Daftar isi
Apa Itu Disfungsi Ereksi ?
Disfungsi ereksi merupakan suatu kondisi disfungsi seksual yang dialami oleh pria multidimensi tetapi umum dan melibatkan perubahan pada salah satu komponen respons ereksi, termasuk organik, relasional, dan psikologis [1].
Disfungsi ereksi terjadi ketika seorang pria tidak dapat mendapatkan atau mempertahankan ereksi yang cukup kuat untuk hubungan seksual yang memuaskan [2].
Kesulitan mempertahankan ereksi yang kadang kadang terjadi dapat dianggap sebagai suatu hal yang normal, namun jika kesulitan ereksi sering terjadi dan secara konsisten terjadi maka dapat mengganggu kehidupan seks [3].
Mengingat, ereksi penis selalu menjadi simbol kejantanan dan kecakapan seksual seorang pria maka meskipun bukan kondisi mematikan, namun tidak dapat diabaikan juga pada akhirnya [1].
Gejala Disfungsi Ereksi
Secara umum gejala disfungsi ereksi dapat ditunjukkan berupa [2]:
- Kadang-kadang bisa ereksi, tapi tidak setiap saat
- Bisa mendapatkan ereksi tetapi tidak bertahan cukup lama untuk hubungan seksual
- Tidak bisa ereksi setiap saat
Selain itu, gejala disfungsi ereksi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu gejala psikogenik dan gejala organik sebagai berikut [1]:
- Gejala Psikogenik
Berikut ini merupakan beberapa gejala psikogenik disfungsi ereksi :
- Sudden onset
- Fungsi intermiten (variabilitas, situasional)
- Hilangnya kemampuan mempertahankan ereksi
- Ereksi nokturnal yang sangat baik
- Respon terhadap penghambat fosfodiesterase tipe 5 kemungkinan besar akan sangat baik
- Organik
Berikut ini merupakan beberapa gejela organik disfungsi ereksi :
- Onset bertahap
- Seringkali terjadi secara progresif
- Respon yang buruk secara konsisten
- Ereksi lebih baik dalam posisi berdiri daripada berbaring (jika ada kebocoran vena)
Penyebab Disfungsi Ereksi
Fungsi ereksi normal umumnya dapat dipengaruhi oleh adanya masalah pada salah satu sistem dalam tubuh, termasuk sistem aliran darah, suplai saraf dan hormone [4].
Adapun penyebab dari disfungsi ereksi sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penyebab fisik dan penyebab psikologis sebagai berikut [4]:
- Penyebab Fisik
Disfungsi ereksi 90% kasusnya terjadi akibat penyebab fisik. Berikut ini merupakan beberapa penyebab fisik disfungsi ereksi:
- Penyakit jantung dan penyempitan pembuluh darah
- Diabetes
- Tekanan darah tinggi
- Kolesterol Tinggi
- Obesitas dan sindrom metabolik
- Penyakit Parkinson
- Sklerosis ganda
- Gangguan hormonal termasuk kondisi tiroid dan defisiensi testosteron
- Kelainan struktural atau anatomis penis, seperti penyakit Peyronie
- Merokok, alkoholisme, dan penyalahgunaan zat, termasuk penggunaan kokain
- Pengobatan untuk penyakit prostat
- Komplikasi bedah
- Cedera di daerah panggul atau sumsum tulang belakang
- Terapi radiasi ke daerah panggul
- Aterosklerosis
- Konsumsi obat obatan tertentu
Adapun obat obatan yang dapat menjadi penyebab fisik disfungsi ereksi tersebut antara lain [4]:
- Obat untuk mengontrol tekanan darah tinggi
- Obat jantung seperti digoksin
- Beberapa obat diuretik
- Obat untuk sistem saraf pusat, termasuk beberapa pil tidur dan amfetamin,
- Obat antidepresan, termasuk monoamine oxidase inhibitor (MAOIs), selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), dan antidepresan trisiklik
- Obat penghilang rasa sakit opioid
- Beberapa obat kanker, termasuk agen kemoterapi
- Obat perawatan prostat
- Antikolinergik
- Obat hormone
- Obat tukak lambung simetidin
- Penyebab Psikologis
Disfungsi ereksi dalam kasus yang jarang terjadi dapat terjadi secara primer di mana seorang pria tidak pernah mencapai ereksi. Hal ini jika tidak ada deformitas anatomis atau masalah fisiologis yang jelas maka penyebabnya sudah pasti kondisi psikologis. Adapun penyebab psikologis tersebut dapat meliputi:
Selain itu, penyebab psikologis ini dapat juga terjadi secara tumpeng tindih dengan penyebab medis. Dalam hal ini, seorang pria mengalami obesitas (penyebab medis), mungkin juga memiliki harga diri yang rendah (penyebab psikologis) sehingga dapat memengaruhi fungsi ereksi [4].
Faktor Risiko Disfungsi Ereksi
Seseorang dengan faktor berikut ini dapat memiliki risiko mengembangkan disfungsi ereksi lebih tinggi [3]:
- Usia
Disfungsi ereksi umumnya lebih sering terjadi pada pria yang memiliki usia lebih tua dibandingkan dengan pria dengan usia lebih mudah.
- Diabetes
Risiko mengalami disfungsi ereksi diketahui dapat juga meningkat akibat adanya kondisi medis seperti diabetes karena kerusakan saraf dan masalah sirkulasi yang terjadi.
- Kegemukan (Obesitas)
Disfungsi ereksi lebih berisiko dapat dikembangkan oleh pria yang memiliki kelebihan berat badan khususnya yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) di atas 25.
