Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Neuropati femoral merupakan istilah yang merujuk pada gangguan saraf femoralis. Saraf femoralis merupakan salah satu saraf terbesar di dalam tubuh manusia. Saraf ini terutama mengontrol otot paha. Kerusakan
Neuropati femoralis juga disebut dengan istilah disfungsi saraf femoralis, yakni sebuah kondisi ketika saraf femoralis mengalami kerusakan.
Neuropati sendiri merupakan istilah yang merujuk pada kondisi penyakit atau gangguan saraf pada tubuh.
Sementara itu, saraf femoralis termasuk saraf yang paling besar pada tubuh manusia.
Fungsi dari saraf femoralis yang utama adalah sebagai pengendali otot paha, mengatur gerakan pinggul dan juga lutut.
Maka ketika neuropati femoralis terjadi, penderitanya akan merasakan kesulitan dalam menggerakkan bagian tubuh bawah, khususnya kaki.
Daftar isi
Saraf femoralis adalah saraf besar pada bagian kaki di mana letaknya tak jauh dari pangkal paha.
Jika lutut dapat dengan mudah digerakkan, ditekuk dan diluruskan kembali, lalu juga pinggul dapat bergerak dengan mudah, maka semua ini berkat saraf femoralis.
Saat saraf femoralislah yang mengalami kerusakan, hal ini akan secara langsung berpengaruh pada kemampuan berjalan penderitanya.
Tak hanya penurunan kemampuan berjalan, kondisi neuropati femoralis pun berpotensi memicu beberapa sensasi mengganggu dan tidak nyaman di bagian kaki.
Umumnya, neuropati femoralis ini dapat disebabkan oleh trauma atau cedera secara langsung pada saraf femoralis.
Cedera tidak selalu berupa kecelakaan seperti tusukan, pukulan atau benturan yang mengenai saraf tersebut.
Riwayat prosedur operasi perut atau pinggul yang pernah ditempuh dan mengalami kesalahan sehingga menyebabkan cedera sangat berisiko memengaruhi saraf femoralis.
Hanya saja, beberapa orang dengan kondisi-kondisi di bawah ini pun sangat rentan meningkatkan risiko terkena neuropati femoralis :
Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi mengalami neuropati femoralis karena ketika kadar gula dalam darah tidak terkontrol, alhasil kerusakan saraf menyebar.
Penyebaran kerusakan saraf tak hanya dampak dari lonjakan gula darah, sebab tekanan darah pun pada penderita diabetes dapat meningkat dan buruk bagi kesehatan saraf.
Ketika saraf rusak, maka bagian-bagian tubuh yang terkena dampaknya antara lain adalah lengan, tangan, kaki, pergelangan kaki, dan juga jari-jari kaki.
Kondisi ini sebenarnya disebut dengan neuropati perifer dan untuk itulah belum dapat ditentukan apakah neuropati femoralis masih termasuk jenis neuropati perifer.
Masih terdapat perdebatan mengenai apakah neuropati femoralis merupakan bentuk amyotropi diabetik (neuropati proksimal atau kondisi gangguan saraf bokong, pinggul dan paha) atau justru masih golongan neuropati perifer.
Untuk gejala neuropati periferal, biasanya keluhan tergantung dari lokasi kerusakan saraf, namun pada neuropati femoralis gejala utamanya adalah kaki yang mengalami mati rasa.
Sementara itu, sejumlah gejala lain yang bisa diwaspadai sebagai kondisi yang mengarah pada neuropati femoralis adalah :
Kerusakan arteri femoralis rata-rata disebabkan oleh cedera sehingga hal ini seringkali dapat menyebabkan penderitanya mengalami perdarahan internal yang sangat parah.
Karena lokasi arteri femoralis yang teramat dekat dengan saraf femoralis dengan ukruannya yang juga besar, kerusakan arteri femoralis dapat dengan mudah memengaruhi saraf femoralis.
Ketika arteri femoralis mengalami perdarahan, maka perdarahan ini dapat menyebabkan saraf femoralis mengalami tekanan.
Kaki sebagian besar dapat mengalami mati rasa maupun kelemahan otot karena hal tersebut sehingga akan meningkatkan risiko penderita mudah jatuh atau kecelakaan.
Maka dengan kata lain, neuropati femoralis adalah kondisi yang sangat serius, apalagi jika sampai dialami oleh lansia.
Ketika gejala sudah mulai dirasakan tidak wajar, penderita memang sebaiknya datang ke dokter dan menempuh pemeriksaan untuk mengecek kondisi.
Dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk menentukan penyebab gejala dan tingkat keparahan kondisi pasien.
Dokter akan memeriksa fisik pasien lebih dulu diikuti dengan ajuan pertanyaan mengenai riwayat tindakan bedah ataupun peristiwa cedera yang baru-baru ini dialami pasien.
Pemeriksaan fisik pun meliputi pemeriksaan otot secara spesifik, khususnya otot dengan gejala yang berasal dari saraf femoralis.
Dokter biasanya akan mengetes bagian tengah kaki, bagian depan paha, dan juga lutut mengenai adanya perubahan atau kelemahan yang kemungkinan terjadi pada area tersebut.
Dari pemeriksaan fisik, dokter dapat melakukan evaluasi apakah hanya saraf femoralis yang mengalami kelainan.
Dokter pun perlu memastikan riwayat kesehatan pasiennya dengan menanyakan kondisi medis yang pernah atau sedang diderita pasien.
Umumnya, dokter dapat menyarankan pasien untuk menempuh CT scan yang bertujuan untuk kondisi tubuh pasien dalam wujud gambar.
Sejenis dengan CT scan, MRI scan adalah salah satu jenis tes pemindaian untuk melihat struktur bagian dalam tubuh pasien melalui hasil gambar.
MRI dan CT scan adalah dua jenis pemeriksaan yang memampukan dokter mendeteksi keberadaan hal-hal tak normal dalam tubuh pasien. Salah satu yang dapat terdeteksi lewat MRI scan adalah tumor.
Dokter perlu juga melakukan pengukuran terhadap tingkat kecepatan gerakan sinyal listrik melalui saraf pada tubuh pasien untuk mengetahui kondisi saraf.
Adanya kerusakan pada saraf biasanya terdeteksi ketika terjadi respon yang tak wajar yang ditandai dengan sinyal elektrik lambat melalui saraf.
Pasien menempuh tes ini harus sesudah menjalani tes konduksi saraf karena setelah pemeriksaan saraf, maka EMG adalah cara dokter untuk mengecek kondisi otot pasien.
Seperti halnya NCV yang mengukur tingkat kecepatan aktivitas listrik pada saraf, EMG lebih kepada pengukuran aktivitas listrik pada otot.
Melalui pemeriksaan ini akan diketahui apakah respon otot terhadap rangsangan yang diberikan oleh saraf itu baik.
EMG adalah jenis tes yang dapat menunjukkan apakah terdapat kelainan pada otot sehingga dokter bisa menemukan masalah utama antara saraf dan juga otot.
Neuromuscular ultrasound atau USG neuromuskuler adalah tes yang memanfaatkan gelombang suara untuk menghasilkan gambar struktur tubuh bagian dalam.
Dengan cara ini dokter baru dapat mengecek adanya kelainan bentuk saraf dalam tubuh pasien.
Apabila kondisi saraf dan otot tak kunjung membaik atau gejala malah memburuk, biasanya barulah pengobatan diperlukan.
Metode pengobatan untuk neuropati femoralis terbagi menjadi tiga, yaitu melalui obat-obatan, terapi lainnya, perubahan gaya hidup hingga langkah operasi.
Terapi fisik adalah yang paling memungkinkan ditempuh oleh para penderita neuropati femoralis, khususnya jika kesulitan berjalan, keterbatasan gerakan tubuh, maupun kehilangan koordinasi tubuh sudah terjadi.
Terapi fisik adalah jenis perawatan yang mampu membuat mobilitas pasien meningkat.
Tak hanya meningkatkan mobilitas, terapi fisik bermanfaat dalam memulihkan, meningkatkan dan mempertahankan kekuatan otot.
Terapi ini tidak akan dijalani oleh pasien sendirian sebab pasien akan didampingi oleh terapis profesional.
Selama penempuhan terapi fisik secara rutin, pasien akan mengalami kemajuan dalam hal mobilitas tubuhnya.
Selain itu, berbagai rasa sakit yang dirasakan sebelumnya lama-kelamaan pasti berkurang.
Untuk terapi lanjutan lainnya, pasien berpotensi harus menggunakan alat ortopedi sebagai alat bantu berjalan.
Alat ortopedi ini datang dalam bentuk penyangga, seperti halnya penyangga lutut yang umumnya digunakan untuk mencegah lutut menekuk.
Terapi okupasi kemungkinan besar diperlukan oleh para penderita neuropati femoralis yang sudah sangat serius sampai kesulitan untuk melakukan aktivitas harian.
Terapi okupasi akan membantu supaya rutinitas dapat dikerjakan lagi secara normal oleh pasien neuropati femoralis.
Kegiatan-kegiatan merawat diri sendiri sehari-hari seperti mandi, menyikat gigi, atau lainnya adalah yang akan dibantu oleh terapis.
Operasi adalah opsi terakhir di mana prosedur ini direkomendasikan oleh dokter khususnya jika obat-obatan tidak efektif ditambah dengan adanya pertumbuhan tumor.
Jika tumor sampai menjadi penghalang bagi saraf femoralis, operasi pengangkatan tumor menjadi solusinya.
Dengan mengangkat tumor, otomatis hal ini pun dapat mengurangi tekanan yang mengenai saraf pasien.
Perubahan gaya hidup pun kemungkinan diperlukan oleh pasien dalam mengurangi berbagai gejala yang dialami.
Pada kondisi neuropati femoralis yang gejalanya makin buruk dan tidak terobati dengan benar, maka bahaya komplikasi mengintai.
Beberapa komplikasi inilah yang wajib para penderita neuropati femoralis waspadai :
Neuropati femoralis sebenarnya jarang berakibat fatal pada penderitanya, namun komplikasi yang mengancam jiwa tetap ada.
Dalam mengusahakan pencegahan untuk neuropati femoralis tergantung dari apa faktor yang menyebabkannya.
Kemungkinan bagi penderita neuropati femoralis untuk sembuh sangat besar.
Namun, gejala yang tak kunjung sembuh sebaiknya segera mendapatkan perawatan medis agar tidak berlanjut dan berpotensi komplikasi.
Jamie Eske & Sachin S. Kapur, M.D., M.S. 2019. What to know about femoral neuropathy.
Amanda Delgado & Xixi Luo, MD. 2017. Healthline. Femoral Neuropathy.
Luc Jasmin, MD, PhD., et all. 2017. MedlinePlus. Femoral nerve dysfunction.
Dr Colin Tidy & Prof Cathy Jackson. 2016. Patient. Diabetic Amyotrophy
Ryan Jacobson MD & Randolph W Evans MD. 1997. MedLink. Femoral neuropathy.
Amanda Delgado. 2014. Microsoft Network. Femoral Neuropathy.