Daftar isi
Disfungsi ereksi merupakan suatu kondisi disfungsi seksual yang dialami oleh pria multidimensi tetapi umum dan melibatkan perubahan pada salah satu komponen respons ereksi, termasuk organik, relasional, dan psikologis [1].
Disfungsi ereksi terjadi ketika seorang pria tidak dapat mendapatkan atau mempertahankan ereksi yang cukup kuat untuk hubungan seksual yang memuaskan [2].
Kesulitan mempertahankan ereksi yang kadang kadang terjadi dapat dianggap sebagai suatu hal yang normal, namun jika kesulitan ereksi sering terjadi dan secara konsisten terjadi maka dapat mengganggu kehidupan seks [3].
Mengingat, ereksi penis selalu menjadi simbol kejantanan dan kecakapan seksual seorang pria maka meskipun bukan kondisi mematikan, namun tidak dapat diabaikan juga pada akhirnya [1].
Secara umum gejala disfungsi ereksi dapat ditunjukkan berupa [2]:
Selain itu, gejala disfungsi ereksi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu gejala psikogenik dan gejala organik sebagai berikut [1]:
Berikut ini merupakan beberapa gejala psikogenik disfungsi ereksi :
Berikut ini merupakan beberapa gejela organik disfungsi ereksi :
Fungsi ereksi normal umumnya dapat dipengaruhi oleh adanya masalah pada salah satu sistem dalam tubuh, termasuk sistem aliran darah, suplai saraf dan hormone [4].
Adapun penyebab dari disfungsi ereksi sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penyebab fisik dan penyebab psikologis sebagai berikut [4]:
Disfungsi ereksi 90% kasusnya terjadi akibat penyebab fisik. Berikut ini merupakan beberapa penyebab fisik disfungsi ereksi:
Adapun obat obatan yang dapat menjadi penyebab fisik disfungsi ereksi tersebut antara lain [4]:
Disfungsi ereksi dalam kasus yang jarang terjadi dapat terjadi secara primer di mana seorang pria tidak pernah mencapai ereksi. Hal ini jika tidak ada deformitas anatomis atau masalah fisiologis yang jelas maka penyebabnya sudah pasti kondisi psikologis. Adapun penyebab psikologis tersebut dapat meliputi:
Selain itu, penyebab psikologis ini dapat juga terjadi secara tumpeng tindih dengan penyebab medis. Dalam hal ini, seorang pria mengalami obesitas (penyebab medis), mungkin juga memiliki harga diri yang rendah (penyebab psikologis) sehingga dapat memengaruhi fungsi ereksi [4].
Seseorang dengan faktor berikut ini dapat memiliki risiko mengembangkan disfungsi ereksi lebih tinggi [3]:
Disfungsi ereksi umumnya lebih sering terjadi pada pria yang memiliki usia lebih tua dibandingkan dengan pria dengan usia lebih mudah.
Risiko mengalami disfungsi ereksi diketahui dapat juga meningkat akibat adanya kondisi medis seperti diabetes karena kerusakan saraf dan masalah sirkulasi yang terjadi.
Disfungsi ereksi lebih berisiko dapat dikembangkan oleh pria yang memiliki kelebihan berat badan khususnya yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) di atas 25.
Depresi memiliki keterkaitan dengan disfungsi ereksi, di mana disfungsi dapat menyebabkan depresi atau depresi menyebabkan disfungsi ereksi.
Berikut ini merupakan beberapa faktor risiko lain dari disfungsi ereksi :
Memeriksakan diri kedokter dapat menjadi solusi terbaik untuk disfungsi ereksi khususnya jika [5]:
Dalam melakukan diagnosis terhadap disfungsi ereksi dokter akan melakukan beberapa tes untuk kondisi yang mendasari termasuk [5]:
Disfungsi ereksi dapat mengakibatkan komplikasi yang meliputi [5]:
Berikut ini merupakan beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengobati disfungsi ereksi [3]:
Olahraga yang dilakukan secara teratur diketahui sangat baik untuk kesehatan, termasuk untuk mengobati penyebab dari disfungsi ereksi. Di mana olahraga secara teratur bermanfaat untuk :
Hasil penelitian pun juga mendukung hal tersebut, di mana olahraga dapat memberikan manfaat pada pengobatan disfungsi ereksi yang disebabkan oleh ketidakaktifan, obesitas, tekanan darah tinggi, sindrom metabolik, dan penyakit kardiovaskular.
Adapun salah satu olahraga yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan 160 menit aktivitas aerobik mingguan selama 6 bulan. Olahraga ini telah terbukti dapat membantu mengurangi gejala disfungsi ereksi.
Adapun jika memiliki kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol harus dihentikan, agara gejala disfungsi ereksi dapat mereda.
Dalam pengobatan disfungsi ereksi, konsumsi obat obatan tertentu diketahui merupakan salah satu pilihan pengobatan pertama yang dicoba pria. Adapun obat obatan untuk mengobati disfungsi ereksi termasuk :
Obat-obatan tersebut diketahui dapat meningkatkan aliran darah ke penis. Namun, jika disfungsi ereksi terjadi karena testosterone rendah maka Dokter mungkin merekomendasikan terapi penggantian testosterone.
Jika disfungsi ereksi terjadi akibat faktor psikologis seperti stres, depresi, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), atau kecemasan maka terapi bicara merupakan solusi yang tepat untuk dilakukan.
Pompa penis, atau pompa ereksi vakum merupakan tabung yang dipasang di atas penis untuk memberikan perubahan tekanan udara yang memicu ereksi ketika digunakan. Pompa penis ini umumnya digunakan untuk mengobati disfungsi ereksi yang ringan.
Jika semua metode pengobatan yang telah disebutkan sebelumnya tidak menunjukkan hasil yang postifi atau memberikan kesembuhan maka opera dapat dilakukan untuk mengobati disfungsi ereksi.
Operasi yang dapat dilakukan yaitu prostesis penis yang melibatkan batang karet yang ditempatkan di tengah penis.
Adapun prosthesis penis ini merupakan sebuah pompa tersembunyi di skrotum yang dapat digunakan untuk mengembangkan batang dan menyebabkan ereksi.
Berikut ini merupakan beberapa cara terbaik untuk mencegah disfungsi ereksi [5]:
1. Yafi, Faysal A., Jenkins Lawrence, Albersen Maarten, Corona Giovanni, Isidori Andrea M., Goldfarb Shari, Maggi Mario, Nelson Christian J., Parish Sharon, Salonia Andrea, Tan Ronny, Mulhall John P. & Hellstrom Wayne J. G. Erectile dysfunction. Nature Reviews Disease Primers; 2016.
2. Anonim. Erectile Dysfunction (ED). National Center for Biotechnology Information, US. National Library of Medicine, National Institutes of Health; 2021.
3. Daniel Yetman & Kevin Martinez. Is Erectile Dysfunction Common? Stats, Causes, and Treatment. Healthline; 2020.
4. Beth Sissons & Joseph Brito. Shower vs grower: What is the difference and does it really matter?. Medical News Today; 2021.
5. Anonim. Erectile dysfunction. Mayo Clinic; 2021.