Daftar isi
Infeksi rotavirus merupakan jenis infeksi virus yang menyerang saluran pencernaan sehingga mengalami peradangan [1,2,3,4,7,8,13].
Rotavirus juga menjadi sebuah penyakit infeksi yang paling umum menyerang bayi serta anak-anak dan menyebabkan diare pada mereka.
Di negara-negara dengan tingkat kebersihan yang cukup rendah, infeksi rotavirus memiliki potensi lebih besar dialami oleh warganya.
Tinjauan Infeksi rotavirus adalah jenis infeksi virus yang menyebabkan radang pada saluran cerna di mana hal ini menyebabkan diare yang lebih rentan dialami anak-anak, khususnya balita.
Rotavirus merupakan virus yang mampu menyebabkan terjadinya diare pada seseorang, apabila orang tersebut telah tertular melalui fecal-oral [1,3].
Penularan jalur fecal-oral sendiri merupakan proses penularan di mana feses orang yang sudah terinfeksi masuk ke mulut orang yang sehat secara tidak sengaja.
Feses penderita infeksi rotavirus berpotensi mengontaminasi minuman, makanan, air hingga benda-benda yang ada di sekelilingnya.
Kebersihan diri dan lingkungan yang rendah sangat berperan dalam mempercepat dan mempermudah penularan terjadi [1].
Penularan juga dapat terjadi melalui benda karena ada kemungkinan penderita infeksi setelah buang air besar tidak langsung mencuci tangannya dengan bersih.
Tangan yang dalam kondisi kotor lalu memegang benda di sekitarnya tentu membuat benda tersebut terkontaminasi.
Orang lain yang dalam kondisi sehat dan menyentuh benda yang sama lalu tidak mencuci tangan sebelum makan misalnya, akan lebih mudah tertular.
Beberapa kondisi yang merupakan faktor risiko penularan infeksi rotavirus ini sebaiknya diperhatikan [1,5,6] :
Tinjauan Feses orang yang sudah terinfeksi rotavirus dan masuk ke mulut orang yang sehat secara tidak sengaja akan menyebabkan orang sehat tersebut menderita infeksi rotavirus.
Infeksi rotavirus baru akan menimbulkan gejala setiaknya setelah 2 hari seseorang terpapar virus ini di mana diare merupakan awal gejala yang paling umum.
Infeksi virus mampu menyebabkan diare sampai penderita mengalami kehilangan banyak cairan dari dalam tubuh dan meningkatkan risiko bahaya dehidrasi.
Pada anak, beberapa gejala ini adalah yang paling umum terjadi [1,4] :
Ketika gejala-gejala disertai dengan gejala dehidrasi, maka sebaiknya orang tua segera membawa anak ke dokter.
Gejala dehidrasi yang dimaksud antara lain adalah menangis namun tidak mengeluarkan air mata, mulut kering, dan jarang buang air kecil [8].
Jika pun buang air kecil, biasanya urine yang keluar lebih sedikit dari normalnya dan hal ini telah menandakan bahwa anak mengalami dehidrasi.
Anak yang juga mengalami rasa kantuk yang tidak biasa serta jarang merespon apa yang dikatakan oleh orang tua, hal ini perlu segera dikonsultasikan ke dokter.
Tak hanya anak-anak yang dapat menderita infeksi rotavirus, beberapa gejala di bawah ini pun dapat dialami oleh orang dewasa [1,7] :
Jika terdapat gejala dehidrasi, seperti haus yang berlebihan disertai dengan jarang buang air kecil atau urine yang keluar terlalu sedikit saat buang air kecil, segera ke dokter [8].
Terlebih bila mulut kering, kepala terasa pusing melayang, terasa pusing saat sedang berdiri dan tubuh terasa lemah, periksakan diri secepatnya.
Berapa lama gejala infeksi rotavirus berlangsung?
Pada anak, gejala muntah dan demam adalah yang terjadi di awal dan diare biasanya menyusul.
