.
11. Cliantha Padayachee & Jeff S Coombes. Exercise guidelines for gestational diabetes mellitus. World Journal of Diabetes; 2015.
12. Jimmy Chun Yu Louie, Tania P. Markovic, Glynis P. Ross, Deborah Foote, & Jennie C. Brand-Miller. Timing of Peak Blood Glucose after Breakfast Meals of Different Glycemic Index in Women with Gestational Diabetes. Nutrients; 2013.
13. Ebony B. Carter, MD, MPH, Shannon Martin, RN, Lorene Temming, MD, Graham Colditz, DrPH, MD, George A. Macones, MD, MSCE, & Methodius G. Tuuli, MD, MPH. Early versus 6–12 week Postpartum Glucose Tolerance Testing for Women with Gestational Diabetes. HHS Public Access; 2018.
14. Gaurav Chauhan & Prasanna Tadi. Physiology, Postpartum Changes. National Center for Biotechnology Information; 2020.