Daftar isi
Gangguan muskuloskeletal merupakan sebuah kondisi ketika tulang belakang, tendon, sendi, otot, ligamen dan saraf tidak berfungsi dengan normal.
Bagian-bagian tubuh tersebut sangat vital dalam mendukung fungsi tubuh, terutama pada punggung, leher dan anggota badan.
Ketika fungsi sistem muskuloskeletal tersebut mengalami gangguan, maka berbagai penyakit degeneratif pun berpotensi timbul di kemudian hari.
Penyakit degeneratif merupakan jenis penyakit yang merusak jaringan tubuh namun dalam jangka waktu yang lama.
Meski begitu, jika penyakit degeneratif sudah terjadi rasa sakit yang ditimbulkannya mampu menghambat penderitanya dalam melakukan rutinitas karena sulit bergerak.
Tinjauan Gangguan muskuloskeletal adalah masalah kesehatan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal dan umumnya meliputi tulang belakang, tendon, sendi, otot, ligamen dan saraf yang tidak berfungsi dengan normal.
Beberapa jenis kondisi gangguan muskuloskeletal yang cukup umum terjadi dan mampu memengaruhi sendi, otot hingga tulang antara lain adalah :
Fibromialgia adalah kondisi yang ditandai dengan rasa nyeri pada otot dan tulang [4,5].
Rasa nyeri ini mampu menyebar ke seluruh tubuh dan akan disertai dengan gejala sering mengantuk, suasana hati yang berubah, tubuh cepat lelah, hingga daya konsentrasi dan ingat yang menurun.
Namun penyebab dari fibromialgia sendiri belum diketahui jelas; ada dugaan kuat bahwa kondisi ini terkait gangguan senyawa kimia pada otak, cedera, penyakit infeksi, atau mutasi gen.
Tendinitis merupakan kondisi ketika tendon mengalami iritasi atau radang [6].
Tendon sendiri merupakan jaringan penghubung antar tulang dan otot sehingga tubuh manusia dapat bergerak dengan baik.
Bila peradangan menyerang tendon, seseorang dengan kondisi ini akan merasakan nyeri ketika menggerakkan otot tubuhnya.
Bentuk gangguan muskuloskeletal lainnya adalah sindrom lorong karpal yang ditandai dengan rasa nyeri, kesemutan, kelemahan dan terkadang mati rasa pada tangan [3,7].
Bila saraf pergelangan tangan mengalami tekanan (terhimpit misalnya), maka sindrom ini dapat timbul.
Pergelangan tangan yang mengalami keretakan pun mampu menjadi salah satu penyebab sindrom ini terjadi.
Rheumatoid arthritis atau artritis reumatoid adalah kondisi radang pada sendi sebagai dampak dari gangguan sistem imun [1].
Ketika sistem kekebalan tubuh justru keliru menyerang jaringannya sendiri, gangguan muskuloskeletal seperti artritis reumatoid dapat terjadi dengan kondisi radang yang menyerang sendi cukup lama.
Osteoarthritis merupakan sebuah kondisi ketika sendi mengalami radang kronis sebagai dampak dari rusaknya tulang rawan [1,4].
Osteoarthritis umumnya ditandai dengan rasa kaku dan nyeri pada sendi di mana osteoarthritis ini pun sebenarnya masih termasuk dalam golongan arthritis.
Osteoarthritis ini pun merupakan jenis penyakit degeneratif sendi yang seiring waktu dapat membahayakan tubuh penderitanya.
Fraktur atau patah tulang merupakan jenis gangguan muskuloskeletal lainnya, yaitu sebuah kondisi saat tulang mengalami patah sehingga mengalami perubahan bentuk dan posisi [4].
Umumnya cedera menjadi penyebab utama tulang patah, namun sebenarnya terdapat banyak jenis patah tulang tergantung penyebabnya.
Tingkat keparahan gangguan muskuloskeletal berbeda antar individu yang mengalaminya, tergantung pula dari jenis gangguan muskuloskeletal yang terjadi.
Pada beberapa kasus, penderitanya merasakan sakit yang parah sehingga aktivitas sehari-hari terhambat.
