Daftar isi
Kanker tenggorokan merupakan jenis kanker yang menyerang jaringan tenggorokan dan ditandai dengan sakit di tenggorokan, sulit menelan, hingga perubahan suara [1,3,4,8,17,18].
Padahal, tenggorokan merupakan bagian penting di mana saluran ini mendukung proses pernapasan dan pencernaan agar terjadi dengan baik [19].
Fungsi tenggorokan untuk pernapasan adalah sebagai pengalir udara dari hidung ke trakea maupun sebaliknya [19].
Sedangkan untuk proses pencernaan, tenggorokan adalah saluran tempat masuknya makanan (dalam proses menelan dari mulut menuju kerongkongan) [19].
Kanker tenggorokan sendiri bisa di berbagai jaringan penyusun tenggorokan, seperti laring atau tonsil (amandel) [19].
Bagian-bagian tenggorokan yang dapat ditumbuhi sel kanker antara lain adalah tonsil, laring, dan faring [20].
Tinjauan Kanker tenggorokan adalah jenis kanker yang pertumbuhannya terjadi di jaringan tenggorokan, terutama pada faring, tonsil dan laring.
Kanker tenggorokan terbagi menjadi tiga jenis kondisi menurut lokasi bagian tenggorokan yang diserang sel kanker [1,17].
Jenis kanker ini berawal dari sel kanker yang tumbuh di pita suara dan mampu menyebabkan produksi suara mengalami masalah.
Kanker supraglotis adalah kanker yang berawal dari bagian atas pita suara.
Jika tumor tumbuh di sana, hal ini akan menghambat jalan pernapasan.
Kanker subglotis adalah jenis kanker yang pertumbuhannya di bawah pita suara.
Jenis kanker tenggorokan ini berawal dari pertumbuhan tumor pada hipofaring atau tenggorokan bagian bawah.
Jenis kanker tenggorokan ini berawal dari orofaring, yakni di belakang mulut.
Orofaring juga diketahui menjadi bagian dari amandel.
Jenis kanker tenggorokan ini berawal dari tumbuhnya tumor di nasofaring.
Nasofaring sendiri terletak tepat di belakang hidung sehingga kemungkinan mampu menyumbat saluran napas bila tumor semakin besar.
Tinjauan Kanker tenggorokan terbagi menjadi beberapa jenis kondisi menurut letak pertumbuhan tumor, yaitu kanker glotis, kanker supraglotis, kanker subglotis, kanker hipofaring, kanker orofaring, dan kanker nasofaring.
Mutasi gen disebut menjadi penyebab utama adanya perubahan gen di sel-sel tenggorokan [4].
Pertumbuhan sel abnormal yang tak terkontrol terjadi sebagai efek dari mutasi gen tersebut [4].
Hanya saja, penyebab utama proses mutasi gen belum diketahui secara jelas.
Berikut ini adalah sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risiko kanker tenggorokan dan perlu diwaspadai :
Tinjauan Mutasi gen dikaitkan erat dengan timbulnya kanker tenggorokan, namun sejumlah faktor seperti kebiasaan merokok dan penyalahgunaan alkohol pun menjadi pemicu dari rata-rata kasus kanker tenggorokan.
Pada awal pertumbuhan sel kanker, biasanya gejala belum dialami oleh penderitanya.
Namun seiring dengan pertumbuhan ukuran sel-sel kanker, gejala-gejala berikut dapat menjadi keluhan utama penderita [1,3,9] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Apabila keluhan-keluhan tersebut mulai dialami, jangan ragu untuk segera memeriksakannya ke dokter, terutama ketika kondisi tak kunjung membaik.
Kanker tenggorokan di stadium awal dapat menimbulkan gejala-gejala yang serupa dengan penyakit saluran pernapasan lain.
Oleh sebab itu, pemeriksaan dini sangat dianjurkan agar kanker atau penyakit lain yang menyebabkan gejala dapat terdeteksi.
Jika benar penderita mengalami kanker tenggorokan, deteksi dini pada stadium awal kanker akan mempermudah pengobatannya.
Penderita gejala kanker tenggorokan stadium lanjut akan lebih sulit ditangani dan memiliki prognosis yang lebih buruk.
Salah satu faktor penyebab kanker tenggorokan adalah infeksi HPV, maka penting untuk segera memeriksakan diri agar dapat berkonsultasi mengenai perlu tidaknya vaksin HPV untuk pasien dapatkan.