Gejala infeksi tersebut dapat dialami selama kurang lebih 10 hari pada feses bahkan ketika gejala-gejala yang dialami sudah mereda atau hilang.
Ketika gejala tidak kunjung mereda bahkan sudah beberapa hari, segera ke dokter, terutama bila gejala juga mengalami perburukan.
Tinjauan Gejala utama dari infeksi rotavirus adalah diare yang bisa sampai berhari-hari. Seringkali gejala lain seperti demam, tubuh lesu, muntah, dan BAB berdarah ikut terjadi.
Ketika memeriksakan diri ke dokter, biasanya beberapa metode diagnosa seperti berikut akan diterapkan pada pasien :
Dokter seperti biasa akan lebih dulu memeriksa fisik pasien, terutama mengukur suhu badan pasien [1,3,8].
Dokter juga perlu melihat adanya tanda-tanda dehidrasi secara fisik.
Dokter juga akan memberikan sejumlah pertanyaan terkait beberapa gejala dan keluhan yang selama ini dialami pasien [1,3].
Sejak kapan gejala timbul, apa saja gejala yang dirasakan serta sudah berapa lama gejala mengganggu adalah yang biasanya ditanyakan oleh dokter.
Sebagai tes penunjang, dokter kemungkinan akan meminta pasien menempuh tes darah [1,3,8].
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya infeksi dalam darah.
Tes darah juga dapat digunakan untuk mengetahui kadar elektrolit dalam darah sekaligus kadar gula darah.
Pemeriksaan feses juga kiranya diperlukan supaya dokter lebih mudah dalam proses identifikasi jenis patogen penyebab diare [1,4,8].
Tes ini dilakukan dengan mengambil dan memeriksa sampel feses supaya dokter juga lebih mudah dalam mendeteksi antigen rotavirus.
Tinjauan Metode diagnosa yang paling kerap digunakan untuk mendeteksi infeksi rotavirus adalah pemeriksaan riwayat gejala, pemeriksaan fisik, tes darah, dan tes tinja.
Penanganan infeksi rotavirus biasanya terdiri dari obat yang diberikan oleh dokter dan perawatan mandiri di rumah.
Untuk menangani gejala infeksi rotavirus sebenarnya tidak ada cara khusus, sebab antivirus dan antibiotik sekalipun tidak dapat mengatasinya.
Infeksi rotavirus umumnya dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 3 hingga 7 hari cukup dengan mencegah dehidrasi.
Dalam mencegah dehidrasi, baik anak-anak maupun orang dewasa yang mengalami infeksi rotavirus sebaiknya minum banyak cairan [11,12].
Baik anak-anak maupun orang dewasa juga perlu menjadikan makanan dan minuman manis sebagai pantangan, seperti jus buah dan soda [3].
Diare dapat diperburuk dengan mengonsumsi makanan dan minuman tersebut, bahkan termasuk juga hindari air putih dan sup kaldu ayam.
Pastikan pula untuk menghindari kafein, makanan berempah tinggi, serta alkohol dan apapun yang berpotensi membuat perut mudah teriritasi.
Bila diare yang dialami oleh anak begitu parah, segera bawa ke dokter dan konsultasikan mengenai obat apa yang perlu diberikan.
Biasanya, dokter kemudian memberikan cairan rehidrasi oral, seperti Enfalyte atau Pedialyte [9].
Konsultasikan ke dokter mengenai perawatan terbaik bagi anak, terutama jika diare sudah terjadi selama beberapa hari.
Cairan rehidrasi yang diberikan oleh dokter ini tak hanya dapat merehidrasi tubuh anak, tapi juga menggantikan mineral yang hilang karena terus-menerus keluar dari tubuh [10].
Namun jika memang sudah terlampau parah, biasanya anak perlu mendapatkan tindakan rawat inap dan cairan intravena.
Namun perlu diperhatikan oleh para orang tua, infeksi rotavirus tidak sebaiknya ditangani dengan obat antidiare.
Tinjauan Istirahat dan mengasup banyak cairan adalah perawatan mandiri terbaik untuk mengatasi infeksi rotavirus. Namun bila gejala diare terlalu parah, dokter akan memberikan cairan rehidrasi bagi tubuh pasien.
Ketika infeksi rotavirus tidak segera ditangani, beberapa risiko komplikasi di bawah ini dapat terjadi [1,2,3,13] :
Upaya pencegahan terbaik agar infeksi rotavirus tidak menyerang tentu adalah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan baik.
Maka beberapa upaya berikut dapat dilakukan untuk meminimalisir risiko infeksi rotavirus [1,2,3,8] :
Tinjauan Pencegahan terbaik infeksi rotavirus adalah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Selain itu, memperoleh vaksin pencegah infeksi rotavirus juga sangat penting bagi anak-anak. Berkonsultasilah dengan dokter mengenai apa vaksin yang dianjurkan dan kapan sebaiknya diberikan pada anak.
1. Caitlin E. LeClair & Deepa P. Budh. Rotavirus. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Rezi Arianto, Deddy Satriya Putra, & Fauzia Adrini D. Profil Umur dan Jenis Kelamin Diare Akut Rotavirus dan Non Rotavirus pada Balita yang Dirawat di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
3. Sue E. Crawford, Sasirekha Ramani, Jacqueline E. Tate, Umesh D. Parashar, Lennart Svensson, Marie Hagbom, Manuel A. Franco, Harry B. Greenberg, Miguel O’Ryan, Gagandeep Kang, Ulrich Desselberger, & Mary K. Estes. Rotavirus infection. HHS Public Access; 2018.
4. Carolina Gasparinho, João Piedade, Maria Clara Mirante, Cristina Mendes, Carlos Mayer, Susana Vaz Nery, Miguel Brito, & Claudia Istrate. Characterization of rotavirus infection in children with acute gastroenteritis in Bengo province, Northwestern Angola, prior to vaccine introduction. PLoS One; 2017.
5. S. M. Cook, R. I. Glass, C. W. LeBaron, & M. S. Ho. Global seasonality of rotavirus infections. Bulletin World Health Organization; 1990.
6. B L Barrón-Romero, J Barreda-González, R Doval-Ugalde, J Zermeño-Eguia Liz, & M Huerta-Peña. Asymptomatic rotavirus infections in day care centers. Journal of Clinical Microbiology; 1985.
7. Evan J Anderson & Stephen G Weber. Rotavirus infection in adults. The Lancet Infectious Diseases; 2004.
8. Umesh D Parashar, E Anthony S Nelson, & Gagandeep Kang. Diagnosis, management, and prevention of rotavirus gastroenteritis in children. HHS Public Access; 2018.
9. Zbys Fedorowicz, Vanitha A Jagannath, & Ben Carter. Antiemetics for reducing vomiting related to acute gastroenteritis in children and adolescents. Cochrane Library; 2011.
10. G Nappert, J M Barrios, G A Zello, & J M Naylor. Oral rehydration solution therapy in the management of children with rotavirus diarrhea. Nutrition Reviews; 2000.
11. Eric Wobudeya, Hanifa Bachou, Charles K Karamagi, Joan N Kalyango, Edrisa Mutebi, & Henry Wamani. Breastfeeding and the risk of rotavirus diarrhea in hospitalized infants in Uganda: a matched case control study. BioMed Central; 2011.
12. L C Duffy, T E Byers, M Riepenhoff-Talty, L J La Scolea, M Zielezny & P L Ogra. The effects of infant feeding on rotavirus-induced gastroenteritis: a prospective study. American Journal of Public Health; 1986.
13. Robert F. Ramig. Pathogenesis of Intestinal and Systemic Rotavirus Infection. Journal of Virology; 2004.