Ejakulasi Dini: Penyebab – Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Ejakulasi Dini?

Ejakulasi dini merupakan salah satu permasalahan organ reproduksi yang paling sering dikeluhkan, terutama pria dari berbagai kalangan umur.

Sebuah penelitian menyebutkan tingkat prevalensi ejakulasi dini pada negara Amerika, Jerman, dan Italia, sebesar 22,7%, sedangkan secara global persentase insiden ini mencapai 30%. Oleh karena itu, informasi mengenai penyakit ini penting untuk diketahui. [1] [2]

Secara umum, ejakulasi dini merupakan gangguan seksual pada pria, ditandai dengan ejakulasi yang terlalu cepat tanpa stimulasi (sebelum atau setelah penetrasi selama semenit), serta ketidakmampuan untuk menunda atau mengontrol ejakulasi setelah penetrasi.

Hal tersebut dapat mengganggu hubungan seksual antar pasangan, menimbulkan frustasi, dan kecemasan pada penderita. [3]

Literatur menyebutkan bahwa pasien dengan gangguan metabolisme cenderung memiliki depresi yang tinggi dan berpotensi memicu ejakulasi dini. Selain itu, inflamasi yang disebabkan dalam gangguan metabolisme dapat berpengaruh terhadap prostatitis dan memicu ejakulasi dini. [4]

Sebuah penelitian melaporkan pasien yang mengidap diabetes mellitus tipe 2 memiliki risiko ejakulasi dini 3 kali lebih tinggi dibanding individu sehat. [2]

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa pasien dengan gangguan ereksi berpotensi sangat tinggi untuk mengalami ejakulasi dini. Sekitar 36% pria yang mengalami gangguan ereksi juga mengalami ejakulasi dini. [2]

Jenis-Jenis Ejakulasi Dini

Terdapat dua jenis ejakulasi dini: [5]

  • Ejakulasi dini primer

Tipe ejakulasi dini primer terjadi sejak pria melakukan tindakan seksual pertama kali. Ejakulasi terjadi sangat cepat baik sebelum penetrasi ataupun 1-2 menit setelah penetrasi. Ejakulasi dini tipe primer akan menjadi permasalahan seumur hidup.

  • Ejakulasi dini sekunder

Ejakulasi dini tipe sekunder diperoleh pria yang awalnya tidak memiliki masalah ejakulasi dini. Tipe ejakulasi ini dapat terjadi secara bertahap pada pasien ataupun secara tiba-tiba. Waktu ejakulasi dini diketahui tidak lebih cepat dari ejakulasi dini primer.

Mekanisme Ejakulasi Dini dalam Tubuh

Proses ejakulasi merupakan kombinasi gerak refleks yang diatur oleh reseptor sensori yang kompleks. Pada umumnya, ada tiga tahapan penting dalam proses ejakulasi, yaitu emisi, penyemburan, dan orgasme.

Saat terjadi proses emisi, syaraf simpatik di sumsum tulang belakang yang dipicu oleh stimulasi genital dan/atau mental akan mengatur kontraksi dari organ reproduksi. Kontraksi ini akan memicu proses ejeksi, yang dimulai dengan penutupan saluran kandung kemih serta diiringi kontraksi berirama dari pembuluh darah penis dan otot pelvis.

Setelah terjadi relaksasi sfingter eksternal, semburan mani dan orgasme akan terjadi secara bersamaan. Apabila terjadi refleks yang tidak terkendali, atau rangsangan berlebih maka hal tersebut dapat memicu proses ejakulasi dini.

Hasil pemeriksaan aktivitas neuron di otak pria antara yang memiliki ejakulasi dini dan ejakulasi normal dengan menggunakan positron emission tomography (PET) dan functional magnetic resonance imaging (fMRI) menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan.

Oleh karena itu dugaan selanjutnya adalah perbedaan di kadar serotonin dan aktivitas reseptor serotonin (reseptor 5-hydroxytryptamine) yang berperan dalam stimulasi dan penundaan waktu ejakulasi. [6]

Penyebab Ejakulasi Dini

Berikut di bawah ini adalah penyebab-penyebab ejakulasi dini: [2] [4]

  • Faktor genetik.
  • Gangguan metabolisme.
    Selain diabetes mellitus tipe 2, pasien dengan penyakit jantung juga dapat menyebabkan penyakit ejakulasi dini.
  • Kecemasan berlebih. Kecemasan berlebih telah menjadi salah satu faktor signifikan pemicu ejakulasi dini. 12% kasus ejakulasi dini dilaporkan telah disebabkan oleh kecemasan berlebih.
  • Trauma akibat kekerasan seksual.

Tingkat Keparahan Ejakulasi Dini

Terdapat berbagai penggolongan tingkat keparahan ejakulasi dini, namun pada umumnya penyakit ini dikelompokkan berdasarkan durasi kemampuan menahan ejakulasi setelah proses penetrasi ke vagina, sehingga diperoleh tingkatan: [7]

  • Ringan: Terjadi setelah 30 detik hingga 1 menit setelah penetrasi.
  • Sedang: Terjadi setelah 15 hingga 30 detik setelah penetrasi.
  • Serius: Terjadi sebelum aktivitas seksual, atau pada saat dimulai, atau dalam waktu 15 detik setelah penetrasi.