Tinjauan Beberapa jenis gangguan muskuloskeletal antara lain adalah fibromialgia, tendinitis, patah tulang, sindrom lorong karpal, osteoarthritis, dan artritis reumatoid.
Penyebab dari terjadinya gangguan muskuloskeletal bervariasi, tergantung dari jenis dan lokasi jenisnya.
Berbagai faktor dan alasan gangguan muskuloskeletal ditentukan oleh sejumlah faktor risiko sebagai berikut :
Beberapa kegiatan harian yang dianggap biasa namun sebenarnya mampu menyebabkan gangguan muskuloskeletal, antara lain adalah :
Tinjauan Penyebab pasti gangguan muskuloskeletal tergantung dari jenis kondisi yang dialami oleh penderita. Namun, faktor usia, faktor riwayat kesehatan keluarga, faktor gaya hidup, faktor pekerjaan, dan faktor tingkat aktivitas dapat memicu gangguan muskuloskeletal.
Gangguan muskuloskeletal sangat identik dengan terjadinya radang pada bagian tubuh manapun.
Ada banyak bagian tubuh yang dapat terkena radang di mana sebagai gejala utamanya, rasa nyeri ringan hingga hebat dapat dirasakan.
Namun tergantung dari jenis gangguan muskuloskeletal yang terjadi, gejala akan sangat bervariasi tergantung kondisi dan lokasi tubuh, namun beberapa gejala yang dialami antara lain adalah [1,2,3,4] :
Beberapa bagian tubuh yang sangat umum mengalami gejala gangguan muskuloskeletal antara lain adalah [2] :
Karena hal ini, sejumlah penderita yang mengalami gejala akan mengalami kesulitan dalam melakukan beberapa jenis aktivitas.
Kegiatan ringan seperti mengetik atau berjalan kaki dapat menjadi tidak nyaman.
Gejala dapat memburuk seiring waktu sehingga membatasi pergerakan tubuh penderita, hal ini kemudian berakibat pada aktivitas yang terhambat.
Tinjauan Gejala utama yang umumnya terjadi ketika seseorang mengalami gangguan muskuloskeletal adalah tubuh cepat lelah, nyeri, kaku, bengkak di beberapa area tubuh, kemerahan, kesemutan, kelemahan otot, susah tidur, hingga terbatasnya gerakan tubuh.
Ketika pasien ke dokter untuk memeriksakan gejala, umumnya dokter akan menerapkan beberapa metode diagnosa, seperti :
1. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Medis
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh adalah metode diagnosa yang dilakukan pertama kali oleh dokter [5,7].
Tak hanya memeriksa fisik, dokter juga akan mengajukan sejumlah pertanyaan mengenai riwayat gejala dan riwayat medis pasien serta keluarga pasien.
Kedua metode pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mendeteksi penyebab dari gejala-gejala yang terjadi pada tubuh pasien.
2. Uji Otot dan Sendi
Pengujian otot dan sendi juga dilakukan oleh dokter untuk mengecek :
3. Tes Pemindaian
Tes pencitraan atau pemindaian juga akan diterapkan oleh dokter sebagai metode diagnosa penunjang untuk menegakkan diagnosa.
Tes pencitraan berupa MRI atau CT scan dapat membantu dokter dalam memeriksa bagian dalam tubuh pasien dan menemukan ada tidaknya gangguan tertentu penyebab gejala gangguan muskuskeletal [5].
Rontgen tulang juga adalah tes penunjang yang dokter kiranya perlu terapkan agar kondisi tulang pasien dapat terlihat.
4. Tes Darah
Gangguan muskuloskeletal dapat terjadi karena penyakit rematik atau yang berhubungan dengan asam urat [8].
Maka untuk menentukan apakah penderita gangguan muskuloskeletal memiliki rematik atau asam urat, tes darah biasanya direkomendasikan oleh dokter.
Tinjauan Pemeriksaan fisik dan riwayat medis, tes darah, tes pemindaian, serta tes uji otot dan sendi menjadi metode diagnosa yang dokter terapkan untuk mengetahui jenis kondisi pasien, penyebab, dan pengobatan yang sesuai.
Tergantung dari jenis kondisi yang dialami penderita, metode pengobatan gangguan muskuloskeletal sangat beragam.
Umumnya, pengobatan yang perlu didapat atau ditempuh oleh penderita adalah [4,5,9,10,11] :
Tinjauan Tergantung dari jenis dan lokasi gangguan muskuloskeletal terjadi, pengobatan penyakit ini sangat beragam. Obat pereda nyeri, obat peningkat kualitas tidur, olahraga, terapi fisik dan okupasi, chiropractic, antiradang, teknik relaksasi, akupresur dan akupunktur adalah jenis-jenis pengobatan yang dapat ditempuh pasien.
Risiko komplikasi paling tinggi pada penderita gangguan muskuloskeletal adalah ketika gerakan tubuh sudah sangat terbatas dan terasa nyeri hampir di seluruh tubuh [1,2].
Mudah lelah dan nyeri berkepanjangan dapat kemudian berdampak pada kualitas tidur yang menurun.
Beberapa kondisi ini mampu menjadikan aktivitas harian penderita terhambat.
Gangguan muskuloskeletal umumnya tidak dapat dirasakan saat usia masih muda karena gejalanya akan dialami seiring pertambahan usia.
Pencegahan terbaik agar gangguan muskuloskeletal ini tidak terjadi adalah dengan menurunkan risiko-risiko pemicunya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai langkah pencegahan penyakit ini antara lain adalah [2] :
Tinjauan Upaya pencegahan terbaik agar gangguan muskoloskeletal tidak terjadi adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat. Menghindari pekerjaan dan aktivitas berat serta menghindari postur tubuh yang kurang tepat dalam jangka panjang.
1. Birgitta Wiitavaara, PhD, Martin Fahlström, MD PhD, & Mats Djupsjöbacka, PhD. Prevalence, diagnostics and management of musculoskeletal disorders in primary health care in Sweden – an investigation of 2000 randomly selected patient records. Journal of Evaluation in Clinical Practice; 2017.
2. Dian Octaviani. Hubungan Postur Kerja dan Faktor Lain Terhadap Keluhan Musculoskeletal Disorder's (MSDs) pada Sopir Bus Antar Provinsi di Bandar Lampung. Digital Library Universitas Lampung; 2017.
3. Hua Ge, Xuemei Sun, Jiwen Liu, & Chen Zhang. The Status of Musculoskeletal Disorders and Its Influence on the Working Ability of Oil Workers in Xinjiang, China. International Journal of Environmental Research and Public Health; 2018.
4. Opeyemi O. Babatunde, Joanne L. Jordan, Danielle A. Van der Windt, Jonathan C. Hill, Nadine E. Foster, & Joanne Protheroe. Effective treatment options for musculoskeletal pain in primary care: A systematic overview of current evidence. PLoS One; 2017.
5. Juhi Bhargava & John A. Hurley. Fibromyalgia. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
6. A. Kaergaard & J. Andersen. Musculoskeletal disorders of the neck and shoulders in female sewing machine operators: prevalence, incidence, and prognosis. Occupational & Environmental Medicine; 2000.
7. Ann E. Barr, PT, PhD, Mary F. Barbe, PhD, & Brian D. Clark, PhD. Work-Related Musculoskeletal Disorders of the Hand and Wrist: Epidemiology, Pathophysiology, and Sensorimotor Changes. HHS Public Access; 2006.
8. W R Alexander. Laboratory tests in musculoskeletal disorders. Report on Rheumatic Diseases; 1969.
9. Christina S McCrae, Amanda Ross, Ashley Stripling, & Natalie D Dautovich. Eszopiclone for late-life insomnia. Clinical Interventionsin Aging; 2007.
10. Gary Zammit, Ph.D., Sherry Wang-Weigand, M.D., Ph.D., Murray Rosenthal, D.O., & Xuejun Peng, M.D., Ph.D. Effect of Ramelteon on Middle-of-the-Night Balance in Older Adults with Chronic Insomnia. Journal of Clinical Sleep Medicine; 2009.
11. Michael J Garner, Peter Aker, Jeff Balon, Michael Birmingham, David Moher, Dirk Keenan, & Pran Manga. Journal of Manipulative and Physiological Therapeutics; 2007.