Tinjauan Sejumlah gejala yang dapat ditimbulkan oleh kanker tenggorokan antara lain; suara serak, kesulitan menelan, batuk, bicara tidak jelas, telinga berdengung, telinga sakit, tenggorokan sakit, benjolan muncul di leher, dan berat badan turun drastis.
Ketika beberapa gejala yang mengarah pada kanker tenggorokan mulai timbul, penderita sebaiknya langsung menemui dokter, menempuh pemeriksaan dan berkonsultasi dengan dokter.
Sejumlah metode diagnosa yang umumnya dokter terapkan untuk mengonfirmasi kondisi kanker tenggorokan pada pasien antara lain :
Pemeriksaan fisik selalu menjadi awal dari metode diagnosa yang dokter terapkan untuk mengidentifikasi apa saja gejala fisik yang pasien alami [1].
Selain itu, dokter juga akan bertanya kepada pasien mengenai riwayat medis pasien serta keluarga pasien [1].
Dokter pun perlu mengetahui apa saja kebiasaan pasien yang kiranya memicu gejala kanker tenggorokan, termasuk kebiasaan minum minuman beralkohol dan merokok jangka panjang [1].
Untuk pemeriksaan penunjang ini, pasien perlu mengunjungi dokter THT dan diperiksa bagian tenggorokan agar dokter dapat mengetahui kondisi spesifiknya [10].
Biasanya, pemeriksaan dilakukan dengan memanfaatkan alat berupa selang yang diujungnya terdapat kamera.
Endoskop adalah sebutan bagi alat ini di mana biasanya dokter perlu memasukkan alat ini ke dalam hidung pasien dan mencapai tenggorokan untuk mengambil gambar kondisi di bagian tersebut.
Tes pemindaian seperti halnya rontgen, MRI scan, CT scan, hingga PET scan kemungkinan akan direkomendasikan oleh dokter [11].
Pasien perlu menempuh tes-tes penunjang ini untuk mengetahui sudah sampai mana tingkat penyebaran dan keparahan kanker tenggorokan.
Pengambilan sampel jaringan atau biopsi juga merupakan metode diagnosa yang perlu ditempuh oleh pasien [1,7,11].
Pada prosedur biopsi, dokter akan mengambil sampel jaringan tenggorokan pasien yang kemudian sampel ini dibawa ke laboratorium untuk dianalisa lebih jauh.
Alat endoskop biasanya dapat digunakan untuk proses pengambilan sampel jaringan tenggorokan.
Dari hasil rangkaian pemeriksaan di atas, dokter baru dapat menentukan stadium kanker pasien.
Mengetahui stadium kanker sangat penting bagi dokter agar dokter dapat memberikan pengobatan yang sesuai.
Terdapat 5 stadium kanker tenggorokan berdasarkan pada tingkat penyebaran dan keparahannya, yaitu [4] :
Tinjauan Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, nasoendoskopi, tes pemindaian, dan biopsi merupakan serangkaian metode diagnosa untuk pasien dengan gejala kanker tenggorokan. Hasil diagnosa kemudian digunakan oleh dokter dalam menentukan stadium kanker.
Dokter memberikan pengobatan kepada pasien tergantung dari usia pasien, kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh, serta stadium kanker yang pasien alami.
Semakin awal kanker terdeteksi, pengobatan semakin mudah dan peluang untuk pulih semakin besar.
Di bawah ini adalah metode-metode pengobatan bagi pasien kanker tenggorokan pada umumnya.
Kemoterapi adalah sejenis terapi obat di mana dokter meresepkan obat-obat antikanker seperti carboplatin, cisplatin, fluorouracil, capecitabine, gemcitabine, atau paclitaxel [1,3,4,12].
Tujuan kemoterapi adalah untuk membunuh sel-sel kanker dalam tubuh pasien sehingga pertumbuhan dan penyebarannya bisa dihambat [1,3,4].
Kemoterapi kerap dikombinasi bersama radioterapi, tergantung dari kebutuhan kondisi pasien [1,3,4,12].
Beberapa jenis obat pun diketahui justru memiliki efektivitas lebih tinggi bagi pasien apabila disertai radioterapi.
Terapi radiasi atau radioterapi adalah metode pengobatan kanker yang juga dapat digunakan untuk pasien kanker tenggorokan [1,3,4,12].
Dokter pada prosedur ini memanfaatkan sinar berenergi tinggi sebagai pembasmi sel-sel kanker dalam tubuh pasien.
Radioterapi tanpa metode pengobatan lain seringkali sudah cukup untuk mengatasi kanker stadium awal [1,3,4,13].
Namun untuk kasus kanker stadium lanjut/akhir, radioterapi tidak dapat mengatasi dan hanya digunakan sebagai penghambat perkembangan kanker dan pereda gejala saja.
Jika kemoterapi dan radioterapi saja tidak efektif dalam mengatasi kanker karena kanker tenggorokan sudah berada di stadium lanjut, langkah operasi perlu ditempuh oleh pasien [1,3,4,14].
Salah satu metode operasi yang direkomendasikan oleh dokter adalah laringektomi; tujuannya adalah untuk mengangkat seluruh atau sebagian saja laring pasien [4].
Baik kanker tenggorokan stadium awal maupun lanjut dapat diatasi menggunakan laringektomi, tergantung kondisi dan pilihan pasien [3].
Metode operasi lainnya yang kemungkinan dokter rekomendasikan karena kanker tak dapat dibasmi hanya melalui radioterapi maupun kemoterapi adalah faringektomi [14].
Tindakan medis ini bertujuan utama mengangkat seluruh maupun sebagian faring yang sudah terserang kanker [14].
Selain laringektomi dan faringektomi, ada kemungkinan dokter merekomendasikan prosedur diseksi leher bagi pasien yang mengalami penyebaran kanker sudah sampai di leher [1,13,14].
Prosedur medis ini bertujuan utama mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar getah bening yang telah terkena penyebaran kanker [14].
Bukan sekedar metode pemeriksaan, endoskopi juga kerap digunakan para ahli medis dalam mengangkat sel kanker [1,15].
Pasien kanker tenggorokan yang masih berada pada stadium awal dapat menjalani prosedur bedah melalui endoskopi ini.
Metode pengobatan kanker tenggorokan lainnya adalah terapi obat bertarget yang berguna dalam pencegahan mutasi gen.
Cetuximab adalah jenis obat yang biasanya bisa diberikan kepada pasien di waktu yang sama dengan penempuhan kemoterapi [3,4].
Penerapan pola hidup sehat adalah bentuk perawatan mandiri yang pasien perlu lakukan sehingga pengobatan kanker tenggorokan lebih optimal [16].
Menghindari aktivitas atau kebiasaan merokok serta menghindari konsumsi minuman beralkohol sangat penting dalam untuk mendukung pemulihan.
Bahkan setelah dinyatakan sembuh dari kanker, pola hidup seperti ini perlu terus dijaga.
Kekambuhan kanker tenggorokan dapat dipicu oleh kembalinya kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
Tinjauan Kanker tenggorokan pada stadium awal dapat diatasi dengan radioterapi maupun kemoterapi. Namun pada stadium lanjut, kemungkinan besar pasien memerlukan prosedur operasi untuk mengangkat tumor sekaligus jaringan tubuh yang terpengaruh. Pemulihan dapat didukung dengan perubahan pola hidup yang lebih sehat.
Tak hanya pada kanker secara umum, kanker tenggorokan yang tidak mendapat penanganan cepat dan tepat mampu meningkatkan risiko komplikasi seperti metastasis [1,3,4].
Penyebaran sel kanker yang semakin luas dan jauh hingga ke organ-organ tubuh penting lain dapat berakibat pada kematian [1].
Sementara itu, komplikasi juga dapat timbul akibat metode penanganan kanker tenggorokan.
Efek samping perawatan kanker tenggorokan umumnya meliputi mulut kering, perubahan indera perasa, suara serak, bagian dalam mulut memerah dan sakit, hingga sulit makan, sulit menelan, dan sulit bicara [17].
Tinjauan - Metastasis dan kematian akibat penyebaran luas kanker ke organ-organ lain dalam tubuh adalah risiko komplikasi dari kanker tenggorokan. - Sementara untuk efek perawatan kanker sendiri, hal ini dapat menimbulkan kondisi perubahan suara pasien, perubahan indera perasa, mulut kering, sulit menelan, sulit makan, mulut sakit dan merah, hingga sulit bicara.
Upaya pencegahan kanker tenggorokan dapat dilakukan dengan beberapa langkah seperti berikut [18] :
Tinjauan Upaya meminimalisir risiko kanker tenggorokan utamanya dapat melalui meningkatkan asupan sayur dan buah, menghindari aktivitas merokok, menghindari infeksi HPV, serta menghindari minuman alkohol.
1. Antony Koroulakis & Manuj Agarwal. Laryngeal Cancer. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Anna Maria Sirait. Faktor Risiko Tumor/Kanker Rongga Mulut dan Tenggorokan di Indonesia. Media Litbangkes; 2013.
3. Riccardo Nocini, Gabriele Molteni, Camilla Mattiuzzi, & Giuseppe Lippi. Updates on larynx cancer epidemiology. Chinese Journal of Cancer Research; 2020.
4. María José de Miguel-Luken, Manuel Chaves-Conde, & Amancio Carnero. A genetic view of laryngeal cancer heterogeneity. Cell Cycle; 2016.
5. Andrés Coca-Pelaz, Juan P Rodrigo, Robert P Takes, Carl E Silver, Daniela Paccagnella, Alessandra Rinaldo, Michael L Hinni, & Alfio Ferlito. Relationship between reflux and laryngeal cancer. Head & Neck; 2013.
6. Antoni Bruzgielewicz, Magdalena Hamera, & Ewa Osuch-Wójcikiewicz. Nutritional status of patients with cancer of larynx and hypopharyx. Otolaryngologia Polska; 2009.
7. Gypsyamber D’Souza, PhD, Thomas E. Carey, PhD, William N. William, Jr., MD, Minh Ly Nguyen, MD, Eric C. Ko, MD, PhD, James Riddell, IV, MD, Sara I. Pai, MD, PhD, Vishal Gupta, MD, Heather M. Walline, MS, J. Jack Lee, PhD, Gregory T. Wolf, MD, Dong M. Shin, MD, Jennifer R. Grandis, MD, & Robert L. Ferris, MD, PhD. Epidemiology of Head and Neck Squamous Cell Cancer Among HIV-Infected Patients. HHS Public Access; 2015.
8. Anaëlle Duray, Stéphanie Demoulin, Pascale Hubert, Philippe Delvenne, & Sven Saussez. Immune Suppression in Head and Neck Cancers: A Review. Clinical and Developmental Immunology; 2010.
9. Anonim. Laryngeal Cancer - Symptoms. Cancer Research UK; 2018.
10. Robert W Dolan & Timothy D Anderson. Practical applications of in-office fiberoptic transnasal esophagoscopy in the initial evaluation of patients with squamous cell cancer of the head and neck. Ear, Nose and Throat Journal; 2013.
11. Halil Erdem Özel. Use of PET in Head and Neck Cancers. Turkish Archives of Otorhinolaryngology; 2015.
12. B E Brockstein & E E Vokes. Oral chemotherapy in head and neck cancer. Drugs; 1999.
13. Catia Pedro, Beatriz Mira, Pedro Silva,a Eduardo Netto, Rute Pocinho, António Mota, Miguel Labareda, Miguel Magalhães, Susana Esteves, & Filomena Santos. Surgery vs. primary radiotherapy in early-stage oropharyngeal cancer. Clinical and Translational Radiation Oncology; 2018.
14. G. Spriano, G. Mercante, V. Manciocco, G. Cristalli, G. Sanguineti, & F. Ferreli. A new lateral cervical approach for salvage total laryngo-pharyngectomy. Acta Otorhinolaryngologica Italica; 2019.
15. Minoru Kato, Ryu Ishihara, Kenta Hamada, Yusuke Tonai, Yasushi Yamasaki, Noriko Matsuura, Takashi Kanesaka, Sachiko Yamamoto, Tomofumi Akasaka, Noboru Hanaoka, Yoji Takeuchi, Koji Higashino, Noriya Uedo, & Hiroyasu Iishi. Endoscopy International Open; 2016.
16. M. K. Taneja. Life Style Management in Head and Neck Cancer Patients. Indian Journal of Otolaryngology and Head & Neck Surgery; 2013.
17. Anonim. Throat Cancer. Memorial Sloan Kettering Cancer Center; 2021.
18. The American Cancer Society medical and editorial content team. Can Laryngeal and Hypopharyngeal Cancers Be Prevented?. American Cancer Society; 2020.
19. Khaled S. Albahout & Richard A. Lopez. Anatomy, Head and Neck, Pharynx. National Center for Biotechnology Information; 2020.
20. Maurie Markman, MD. What you should know about throat cancer. Cancer Treatment Centers of America; 2020.