Jerawat bisa muncul di bagian tubuh mana saja, tak terkecuali di telinga [1,2].
Jerawat sendiri adalah kondisi bintik-bintik berwarna kemerahan yang jika disentuh atau ditekan akan terasa sakit pada umumnya [1,2].
Kondisi bintik ini timbul karena terjadinya sumbatan pada folikel rambut tempat rambut tumbuh oleh sel-sel kulit mati, kotoran, dan/atau minyak [1,2].
Siapa saja bisa mengalami jerawat, dari usia remaja hingga orang dewasa dan jerawat seringkali sama sekali tidak nyaman dan terasa begitu sakit [1,2].
Jerawat adalah masalah kulit yang wajar dan normal yang seringkali timbul tidak hanya pada wajah, tapi juga kulit kepala, leher, hingga punggung [1,2,3,4].
Sedangkan untuk jerawat di telinga, kasus ini sebenarnya cukup jarang dijumpai, namun kondisi ini tetap dapat ditangani.
Jerawat pada dasarnya timbul dalam berbagai bentuk pada berbagai jenis kondisi kulit.
Jerawat walaupun dikenal sebagai bintik merah yang sakit pada permukaan kulit, seringkali jerawat juga timbul dalam bentuk blackhead, whitehead, nodul dan kista [3,4,5].
Jerawat di telinga walaupun jarang namun juga berpotensi muncul karena pori-pori kulit tersumbat oleh sel kulit mati dan minyak berlebihan [3,4].
Pada bagian luar telinga atau saluran telinga luar dekat dengan sel-sel rambut, begitu pula dengan kelenjar minyak sehingga sangat memungkinkan jerawat untuk tumbuh di sana [3,4].
Selain terjadi alami karena minyak dan sel kulit mati menyumbat pori, bakteri dapat diwaspadai pula sebagai penyebab jerawat di telinga [3,4].
Area telinga yang kurang dijaga kebersihannya lebih mudah menjadi lokasi tumbuhnya jerawat karena bakteri [3,4].
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang sangat dapat meningkatkan risiko jerawat tumbuh di telinga [3,4] :
Beberapa faktor penyebab jerawat lainnya yang umum terjadi dapat pula menjadi alasan timbulnya jerawat pada telinga, seperti [1,2,3,4,5] :
Bolehkah memencet jerawat di telinga?
Jika jerawat yang timbul pada kulit wajah tidak dianjurkan sama sekali untuk dipencet, begitu pula halnya bila jerawat tumbuh di telinga.
Hindari aktivitas memencet jerawat, terutama menggunakan tangan yang tidak dalam kondisi bersih [2,3].
Memencet jerawat seringkali dianggap sebagai solusi, namun risiko infeksi dan peradangan justru semakin tinggi karenanya [2,3,6].
Infeksi dan peradangan bisa semakin buruk karena nanah yang dipencet justru terdorong lebih dalam ke pori-pori, berikut bakteri yang ada di dalamnya [2,3,6].
Mencoba memencet jerawat pada telinga lebih berisiko menyebabkan infeksi karena telinga jauh lebih sensitif dari pada area wajah [2,3].
Selain itu, memencet jerawat berpotensi merusak kulit yang pada akhirnya mengakibatkan bekas luka yang juga tidak mudah dihilangkan [2,3,6].
Apabila jerawat cukup mengganggu, menemui dokter spesialis kulit akan lebih aman daripada memencetnya sendiri dengan risiko cukup berbahaya bagi kulit.
Atau, cara mandiri selain memencetnya langsung adalah dengan memakai bahan-bahan alami yang mampu meredakan peradangan dan mengempiskan jerawat secara aman.
Memencet jerawat mungkin efektif bagi beberapa orang, namun tak sedikit pula yang justru mengalami kesulitan pada akhirnya dalam menghilangkan bekas luka hasil pencetan.
Oleh sebab itu, berikut ini merupakan cara-cara mandiri dan alami yang bisa dicoba, berikut sejumlah pengobatan umum dari dokter.
Namun, ada kalanya jerawat di telinga sekalipun tidak mudah dihilangkan dan disembuhkan menggunakan cara-cara mandiri dan alami tersebut.
Ketika jerawat terus bermunculan setelahnya menyebabkan rasa sakit dan jerawat bersifat persisten, konsultasikan dengan dokter [3,4].
Dokter akan lebih dulu menentukan tingkat keparahan jerawat pada telinga pasien; ringan, sedang, sedang hingga parah, atau sudah tergolong parah [1,3,4].
Ketika mengunjungi dokter untuk mengatasi jerawat, beberapa perawatan dan pengobatan di bawah ini akan dokter resepkan dan rekomendasikan sesuai kondisi jerawat pasien.
Obat antibiotik dapat diresepkan oleh dokter untuk melawan bakteri penyebab radang [3,9].
Antibiotik yang tergolong efektif untuk masalah jerawat adalah doxycycline atau minocycline; oleh sebab itu, salah satunya dokter akan resepkan [3,4,9].
Meskipun pada masa lampau antibiotik bukan obat yang umum untuk mengatasi jerawat, kini tampak lebih sering dijumpai [3].
Obat oles atau topikal yang biasanya dokter dapat berikan atau rekomendasikan adalah tretinoin [3,4,10].
Berasal dari vitamin A, obat ini bisa dibeli baik dengan atau tanpa resep dokter [3,4,10].
Obat dalam bentuk krim ini terbukti efektif dalam mengatasi jerawat (termasuk jerawat di telinga) [3,4].
Obat-obatan sistemik seperti isotretinoin yang berasal dari vitamin A tergolong efektif bagi pemilik jerawat yang sudah cukup parah [3,4,11].
Jerawat kistik dapat diatasi dengan isotretinoin, namun kenali beberapa efek sampingnya sebelum memakai [3,4].
Pada beberapa kasus, efek samping penggunaan isotretinoin dapat meliputi kulit kering, kulit iritasi, hingga kulit terbakar [12].
Jadi saat efek samping seperti itu mulai timbul, jangan ragu untuk segera mengonsultasikannya ke dokter.
Hindari pemakaian lebih lanjut apabila dirasa kurang cocok dan tidak efektif dalam meredakan gejala, sebab dokter pasti akan memberikan obat alternatif yang jauh lebih aman.
Untuk jerawat dengan tingkat keparahan sedang, benzoyl peroxide 5% merupakan obat yang efektif [3,13].
Namun dalam penggunaannya, terapkan obat ini tidak pada luka terbuka, termasuk di mulut atau hidung [3,13].
Jika ragu, konsultasikan lebih dulu dengan dokter mengenai apa saja efek sampingnya agar lebih aman.
Jerawat parah yang kemudian menyebabkan timbulnya lesi akan sangat mengganggu penampilan dan cukup menyakitkan [3,14].
Untuk kasus jerawat seperti ini, penggunaan obat anti-inflamasi nonsteroid dapat menjadi solusi, seperti naproxen atau ibuprofen [3,14].
Namun jika obat-obatan ini tak memberikan efek yang cukup manjur, maka segera ke dokter untuk berkonsultasi dan meminta opsi pengobatan lain [3].
Jerawat memang seringkali timbul tanpa bisa diduga, sekalipun mungkin sudah cukup rutin membersihkan wajah dan tubuh.
Namun, tetap terdapat beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko jerawat tumbuh di telinga, yaitu [3,4] :
Timbulnya benjolan atau bintik pada telinga, terutama di saluran telinga akan sulit terlihat.
Namun jika lama-kelamaan benjolan ini bermasalah atau memburuk, segera ke dokter untuk memeriksakannya.
Benjolan bisa saja menandakan adanya kondisi lain selain jerawat yang lebih parah dan membahayakan kesehatan, seperti kanker.
Jika tidak yakin, maka sebaiknya hindari mengatasi sendiri benjolan atau bintik di telinga tersebut dan konsultasikan dengan dokter secepatnya.
1. J Ayer & N Burrows. Acne: more than skin deep. Postgraduate Medical Journal; 2006.
2. David A. Whiting, MD, M Med, FRCP. Acne. Western Journal of Medicine; 1979.
3. Sarika Ramachandran, MD & Elizabeth Connor. Pimple in Ear: How It Happens and How to Treat It. Healthline; 2021.
4. Cynthia Cobb, DNP, APRN, WHNP-BC, FAANP & by Jon Johnson. How to remove a pimple in your ear. Medical News Today; 2018.
5. Ichiro Kurokawa & Keisuke Nakase. Recent advances in understanding and managing acne. F1000 Research; 2020.
6. Anonim. Skin care for acne-prone skin. National Center for Biotechnology Information; 2013.
7. Anonim. Boils and carbuncles: How are boils treated?. National Center for Biotechnology Information; 2018.
8. Huijuan Cao, Guoyan Yang, Yuyi Wang, Jian Ping Liu, Caroline A Smith, Hui Luo, & Yueming Liu. Complementary therapies for acne vulgaris. HHS Public Access; 2016.
9. Leon H Kircik. Doxycycline and minocycline for the management of acne: a review of efficacy and safety with emphasis on clinical implications. Journal of Drugs in Dermatology; 2010.
10. James Leyden, Linda Stein-Gold, & Jonathan Weiss. Why Topical Retinoids Are Mainstay of Therapy for Acne. Dermatology and Therapy; 2017.
11. Alison Layton. The use of isotretinoin in acne. Dermatoendocrinology; 2009.
12. Hannah D. Pile & Nazia M. Sadiq. Isotretinoin. National Center for Biotechnology Information; 2021.
13. Taraneh Matin & Marcus B. Goodman. Benzoyl Peroxide. National Center for Biotechnology Information; 2020.
14. M. Joyce Rico, MD. The Role of Inflammation in Acne Vulgaris. Practical Dermatology; 2013.