Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Pektin adalah serat yang ditemukan di dalam buah. Pektin dapat digunakan untuk kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi, mencegah kanker usus besar dan kanker prostat, diabetes, dan GERD. Pada sebagian
Pektin merupakan polisakarida dengan struktur yang kompleks dan dinamis, di mana ciri utamanya yaitu terdapat rantai karbohidrat yang tidak teratur dalam strukturnya [1].
Pektin ini ini merupakan polimer yang memiliki inti bolak balik α-1,4-linked d-galacturonic acid dan α-1,2-l-rhamnose unit [2].
Pektin ini merupakan polisakarida yang merupakan bagian dari dinding sel pada hampir semua jenis tumbuhan tingkat tinggi [1].
Berikut ini merupakan beberapa manfaat dari pectin yang telah diketahui [2, 3, 4]:
Daftar isi
Pektin diketahui dapat menurunkan kadar gula darah sehingga dapat digunakan untuk membantu mengelola diabetes tipe 2. Mengingat, Pektin juga dapat meningkatkan fungsi hormon yang berkaitan dengan gula darah.
Selain itu, Pektin ini juga dapat menurunkan kadar lemak darah dengan cara mengikat kolesterol di saluran pencernaan, sehingga tidak terserap dan risiko penyakit jantung pun juga menurun.
Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi Pektin pada orang dewasa dapat menurunkan kolesterol jahat (LDL) hingga 7%.
Berdasarkan uji laboratorium, Pektin telah terbukti dapat membunuh sel kanker usus besar (kanker kolon), kanker payudara, kanker hati, kanker perut, dan kanker paru-paru. Selain itu, Pektin juga dapat bermanfaat untuk [3]:
Oleh karena itu, Pektin ini menurut para peneliti dapat mengurangi risiko kanker usus besar yang potensial.
Meskipun demikian, masih diperlukan penelitian yang lebih lanjut untuk dapat mengetahui manfaat Pektin terhadap kanker pada manusia.
Pektin, berdasarkan hasil uji coba laboratorium menunjukkan manfaat dalam membantu mengontrol berat badan sehat sehingga dapat mengurangi risiko obesitas (berat badan berlebihan).
Suplemen Pektin, menurut hasil uji coba laboratorium dapat meningkatkan pembakaran lemak pada hewan percobaan yang mengalami obesitas.
Selain itu, Pektin juga dapat memberikan rasa kenyang yang lebih lama sehingga menurunkan asupan kalori. Namun, pada pengontrolan serat badan sehat pada manusia hingga kini masih membutuhkan penelitian yang lebih lanjut.
Pektin yang juga merupakan serat larut dapat membantu melancarkan pencernaan dengan sifat pembentukan gelnya yang unik. Bagi pencernaan Pektin dapat berubah menjadi gel dengan adanya air, sehingga bermanfaat untuk [3]:
Selain itu, beberapa hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa, suplemen Pektin dapat mengurangi peradangan dan memperbaiki gejala gastrointestinal, serta membentuk penghalang pelindung di sekitar lapisan usus untuk mencegah bakteri berbahaya memasuki tubuh.
Anak anak dengan rentang usia 5 hingga 12 tahun di negara berkembang seringkali mengalami diare berkelanjutan.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa, Pektin dapat mempersingkat serangan diare dan muntah yang terjadi pada anak anak tersebut.
Pektin yang digunakan bersamaan dengan “tube feeding” diketahui dapat mengurangi beberapa gejala GERD (gastroesophageal reflux disease) pada anak yang menderita cerebral palsy, termasuk [4]:
Paparan merkuri yang masuk ke dalam tubuh anak anak dapat menjadi racun yang berbahaya bagi tubuhnya jika tidak segera dikeluarkan.
Pektin, menurut hasil penelitian dapat membantu menarik merkuri keluar dari tubuh dan membuangnya melalui urin.
Penggunaan obat niacin diketahui dapat memberikan efek samping berupa kemerahan pada kulit. Lama berlangsungnya kulit kemerahan ini dapat dikurangi dengan mengonsumsi Pektin sebelum mengonsumsi obat niacin.
Meskipun demikian, konsumsi Pektin sebelum obat niacin ini tidak dapat mencegah timbulnya kemerahan kulit maupun mengurangi keparahannya, melainkan hanya mempersingkat waktu berlangsungnya saja.
Imunostimulan hingga kini telah banyak diperoleh dari berbagai jaringan hewan maupun tumbuhan melalui proses biosintesis.
Polisakarida yang diteukan pada jaringan tumbuhan seperti Pektin, diketahui dapat bermanfaat sebagai imunostimulan khususnya untuk [2]:
Pektin diketahui mampu memberikan efek bakterisidal pada mikroorganisme gram positif dan gram negatif.
Pektin-oleat menunjukkan aktivitas antibakteri yang signifikan melawan S. aureus, di mana pektin-oleat ini mampu menekan pertumbuhan mikroorganisme sebesar 50-70%.
Aktivitas antibakteri ini dapat menjadi alternatif bahan berbasis bio yang aman untuk pengemasan produk makanan.
Mengingat, Pektin dapat meningkatkan ketahanan air dan sifat pelindung polisakarida jika dimodifikasi secara kimia.
Pektin yang diisolasi dari kulit nangka menggunakan asam mineral dan asam organik memiliki komposisi berupa [2]:
Pektin dari kulit nangka tersebut diketahui memiliki potensi sebagai antioksidan alami dan aman yang dapat digunakan dalam prosuksi makanan.
Kasein-pektin dapat bermanfaatdalam sistem pengiriman obat multiunit dari dua obat yang memiliki kelarutan yang berbeda seperti asetaminofen (PCT) dan indometasin (IND).
Mikropartikel kasein-pektin tampaknya kuat untuk memperpanjang pelepasan indometasin dan interaksi kasein-pektin tidak mencegah serangan enzimatik pada polisakarida.
Pektin yang tersulfasi diketahui dapat menjadi pengganti yang potensial bagi heparin, karena aktivitas antikoagulan yang ditunjukkannya. Perlu juga diketahui bahwa, aktivitas antikoagulan dari Pektin tersulfasi tersebut bergantung pada [2]:
Pektin umumnya menjadi bahan yang digunakan dalam pembuatan selai maupun jeli. Namun, meningkatkan konsumsi selai atau jeli bukan merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan asupan Pektin [3].
Mengingat, selai dan jeli hanya mengandung sedikit serat dengan kadar gula dan kalori yang tinggi, sehingga tidak baik jika mengonsumsinya secara berlebihan [3].
Untuk meningkatkan asupan Pektin, sangat disarankan untuk meningkatkan konsumsi makanan yang tinggi serta seperti apel atau sumber makanan nabati lainnya [3].
Selain dengan mengonsumsi sumber makanan nabati, asupan Pektin juga dapat diperoleh dari mengonsumsi suplemen Pektin yang umumnya juga terbuat dari apel atau kulit jeruk [3].
1. Zaitseva Oksana, Khudyakov Andrey, Sergushkina Marta, Solomina Olga & Polezhaeva Tatyana. Pectins as a universal medicine. Fitoterapia; 2020.
2. Minzanova Salima, Mironov Vladimir, Arkhipova Daria, Khabibullina Anna, Mironova Lubov, Zakirova Yulia & Milyukov Vasili. Biological Activity and Pharmacological Application of Pectic Polysaccharides: A Review. Polymers; 2018.
3. SaVanna Shoemaker & Adda Bjarnadottir, MS, RDN (Ice). What Is Pectin? A Unique Fiber Explained. Healthline; 2019.
4. Anonim. Pectin. Webmd; 2021.