- Depresi
Depresi memiliki keterkaitan dengan disfungsi ereksi, di mana disfungsi dapat menyebabkan depresi atau depresi menyebabkan disfungsi ereksi.
- Faktor Risiko Lainnya
Berikut ini merupakan beberapa faktor risiko lain dari disfungsi ereksi :
- Pria yang tidak aktif secara fisik
- Pria yang mengalami sindrom metabolik
- Pria yang merokok
- Pria yang memiliki tekanan darah tinggi
- Pria yang memiliki penyakit kardiovaskular
- Pria yang memiliki kolesterol tinggi
- Pria yang memiliki testosteron rendah
Kapan Harus Kedokter ?
Memeriksakan diri kedokter dapat menjadi solusi terbaik untuk disfungsi ereksi khususnya jika [5]:
- Memiliki kekhawatiran tentang ereksi
- Mengalami masalah seksual seperti ejakulasi dini atau tertunda
- Memiliki riwayat penyakit diabetes, penyakit jantung, atau kondisi kesehatan lain yang diketahui yang mungkin terkait dengan disfungsi ereksi
- Menunjukkan gejala lain bersamaan dengan disfungsi ereksi
Diagnosis Disfungsi Ereksi
Dalam melakukan diagnosis terhadap disfungsi ereksi dokter akan melakukan beberapa tes untuk kondisi yang mendasari termasuk [5]:
- Ujian fisik berupa pemeriksaan yang cermat pada penis dan testis serta pemeriksaan saraf
- Tes darah yang dikirim ke laboratorium untuk memeriksa tanda-tanda penyakit jantung, diabetes, kadar testosteron rendah, dan kondisi kesehatan lainnya
- Tes urine (urinalisis) untuk mencari tanda-tanda diabetes dan kondisi kesehatan lain yang mendasarinya
- USG untuk melihat adanya masalah aliran darah
- Tes psikologis untuk mengetahui kemungkinan depresi dan kemungkinan penyebab psikologis lain dari disfungsi ereksi
Komplikasi Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi dapat mengakibatkan komplikasi yang meliputi [5]:
- Kehidupan seks yang tidak memuaskan
- Stres atau kecemasan
- Malu atau harga diri rendah
- Masalah hubungan
- Ketidakmampuan untuk membuat pasangan hamil
Pengobatan Disfungsi Ereksi
Berikut ini merupakan beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengobati disfungsi ereksi [3]:
- Memperbaiki Gaya Hidup
Olahraga yang dilakukan secara teratur diketahui sangat baik untuk kesehatan, termasuk untuk mengobati penyebab dari disfungsi ereksi. Di mana olahraga secara teratur bermanfaat untuk :
- Meningkatkan kesehatan peredaran darah
- Membantu menurunkan berat badan jika memiliki BMI di atas 25
- Dapat menjadi solusi tidak aktif secara fisik
Hasil penelitian pun juga mendukung hal tersebut, di mana olahraga dapat memberikan manfaat pada pengobatan disfungsi ereksi yang disebabkan oleh ketidakaktifan, obesitas, tekanan darah tinggi, sindrom metabolik, dan penyakit kardiovaskular.
Adapun salah satu olahraga yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan 160 menit aktivitas aerobik mingguan selama 6 bulan. Olahraga ini telah terbukti dapat membantu mengurangi gejala disfungsi ereksi.
Adapun jika memiliki kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol harus dihentikan, agara gejala disfungsi ereksi dapat mereda.
- Konsumsi Obat
Dalam pengobatan disfungsi ereksi, konsumsi obat obatan tertentu diketahui merupakan salah satu pilihan pengobatan pertama yang dicoba pria. Adapun obat obatan untuk mengobati disfungsi ereksi termasuk :
- Stendra
- Viagra
- Levitra
- Cialis
Obat-obatan tersebut diketahui dapat meningkatkan aliran darah ke penis. Namun, jika disfungsi ereksi terjadi karena testosterone rendah maka Dokter mungkin merekomendasikan terapi penggantian testosterone.
- Terapi Bicara
Jika disfungsi ereksi terjadi akibat faktor psikologis seperti stres, depresi, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), atau kecemasan maka terapi bicara merupakan solusi yang tepat untuk dilakukan.
- Pompa Penis
Pompa penis, atau pompa ereksi vakum merupakan tabung yang dipasang di atas penis untuk memberikan perubahan tekanan udara yang memicu ereksi ketika digunakan. Pompa penis ini umumnya digunakan untuk mengobati disfungsi ereksi yang ringan.
- Operasi
Jika semua metode pengobatan yang telah disebutkan sebelumnya tidak menunjukkan hasil yang postifi atau memberikan kesembuhan maka opera dapat dilakukan untuk mengobati disfungsi ereksi.
Operasi yang dapat dilakukan yaitu prostesis penis yang melibatkan batang karet yang ditempatkan di tengah penis.
Adapun prosthesis penis ini merupakan sebuah pompa tersembunyi di skrotum yang dapat digunakan untuk mengembangkan batang dan menyebabkan ereksi.
Pencegahan Disfungsi Ereksi
Berikut ini merupakan beberapa cara terbaik untuk mencegah disfungsi ereksi [5]:
- Memberikan penanganan yang tepat pada kondisi medis seperti diabetes, penyakit jantung, atau kondisi kesehatan kronis lainnya
- Libatkan dokter untuk pemeriksaan rutin dan tes skrining medis
- Berhenti merokok
- Hentikan konsumsi alkohol
- Jangan mengonsumsi obat-obatan terlarang
- Berolahragalah secara teratur
- Lakukan hal yang menyenangkan untuk mengurangi stres.
- Kunjungi spesialis untuk mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya