Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Escherichia coli atau biasa disebut E. coli adalah bakteri yang ditemukan pada lingkungan, makanan, dan saluran pencernaan manusia dan hewan. Sebagian besar strain E. coli tidak berbahaya, namun beberapa
Daftar isi
Escherichia coli merupakan salah satu bakteri anaerob Gram-negatif, yang memiliki bentuk menyerupai batang dan fakultatif yang pertama kali dideskripsikan oleh Theodor Escherich pada tahun 1885 [1].
Escherichia coli ini dikenal juga sebagai bagian dari flora usus normal tetapi juga bisa menjadi penyebab penyakit usus dan ekstraintestinal pada manusia [2].
Hingga kini, telah ada ratusan strain Escherichia Coli yang teridentifikasi yang dapat menghasilkan spektrum penyakit mulai dari gastroenteritis ringan yang sembuh sendiri hingga gagal ginjal dan syok septik [2].
Escherichia Coli diketahui memiliki virulensi yang dapat membuatnya mampu menghindari pertahanan inang dan mengembangkan resistansi terhadap antibiotik umum [2].
Gejala infeksi Escherichia Coli di usus umumnya akan dapat terlihat antara 1 dan 10 hari setelah terinfeksi, lama waktu ini disebut juga sebagai masa inkubasi [3].
Ketika gejala pertama kali muncul, maka gejala tersebut akan berlangsung selama 5 hingga 10 hari. Adapun gejala umum ini meliputi [3]:
Untuk infeksi Escherichia Coli yang parah, umumnya akan juga menunjukkan beberapa gejala berikut ini [3]:
Escherichia Coli ini diketahui dapat menimbulkan infeksi walau hanya dengan sedikit atau sejumlah kecil Escherichia Coli yang masuk ke pencernaan [4].
Adapun seseorang dapat terpapar oleh Escherichia Coli melalui beberapa cara termasuk melalui makanan atau air yang telah terkontaminasi Escherichia Coli dan kontak orang ke orang [4].
Adapun makanan atau minuman yang dapat menjadi penyebab seseorang terkontaminasi Escherichia Coli antara lain [4]:
Daging giling merupakan salah satu sumber makanan potensial yang menyebabkan paparan Escherichia Coli ke dalam usus manusia.
Mengingat, daging giling yang merupakan gabungan dari banyak daging ini salah satu dagingnya dapat berasal dari daging sapi yang mengandung Escherichia Coli.
Daging sapi yang disembelih memungkinan bakteri Escherichia Coli yang ada di ususnya berpindah ke dagingnya. Dan kemudian daging ini dicampur sebagai daging giling yang akan di konsumsi manusia.
Selain itu, risiko kontaminasi Escherichia Coli ini diketahui akan meningkat pada daging giling yang menggabungkan banyak daging berbeda.
Susu yang tidak dipasteurisasi diketahui juga merupakan salah satu sumber minuman potensial yang menyebabkan kontaminasi Escherichia Coli pada usus manusia.
Mengingat, bakteri Escherichia Coli pada peralatan pemerahan sapi dapat masuk ke dalam susu mentah dan jika susu tidak dipasteurisasi maka Escherichia Coli akan ikut terkonsumsi dan menginfeksi usus manusia.
Limbah dari peternakan sapi diketahui dapat menjadi sumber penyebaran Escherichia Coli pada produk tanaman segar yang ditanam diarea sekitarnya.
Mengingat, bakteri Escherichia Coli yang tinggal di usus sapi dapat ikut mengontaminasi air atau tanah melalui limbah pembuangan peternakan. Jika air atau tanah terkontaminasi Escherichia Coli maka beberapa sayuran seperti bayam dan selada juga akan terkontaminasi Escherichia Coli.
Dan kemudian akan menginfeksi usus manusia ketika seseorang mengonsumsi bayam atau selada terkontaminasi tersebut.
Selain limbah kotoran dari peternakan, limbah buangan manusia ternyata juga dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan air disekitarnya termasuk sungai, danau maupun air irigasi.
Lingkungan air yang terkontaminasi Escherichia Coli dari limbah buangan manusia (tinja) dapat menjadi wabah bagi seluruh daerah.
Mengingat, air merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Adapun kontaminasi air oleh Escherichia Coli ini lebih rentan terjadi didaerah pedesaan.
Bakteri Escherichia Coli ini diketahui juga dapat ditularkan melalui kontak fisik secara langsung dengan orang yang terinfeksi Escherichia Coli atau melalui kontak dengan barang atau apapun yang terkontaminasi Escherichia Coli.
Penyebab infeksi Escherichia Coli akibat kontak ini umumnya dapat terjadi dari orang ke orang khususnya pada orang yang tidak mencuci tangan dengan benar.
