Penyakit & Kelainan

10 Penyebab Stretch Mark Pada Remaja

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Stretch mark adalah kondisi kulit ketika tampak guratan berwarna merah muda, merah atau keunguan yang bisa muncul pada beberapa bagian tubuh [1,2,3].

Guratan ini mengandung lemak yang lama-kelamaan dapat berubah warna menjadi keabuan atau putih [3].

Bagian-bagian tubuh yang umumnya dapat menjadi lokasi timbulnya stretch mark adalah bokong, paha, lengan atas, perut atas, dan payudara [1,2,3].

Walaupun stretch mark diketahui rentan dialami oleh para ibu hamil, remaja sebenarnya juga berpotensi mengalaminya [1,2].

Stretch mark termasuk pada remaja tentu akan cukup mengganggu penampilan kulit [1,2].

Berikut ini merupakan penyebab stretch mark pada remaja yang perlu dikenali dan diatasi segera sesuai sebabnya.

1. Kadar Kolagen Rendah pada Kulit

Setiap manusia di dalam tubuhnya terkandung kolagen, yakni jenis protein berserat yang tidak larut [4].

Jumlah atau kadar kolagen pada dasarnya tergolong sangat tinggi karena protein ini diperlukan tubuh untuk jaringan ikat, urat, tulang dan kulit supaya kuat dan terstruktur [4].

Kolagen juga dapat diibaratkan sebagai lem perekat seluruh tubuh sehingga juga ada pada gigi, kornea mata, hingga pembuluh darah [4].

Ketika seseorang terluka, jaringan tubuh yang luka ini dapat mengalami pemulihan berkat adanya kolagen di dalam tubuh [4].

Tulang juga dapat menjadi lebih kuat serta kulit dan jaringan tendon lebih lentur semuanya berkat keberadaan kolagen [4].

Kulit sehat, elastis dan kencang ketika kadar kolagen dalam tubuh tergolong tinggi atau setidaknya memadai [4].

Namun, seiring bertambahnya usia menjadi lebih tua, kadar kolagen dapat menurun di dalam tubuh sehingga memerlukan peningkatan yang berasal dari luar (makanan atau perawatan kulit) [3].

Meski demikian, tak semua orang memiliki kadar kolagen tinggi di dalam tubuh sekalipun masih usia remaja [1,2].

Oleh sebab itu, walaupun stretch mark lebih sering dijumpai pada wanita hamil dan orang dewasa yang lebih tua, remaja pun tak menutup kemungkinan mengalaminya karena kekurangan kolagen dalam tubuh [1,2].

Karena faktor kadar kolagen rendah, kulit menjadi tak lentur lagi. Hal ini mampu berpengaruh pada timbulnya stretch mark pada beberapa area tubuh [1,2,3].

Kekurangan kolagen menyebabkan timbulnya garis atau guratan kemerahan sebagai akibat dari peregangan kulit yang terjadi cepat [1,2,3].

Peregangan kulit ini mendasari penipisan lapisan tengah kulit yang kemudian membuat lapisan bawah naik dan menonjol [3].

Garis dan guratan kemerahan tersebut dapat terasa gatal di mana akhirnya berubah menjadi keabuan atau warna putih disebut stretch mark [1,2,3].

2. Pubertas

Stretch mark dapat muncul pada kulit remaja laki-laki maupun perempuan, salah satunya di saat sedang masuk masa pubertas [1,2,3].

Kemunculan stretch mark merupakan salah satu tanda perubahan signifikan pada fisik mereka [1,2,3].

Tubuh yang mengalami pertumbuhan cepat di masa pubertas adalah faktor utama yang memengaruhi kemunculan stretch mark [1,2,3].

Pada saat yang sama sebenarnya tubuh tetap menghasilkan kolagen, hanya saja proses pertumbuhan dan perubahan fisik biasanya lebih cepat daripada proses produksi kolagen [1,2].

Pada masa pubertas, seseorang akan mengalami pinggul yang melebar, payudara membesar, dan tulang yang juga memanjang [1,2].

Karena hal-hal inilah kulit kemudian mengalami kehilangan elastisitas sementara dan memicu stretch mark [1,2].

3. Kehamilan

Faktor paling umum penyebab stretch mark timbul adalah kondisi kehamilan [3].

Remaja yang hamil tentu kemudian mengalami perubahan hormon sehingga pada akhirnya turut berpengaruh buruk bagi kulit [3,5].

Ketika janin di dalam kandungan semakin tumbuh besar, ukuran perut juga ikut membesar [3,5].

Hal ini otomatis menyebabkan peregangan pada kulit seiring membesarnya perut maupun kenaikan berat badan [3,5].

Karena hal tersebut, stretch mark pun terjadi, baik pada perut, paha maupun bagian tubuh lain selama hamil [3,5].

4. Sindrom Marfan

Sindrom Marfan merupakan jenis kelainan genetik yang ditandai dengan masalah di bagian jaringan ikat sehingga akan ada lebih dari satu bagian tubuh yang terpengaruh [6].

Jaringan ikat sendiri adalah jaringan penghubung antar jaringan dan organ tubuh sehingga semuanya dapat berfungsi secara maksimal [7].

Gejala pada kelainan genetik ini bervariasi, tergantung dari bagian tubuh mana yang terkena [3,6].

Jika memengaruhi kulit, maka stretch mark dapat timbul sekalipun usia masih remaja [3,6].

Stretch mark pada kasus sindrom Marfan dapat timbul pada area panggul, punggung bawah, dan bahu [6].

Kemunculan stretch mark di sini tak berkaitan dengan kenaikan atau penurunan berat badan sebab pada sindrom ini tidak adanya perubahan berat badan pun tetap akan timbul stretch mark pada tubuh penderitanya [6].

5. Sindrom Cushing

Sindrom Cushing merupakan sekelompok kondisi yang terjadi sebagai dampak dari peningkatan kadar hormon kortisol secara berlebihan [8].

Hormon kortisol adalah hormon berfungsi penting pada tubuh yang mengendalikan kadar gula darah, mengatur tekanan darah, menjaga fungsi pembuluh darah dan jantung, hingga menurunkan risiko radang [8].

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal ini dapat mengalami gangguan pada kadarnya karena beberapa kondisi tertentu, mulai dari efek kortikosteroid atau adanya tumor dalam tubuh [8].

Stretch mark adalah salah satu gejala pada penderita sindrom Cushing, sebab peningkatan berat badan merupakan gejala umum sindrom ini [3,8].

Jika stretch mark terjadi dan beberapa tanda lain berikut ini turut menyertai, maka kemungkinan besar sindrom Cushing yang mendasarinya [8].

Apabila stretch mark timbul bersamaan dengan gejala-gejala lain tersebut, segera ke dokter untuk mengidentifikasi penyebab dan memperoleh penanganan yang tepat [8].

6. Obesitas

Kenaikan berat badan hingga akhirnya berat badan berlebih atau obesitas menjadi salah satu penyebab timbulnya stretch mark [1,3].

Ini karena saat berat badan naik, fisik juga akan berubah di mana hal ini memengaruhi kulit [1].

Proses produksi kolagen lebih lama dibandingkan proses perenggangan kulit sehingga muncul stretch mark [1].

Oleh sebab itu, menjaga berat badan dengan mengonsumsi makanan sehat, berolahraga teratur, pengelolaan stres yang benar, dan cukup tidur adalah cara terbaik dalam mengatasi maupun mencegah supaya stretch mark tidak semakin banyak.

7. Diet / Penurunan Berat Badan

Penurunan berat badan yang disebabkan oleh diet atau kondisi lain (penyakit kronis seperti kanker atau lainnya) mampu menjadi penyebab timbulnya stretch mark pada remaja [3,9].

Tidak hanya berat badan naik, berat badan turun terutama secara drastis meningkatkan risiko stretch mark [9].

Sementara itu, penurunan berat badan yang dilakukan perlahan atau terjadi perlahan justru tidak terlalu berisiko pada timbulnya stretch mark [9].

8. Olahraga Peningkat Massa Otot

Stretch mark juga dapat timbul pada tubuh remaja yang gemar berolahraga, terutama olahraga yang meningkatkan massa serta ukuran otot [1,2,3,9].

Stretch mark yang berkaitan dengan olahraga peningkat ukuran otot ini dapat timbul di bagian paha serta lengan [1,2,3,9].

Walau ingin membentuk otot, perubahan yang terjadi bisa berisiko pada munculnya stretch mark melalui olahraga intensitas tinggi [1,2,3,9].

Ini karena perubahan fisik dan perenggangan kulit terjadi lebih cepat dari proses produksi kolagen sehingga stretch mark berpeluang untuk dialami baik bagi remaja perempuan maupun laki-laki [1,9]

9. Efek Obat Tertentu

Penggunaan obat tertentu mampu meningkatkan risiko stretch mark pada remaja, khususnya kortikosteroid [1,3].

Obat-obatan golongan steroid mampu menimbulkan efek samping berupa gangguan regenerasi kulit dan jaringannya salah satunya dalam bentuk stretch mark [1,3].

Sekalipun tak berbahaya, stretch mark pada beberapa bagian tubuh tentu akan mengganggu penampilan seseorang [1,3].

Oleh sebab itu, sangat dianjurkan agar tidak menggunakan obat steroid tanpa resep dan pantauan dokter [1,3].

Untuk meminimalisir risiko timbulnya stretch mark sebagai efek samping obat steroid, hindari penggunaan obat ini secara sembarangan.

Selain itu, pastikan untuk menjaga pola makan sehat, menjaga berat badan ideal, rutin melakukan olahraga, dan mengonsumsi banyak air putih.

Bahkan sebaiknya tidak menempuh perawatan kulit apapun tanpa anjuran, rekomendasi dan pemantauan dokter.

10. Faktor Keturunan

Masih remaja namun memiliki stretch mark di beberapa bagian kulit tubuh ternyata dapat terjadi karena faktor genetik [5,10].

Menurut sebuah hasil studi oleh para ilmuwan perusahaan genetika 21andMe, elastin atau gen ELN merupakan penyebab stretch mark yang palingkuat [10].

Jadi ketika orang tua mengalami timbulnya stretch mark pada tubuh, risiko terjadi pada anak-anaknya bahkan meski masih remaja cukup tinggi [10].

Demikian deretan penyebab stretch mark pada remaja yang rata-rata tidak terlalu berbahaya dan bisa diatasi dengan perubahan pola hidup.

Namun sekalipun perubahan pola diet kurang efektif, beberapa tindakan medis seperti perawatan laser, penggunaan krim tretinoin, dan prosedur mikrodermabrasi bisa ditempuh.

1. Melanie L. Pitone, MD. Stretch Marks. Nemours Teens Health; 2020.
2. Dermaclara. Why Teens Get Stretch Marks and How To Treat Them. Dermaclara; 2018.
3. Amanda M. Oakley & Bhupendra C. Patel. Stretch Marks. National Center for Biotechnology Information; 2021.
4. Marlyn Wu; Kelly Cronin; & Jonathan S. Crane. Biochemistry, Collagen Synthesis. National Center for Biotechnology Information; 2021.
5. Mayo Clinic Health System. Are stretch marks normal for teens?. Mayo Clinic Health System; 2019.
6. National Health Service. Marfan syndrome. National Health Syndrome; 2019.
7. Trevor A. Nezwek & Matthew Varacallo. Physiology, Connective Tissue. National Center for Biotechnology Information; 2021.
8. National Health Service. Cushing's syndrome. National Health Service; 2021.
9. Melissa Matthews. What to Know About Stretch Marks and Weight Loss. Men's Health; 2019.
10. Joyce Y Tung, Amy K Kiefer, Meghan Mullins, Uta Francke, & Nicholas Eriksson. Genome-Wide Association Analysis Implicates Elastic Microfibrils in the Development of Nonsyndromic Striae Distensae. Journal of Investigative Dermatology; 2013.

Share