Penyakit & Kelainan

6 Efek Samping Kebanyakan Makan Cokelat

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Hampir setiap orang menyukai cokelat. Selain rasanya yang sangat manis, cokelat juga memiliki banyak manfaat di dalamnya. Cokelat mengandung zat gizi, kalsium, vitamin E, vitamin B, magnesium, dan kalium. Tak hanya itu, makanan ini juga mengandung flavonoid yang mampu mengurangi stres oksidatif dalam tubuh [1].

Flavonol dan mineral yang terdapat dalam cokelat hitam bahkan dapat memelihara kesehatan tulang [2]. Cokelat juga dapat melindungi syaraf dari luka dan inflamasi, serta mampu mendatangkan rasa senang dan kepuasan tersendiri [3]. Minuman yang mengandung cokelat kemudian dapat meningkatkan aliran darah di dalam otak, kadar oksigen, dan fungsi syaraf [4].

Meskipun memiliki segudang manfaat, namun konsumsi cokelat yang berlebihan dapat menyebabkan dampak serius terhadap kesehatan. Berikut adalah 6 efek samping akibat kebanyakan makan cokelat:

1. Meningkatkan Kecemasan

Cokelat memang dapat meningkatkan ketenangan dan mengurangi kecemasan pada seseorang. Namun apabila dikonsumsi secara berlebihan, cokelat justru dapat menambah rasa cemas pada seseorang [5]. Hal ini dikarenakan cokelat mengandung kafein yang cukup banyak. Dalam satu ons, cokelat hitam mengandung 24 mg kafein dan cokelat susu mengandung ¼ kafein dari jumlahnya [6].

Kecemasan pun dapat diiringi dengan semakin cepatnya detakan jantung, dan bahkan mengalami demam saat merasa cemas. Seseorang yang memiliki gangguan panik dan kecemasan sangatlah berisiko apabila mengonsumsi cokelat secara berlebihan.

2. Menimbulkan Jerawat

Jerawat adalah permasalahan unit pilosebaceous yang dikarakterisasikan oleh komedo, papula, kista, nodul, dan bopeng atau bekas jerawat [7]. Jerawat biasanya disebabkan oleh permukaan wajah yang kotor, tingkat stres yang tinggi, kesalahan menggunakan skincare, masalah hormon, dan sebagainya. Akan tetapi, konsumsi cokelat yang berlebihan juga dapat menimbulkan atau memperburuk jerawat pada seseorang.

Konsumsi cokelat—terutama cokelat hitam—dapat memengaruhi kulit wajah dengan meningkatkan deskuamasi corneocytes dan menaikkan kolonisasi bakteri dari residual skin surface components (RSSC) [8]. Seseorang yang memiliki kulit wajah mudah berjerawat sebaiknya tidak dianjurkan untuk mengonsumsi cokelat hitam. Ini dikarenakan meskipun dikonsumsi dalam jumlah normal selama empat minggu, cokelat hitam dapat memperburuk jerawat mereka [9].

3. Menyebabkan Kerusakan Gigi

Apabila dimakan dalam porsi normal, cokelat dapat memelihara kesehatan gigi. Hal ini dikarenakan cokelat mengandung teobromina yang membantu memperkuat enamel gigi, sehingga membuat gigi menjadi tidak mudah rusak [10].

Namun apabila dikonsumsi secara berlebihan, cokelat dapat mengantarkan dosis gula yang tinggi ke dalam mulut. Kondisi ini mendukung tumbuhnya bakteri, karang gigi, dan dapat menyebabkan timbulnya penyakit gusi. Bakteri di dalam mulut kemudian mengubah gula menjadi asam yang berkontribusi pada terjadinya gigi berlubang dan kerusakan gigi [11].

4. Memicu Obesitas

Cokelat memang mengandung polifenol dan flavonol yang tinggi, sehingga menarik perhatian banyak orang karena manfaatnya terhadap kesehatan. Polifenol memiliki peranan yang penting dalam mengatur berat badan dan obesitas. Kandungan yang terdapat pada cokelat mampu mengurangi dampak yang diberikan oleh asam lemak, serta mereduksi penyerapan dan pencernaan lemak dan karbohidrat [12].

Akan tetapi, peranan cokelat dalam mengatur obesitas seringkali memberikan hasil yang konfliktual [13]. Cokelat dapat menyebabkan seseorang mengalami obesitas atau berat badan berlebih apabila dikonsumsi secara terus menerus. Hal ini dikarenakan dalam 100 gramnya, cokelat mengandung 546 kalori, 48 gram gula, dan 31 gram lemak.

5. Menyebabkan Diabetes

Perlu diingat bahwa kadar gula normal yang dibutuhkan oleh tubuh ialah maksimal 140 mg/dL [14]. Sementara itu, kadar gula yang terdapat di dalam cokelat terbilang tinggi, yakni sekitar 48 gram dalam 100 gramnya. Hal ini menyebabkan cokelat tidak dianjurkan untuk dikonsumsi secara berlebihan karena dapat meningkatkan risiko diabetes.

Penderita diabetes memang diharuskan untuk membatasi konsumsi makanan dan minuman manis karena dapat menyebabkan tingginya kadar gula dalam darah [15]. Bahkan, konsumsi cokelat yang berlebihan dapat meningkatkan risiko kardiovaskular bagi penderita diabetes dan hipertensi [16].

6. Menyebabkan Naiknya Asam Lambung

Gastroesophageal reflux disease (GERD) merupakan salah satu penyakit kronis yang menyerang sistem pencernaan. Pernyakit ini terjadi ketika asam lambung kembali naik menuju esofagus atau kerongkongan, sehingga dapat menimbulkan iritasi pada bagian tersebut [17].

Konsumsi cokelat yang berlebihan dapat memicu naiknya asam lambung dan meningkatkan paparan esofagus bagian bawah terhadap asam [18]. Hal ini dikarenakan cokelat mengandung kafein yang harus dihindari oleh penderita asam lambung, yakni sekitar 43 mg dalam 100 gramnya. Tak hanya itu, cokelat juga mengandung methylxanthine yang dapat menyebabkan kekuatan otot pada katup kerongkongan menjadi melemah.

Tips untuk memakan cokelat secara aman:

  • Tidak ada takaran pasti mengenai jumlah ideal cokelat yang baik untuk dikonsumsi karena kebutuhan energi setiap orang berbeda. Namun apabila dibuat kisaran, konsumsi cokelat yang baik ialah sekitar 20 gram per harinya.
  • Memilih cokelat yang berwarna lebih gelap atau hitam karena memiliki jumlah kokoa yang lebih banyak, serta mengandung lebih banyak antioksidan, mineral, dan lemak baik.
  • Hindari memakan cokelat susu terlalu banyak, atau tidak perlu menambahkan susu kental manis ke dalam produk cokelat karena akan mengandung gula lebih banyak.
  • Membuat cokelat sendiri di rumah dengan berbahan dasar kokoa yang tidak manis, serta penambahan gula dan butter yang sedikit.

Referensi:
1. Fernandez-Murga L, Tarin JJ. Garcia-Perez MA, & Cano A. sciencedirect.com. The impact of chocolate on cardiovascular health. 2011.
2. Stephanie AS, Yvonne VY, & Janet CT. sciencedirect.com. Chocolate and chocolate constituents influence bone health and osteoporosis risk. 2019.
3. David LK, Kim D, & Ather A. ncbi.nlm.nih.gov. Cocoa and Chocolate in Human Health and Diseasae. 2011.
4. Robert HS. ealth.harvard.edu. Your brain on chocolate. 2017.
5. Julius S & Ellen SM. sciencedirect.com. More than just caffeine: psychopharmacology of methylxantine interactions with plant-derived phytochemicals. 2018.
6. Anonim. hsph.harvard.edu. Caffeine.
7. Mahmood NF & Shipman AR. Sciencedirect. The age-old problem of acne. 2017.
8. Natalya C, Viktor K, Louise S, Tatiana B, Nigel K, & Ivan P. ncbi.nlm.nih.gov. Continuous Dark Chocolate Consumption Affects Human Facial Skin Surface by Stimulating Corneocyte Desquamation and Promoting Bacterial Colonization. 2018.
9. Saivaree V & Pravit A. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Dark chocolate exacerbates acne. 2016.
10. Arthi L, Vishnurekha C, & Parisa NB. ncbi.nlm.nih.gov. Effect on theobromine in antimicrobial activity: An in vitro study.
11. Anonim. myersdental.com.au. 5 things chocolate does to your teeth.
12. Grace F. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Dark chocolate: an obesity paradox or a culprit for weight gain? 2014.
13. Hasmiza H, Amin I, & Zulfitri AMD. Ncbi.nlm.nih.gov. Effects of Cocoa Polyphenols and Dark Chocolate on Obese Adults: A Scopping Review. 2020.
14. Anonim. cdc.gov. Diabetes. 2021.
15. Jonathan L. clinicaltrials.gov. Dark Chocolate and Glucose Levels in Diabetes. 2021.
16. Ali R, Mohammad K, & Maryam E. ncbi.nlm.nih.gov. High-cocoa polyphenol-rich chocolate improves blood pressure in patients with diabetes and hypertension. 2015.
17. Elizabeth M. sciencedirect.com. Gastroesophageal Reflux Disease. 2007.
18. Teodora SB, Dana EN, Mariana P, & Dan LD. pubmed.ncbi.nlm.gov. Food and Gastroesophageal Reflux Disease. 2019.

Share