Adapun jika dalam keluarga terdapat orang dewasa yang terinfeksi Escherichia Coli maka anak anak akan memiliki risiko tertinggi tertular Escherichia Coli.
Escherichia Coli ini diketahui dapat menginfeksi siapa saja dan kapan saja, namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami infeksi Escherichia Coli, termasuk [4]:
Infeksi Escherichia Coli umumnya akan lebih berisiko terjadi pada [4]:
Selain itu, kedua usia tersebut ternyata juga lebih tinggi risikonya mengembangkan komplikasi yang lebih serius akibat infeksi Escherichia Coli.
Seseorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah atau memiliki kondisi medis lain yang melemahkan sistem kekebalan tubuhnya (seperti AIDS) diketahui akan lebih berisiko mengalami infeksi Escherichia Coli.
Selain itu, konsumsi obat kanker atau obat pencegah penolakan transplantasi organ yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh juga dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi Escherichia Coli.
Makanan atau minuman yang mentah atau tidak matang sempurna dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi Escherichia Coli. Adapun makanan dan minuman tersebut termasuk [4]:
Di Amerika Serikat sendiri, sebagian infeksi banyak terjadi pada periode waktu dari bulan juni hingga september.
Meskipun hingga sekarang belum jelas alasannya, tetapi periode waktu tersebut diduga juga dapat menjadi faktor meningkatnya risiko infeksi Escherichia Coli.
Kadar asam lambung yang menurun dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami infeksi Escherichia Coli karena fungsi perlindungan Escherichia Coli oleh asam lambung juga menurun.
Adapun menurunnya kadar asam lambung ini juga dapat terjadi ketika seseorang mengonsumsi obat untuk mengurangi asam lambung, seperti [4]:
Infeksi Escherichia Coli ini, jika ringan maka akan dapat sembuh secara total dalam waktu satu minggu. Namun, jika parah maka dapat menyebabkan komplikasi berupa sindrom uremik hemolitik [5].
Adapun komplikasi berupa sindrom uremik hemolitik ini sebagian besar terjadi pada anak-anak kecil dan orang tua [5].
Sindrom uremik hemolitik ini awalnya akan menyebabkan pecahnya sel darah merah (hemolisis) yang dapat menimbulkan anemia, jumlah trombosit yang rendah, dan gagal ginjal [5].
Jika trombosit yang berfungsi dalam pembekuan darah kadarnya rendah, maka kemungkinan dapat mengakibatkan penggumpalan darah di pembuluh darah kecil ginjal [5].
Akibatnya, aliran darah ke ginjal menjadi berkurang dan terjadilah yang namanya iskemia atau bahkan menyebabkan gagal ginjal [5].
Selain itu, pembekuan darah ini juga dapat menimbulkan komplikasi lain pada sistem saraf pusat (SSP) yang memengaruhi otak dan sumsum tulang belakang berupa [5]:
Infeksi usus oleh Escherichia Coli diketahui dapat menyebabkan tubuh mengalai dehidrasi dan komplikasi yang serius atau bahkan kematian jika tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat [3].
Oleh karena itu, jika mengalami gejala berikut ini maka segera periksakan diri kedokter [3]:
Berikut ini merupakan beberapa hal yang akan dilakukan dalam mendiagnosis Escherichia Coli [4, 5]:
Adapun pengambilan sampel tersebut harus dilakukan dalam waktu 48 jam setelah diare berdarah mulai terjadi [5].
Pengujian sampel tinja ini dilakukan untuk memastikan keberadaan Escherichia Coli dalam sistem pencernaan pasien [4].
Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat dilakukan dalam upaya perawatan infeksi Escherichia Coli [4]:
Pencegahan terhadap infeksi Escherichia Coli dapat dilakukan dengan mempraktikkan perilaku bersih seperti [3]:
Adapun untuk memasak daging, ada beberapa suhu yang dianjurkan agar bakteri didalamnya mati selama proses memasak, antara lain [3]:
1. Ji Youn Lim, Jang W. Yoon & Carolyn J. Hovde. A Brief Overview of Escherichia coli O157:H7 and Its Plasmid O157. J Microbiol Biotechnol; 2010.
2. Matthew Mueller & Christopher R. Tainter. Escherichia Coli. National Center for Biotechnology Information, US. National Library of Medicine, National Institutes of Health; 2020.
3. Ann Pietrangelo & Jill Seladi-Schulman, Ph.D. E. Coli Infection. Healthline; 2019.
4. Anonim. E. coli. Mayo Clinic; 2021.
5. Yvette Brazier & Suzanne Falck, M.D., FACP. What to know about E. coli infection. Medical News Today; 2017.