Spesifikasi lanjutan juga melakukan penggolongan berdasarkan berbagai karakteristik seperti: [7]

  • Seumur hidup: Terjadi sejak pengalaman seksual pertama kali.
  • Didapat (acquired): Terjadi setelah sekian periode dengan fungsi seksual yang normal.
  • Umum: Terjadi pada berbagai situasi, tidak terbatas pada jenis stimulasi, situasi, dan/atau pasangan.
  • Situasional: Terjadi hanya pada jenis stimulasi, situasi, dan/atau pasangan tertentu.

Gejala Ejakulasi Dini

Gejala paling umum yang terjadi pada pasien pengidap ejakulasi dini adalah ketidak mampuan pasien untuk mengkontrol ejakulasi sesuai keinginan, dan ejakulasi yang terjadi terlalu cepat (1-2 menit setelah penetrasi atau sebelum stimulus).

Pada akhirnya pasien mengalami depresi dan frustasi hingga menghindari aktivitas seksual bersama pasangan sehingga mereduksi kualitas hidup bersama pasangan.

Jika hal ini terjadi secara terus menerus dan stabil selama 6 bulan. Penderita disarankan ke dokter untuk memeriksakan diri dan mendapat pengobatan. [2]

Komplikasi Ejakulasi Dini

Pengidap ejakulasi dini baik jenis primer atau sekunder memiliki risiko yang tinggi terhadap penyakit prostatis kronis. Penyakit prostatitis kronis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri.

Penelitian sebelumnya menemukan sebanyak 52% dari 153 pengidap ejakulasi dini mengalami penyakit prostatitis kronis. [8]

Diagnosa Ejakulasi Dini

Pada umumnya tim medis akan menanyakan riwayat medis dan seksual pasien untuk menentukan tipe ejakulasi dini yang diderita pasien. Kemudian, dokter juga akan melakukan observasi terhadap durasi ejakulasi, dan derajat stimulus seksual.

Dokter juga dapat mengajukan survei terhadap aktivitas seksual dan penggunaan obat pasien selama beberapa waktu terakhir. Selain itu, dokter juga dapat melakukan beberapa observasi tambahan yaitu: [9]

  • Deteksi Intravaginal Ejaculatory Latency Time (IELT)

Deteksi IELT dilakukan untuk mengetahui durasi seorang pria mengalmi ejakulasi saat melakukan penetrasi pada vagina. Hal ini diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil diagnosis berdasarkan survey terhadap pasien.

  • Observasi Fisik

Observasi fisik tidak selalu dilakukan dalam deteksi ejakulasi dini. Metode ini umumnya dilakukan pada pasien yang mengidap ejakulasi dini sekunder. Dengan observasi fisik, dokter dapat meninjau keterkaitan penyakit lain seperti gangguan ereksi, disfungsi tiroid, dan prostatitis pada pasien. Hal tersebut diperlukan untuk menentukan pengobatan yang tepat pada pasien.

Cara Mengobati Ejakulasi Dini

Setelah pasien telah terkonfrimasi mengidap ejakulasi dini. Maka pasien dapat berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan pengobatan yang paling sesuai. Terdapat beberapa strategi untuk meringankan ejakulasi dini, seperti: [10]

Terapi Behavior

Pada tahap ini pasien dapat menjalankan terapi untuk membentuk kebiasaan pasien yang dapat meringankan penyakit ejakulasi dini. Salah satunya adalah melakukan masturbasi sebelum melakukan aktivitas seksual.

Pengobatan Luar

Terdapat beberapa pengobatan topikal yang berperan dalam menunda ejakulasi, seperti lidocaine, krim EMLA, severance secret cream (krim SS), topical eutectic mixture for premature ejaculation (TEMPE). Namun, berdasarkan pertimbangan efikasi dan efek samping EMLA dan TEMPE disebutkan adalah pilihan yang tepat.

Konsumsi Obat

Tramadol adalah salah satu obat yang bersifat analgesik sehingga dapat memberikan efek kebas pada daerah penis sehingga mampu mencegah ejakulasi dini. Tramadol diketahui memiliki efek ketergantungan dan efek samping yang rendah.

  • Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs)

Obat ini berperan untuk menghambat pengambilan hormon serotonin dalam tubuh. Hormon serotonin diketahui dapat memicu ejakulasi dan jika berlebih dapat menyebabkan ejakulasi dini. Salah satu obat SSRI adalah Dapoxetine.

Obat ini telah berlisensi namun belum mendapatkan persetujuan FDA. Obat ini dapat diserap cepat oleh tubuh dan melemah dalam waktu 1.4 jam. Konsultasi dengan dokter sangat diperlukan untuk menentukan dosis yang tepat dan durasi konsumsi obat.

Cara Mencegah Ejakulasi Dini

Berolahraga secara teratur dapat menjadi salah satu cara mencegah terjadinya ejakulasi dini. Terapi psikologis juga dapat membantu untuk mengatasi pikiran negatif dan emosi tidak terkendali yang dapat berefek pada ketidaknormalan fungsi seksual.

Terapi ini juga dapat mengatasi kekhawatiran pasien saat berhubungan seksual. Selain terapi psikologis, terapi sikap juga dapat dilakukan untuk memahami proses ejakulasi, serta pembiasaan untuk menunda ejakulasi saat aktivitas seksual.

Dialog bersama pasangan serta kerjasama yang baik merupakan kunci untuk mencegah ejakulasi dini melalui teknik stop-start. [7]

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment