Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Kardiomiopati adalah kondisi dimana otot jantung mengalami kelainan sehingga jantung kesulitan untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kardiomiopati dapat menyebabkan gagal jantung. Tahap awal kardiomiopati
Daftar isi
Kardiomiopati merupakan suatu penyakit pada otot jantung (miokardium). Penyakit ini memiliki berbagai penyebab, gejala, dan penanganan, serta dapat mempengaruhi orang pada semua usia dan ras[1, 2].
Pada kardiomiopati, otot jantung normal dapat menebal, menjadi kaku, menipis atau dipenuhi substansi yang dihasilkan tubuh yang bukan termasuk bagian dari otot jantung.
Kondisi tersebut mengakibatkan kemampuan jantung untuk memompa darah menurun, sehingga dapat mengarah pada detak jantung yang tidak beraturan (aritmia), berbaliknya aliran darah, dan gagal jantung[1, 2, 3].
Kardiomiopati sering kali tidak terdiagnosis, sehingga jumlah penderita dapat berbeda-beda. Diperkirakan 1 dari 500 orang dewasa mengalami kondisi ini. Pria dan wanita dari semua usia dan ras dapat mengalami kardiomiopati[2].
Penyebab dari kardiomiopati sering kali tidak diketahui. Pada beberapa kasus, kardiomiopati dapat disebabkan oleh kondisi tertentu atau diturunkan dari orang tua (faktor genetik)[1, 4].
Beberapa faktor dapat berperan dalam terjadinya kardiomiopati, meliputi[2, 4]:
Beberapa penyakit, kondisi atau faktor dapat meningkatkan risiko kardiomiopati, diantaranya[1, 4]:
Kardiomiopati dapat dibedakan menjadi empat jenis utama, yaitu[1, 2, 4, 5]:
Kardiomiopati hipertrofi ditandai dengan peningkatan jumlah sel-sel otot jantung. Sering kali disebabkan oleh mutasi pada gen yang mengkode protein sarkomerik, mengarah pada kekacauan miosit.
Otot jantung membesar dan menebal secara abnormal. Biasanya mempengaruhi ventrikel (ruang jantung bagian bawah) dan septum (dinding yang memisahkan bagian kanan dan kiri jantung). Penebalan mengakibatkan penyempitan atau penyumbatan ventrikel, sehingga lebih sulit untuk memompa darah keluar.
Kardiomiopati hipertrofi sangat umum dan dapat mempengaruhi pada semua usia. Kondisi ini memiliki prevalensi 1:500 di dalam populasi. Umumnya, pasien dengan kardiomiopati hipertrofi memiliki riwayat penyakit dalam keluarga.
Kardiomiopati dilatasi biasanya mempengaruhi ventrikel kiri, kemudian seiring waktu dapat mempengaruhi ventrikel kanan. Ventrikel kiri membesar menyebabkan pemompaan darah menjadi kurang efektif.
Saat kondisi berprogres, jantung lebih kesulitan memompa darah. Kondisi ini dapat mengarah pada gagal jantung, penyakit katup jantung, detak jantung tidak beraturan, dan bekuan darah di dalam jantung.
Kardiomiopati dilatasi dapat terjadi pada semua usia, namun paling sering pada usia paruh baya dan lebih cenderung mempengaruhi pria.
Kardiomiopati dilatasi merupakan jenis kardiomiopati paling umum pada anak-anak. Penyebab paling umum ialah penyakit jantung koroner dan serangan jantung.
Pada kardiomiopati restriktif, dinding jantung tidak mengalami penebalan, akan tetapi menjadi lebih kaku dan kurang elastis. Sehingga ventrikel tidak dapat berelaksasi dan dipenuhi darah dengan volume normal.
Progres penyakit dapat mengakibatkan ventrikel tidak memompa darah dengan baik dan otot jantung melemah. Seiring waktu, kondisi ini dapat mengarah pada gagal jantung dan masalah katup jantung.
Kardiomiopati restriktif dapat terjadi tanpa penyebab yang pasti (idiopatik) atau disebabkan penyakit lain seperti hemochromatosis atau amyloidosis. Kardiomiopati restriktif merupakan jenis yang paling langka.
Jenis kardiomiopati ini tergolong langka, terjadi ketika jaringan otot pada ventrikel kanan digantikan oleh jaringan lemak atau fibrosa. Kondisi ini dapat mengarah pada terganggunya sinyal elektrik jantung dan menimbulkan aritmia.
Kondisi ini biasanya mempengaruhi remaja atau orang dewasa muda. Sering kali diturunkan dalam keluarga dan lebih umum pada pria.
Jenis kardiomiopati lain dikelompokkan dalam kategori ini, dapat meliputi[1, 6]:
Beberapa orang dengan kardiomiopati tidak pernah mengalami gejala. Sementara yang lainnya tidak mengalami gejala pada tahap awal penyakit. Gejala biasanya muncul setelah kondisi memburuk dan jantung menjadi lemah[1, 4].
Gejala yang dapat ditimbulkan kardiomiopati meliputi[1, 4, 6]:
Gejala cenderung bertambah buruk tanpa perawatan. Pada beberapa pasien, kondisi memburuk dengan cepat, sementara pada beberapa pasien lain kondisi memburuk setelah waktu yang lama[4].
Kardiomiopati dapat mengarah pada kondisi jantung lain, meliputi[4]:
Jantung tidak mampu memompa darah sesuai kebutuhan tubuh. Jika tidak ditangani, gagal jantung dapat mengancam keselamatan penderita.
Bekuan darah dapat terbentuk di dalam jantung akibat pemompaan darah yang tidak efektif. Jika bekuan darah masuk ke aliran darah, dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh.
Kadiomiopati dapat mengakibatkan jantung membesar, sehingga katup jantung dapat tidak menutup dengan sempurna, sehingga dapat mengarah pada aliran darah yang berbalik arah.
Kardiomiopati dapat mengarah pada ritme jantung abnormal, yang mana dapat menyebabkan pingsan, dan pada beberapa kasus mengakibatkan kematian seketika.
Untuk mendiagnosis kardiomiopati berdasarkan riwayat kesehatan pasien dan keluarga. Dokter juga perlu menanyakan mengenai gejala yang dialami pasien, melakukan pemeriksaan fisik, serta beberapa tes diagnosis[1].
Pemeriksaan dilakukan menggunakan stetoskop untuk memeriksa jantung dan paru-paru. Jika terdapat gangguan, stetoskop dapat membantu menangkap adanya suara yang abnormal yang mengindikasikan kardiomiopati[1].
Pemeriksaan beberapa gejala fisik juga dapat membantu diagnosis, seperti pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki, perut, atau vena di leher yang disebabkan penumpukan cairan[1].
Selain itu, dokter dapat melakukan beberapa tes diagnosis seperti[1]:
Pasien kardiomiopati yang tidak mengalami gejala mungkin tidak memerlukan penanganan. Terkadang, kardiomiopati dilatasi datang secara tiba-tiba dan menghilang dengan sendirinya.
Namun pada kasus lain, kardiomiopati berkembang dengan cepat dengan gejala berat, dan terjadi komplikasi serius, sehingga memerlukan penanganan untuk mencegahnya[1, 3].
Tujuan penanganan ialah meliputi[1, 2]:
Penanganan bergantung pada jenis kardiomiopati yang dialami, tingkat keparahan gejala, dan komplikasi, usia serta kesehatan pasien secara umum[2].
Penanganan kardiomiopati dapat meliputi[1, 6]:
Pada berbagai kasus, terutama jika diturunkan dalam keluarga, kardiomiopati tidak dapat dicegah. Namun dengan menerapkan gaya hidup sehat dapat membantu mengendalikan gejala dan komplikasi[2, 4].
Untuk mengurangi risiko kardiomiopati berikut beberapa kiat yang dapat dilakukan[4]:
Kardiomiopati dapat disebabkan oleh penyakit atau kondisi medis tertentu. Untuk mencegah komplikasi kardiomiopati, sebaiknya pasien mendapatkan perawatan medis segera. Misalnya dengan mengatasi tekanan darah tinggi, kolesterol darah tinggi, dan diabetes[1].
Selain menerapkan gaya hidup sehat yang dianjurkan, pasien dengan kondisi medis lain hendaknya menggunakan obat sesuai resep dokter serta melakukan kunjungan rutin ke dokter[1].
1. Anonim. Cardiomyopathy. National Heart, Lung, and Blood Institute; 2020.
2. Anonim. Cardiomyopathy. Centers for Disease Control and Prevention; 2019.
3. Anonim. What Is Cardiomyopathy in Adults? American Heart Association; 2020.
4. Anonim. Cardiomyopathy. Mayo Clinic; 2020.
5. Precone V, Krasi G, Guerri G, Madureri A, Piazzani M, Michelini S, Barati S, Maniscalchi T, Bressan S, Bertelli M. Cardiomyopathies. Acta Biomedica; 2019.
6. Colleen M. Story, reviewed by Debra Sullivan, Ph.D., MSN, R.N., CNE, COI. Cardiomyopathy. Healthline; 2020.