Istilah perut sensitif adalah istilah nonmedis yang merujuk pada kondisi di mana perut seseorang mudah sakit. Seseorang dengan perut sensitif biasanya sering merasa perutnya sakit atau sistem pencernaannya bekerja tidak sebagaimana mestinya setelah mengonsumsi makanan atau minuman tertentu yang tidak dapat ditoleransi oleh perut[1].
Salah satu bentuk dari perut sensitif yang cukup akut adalah irritable bowel syndrome (IBS) atau iritasi usus besar.[1] Suatu penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40% manusia di seluruh dunia memiliki riwayat gangguan kesehatan pada sistem pencernaannya. Dan IBS adalah salah satu gangguan kesehatan pada sistem pencernaan yang paling umum atau sering terjadi[2].
Selain perut atau organ pencernaan yang sensitif, ciri lain dari IBS yaitu diare[1]. IBS dengan disertai diare disebut dengan IBS-D (irritable bowel syndrome–diarrhea). Artinya, ketika IBS kambuh atau perut sedang sensitif, gejala utama yang timbul adalah diare[3].
Daftar isi
Secara sederhana, kita dapat memahami IBS-D sebagai satu kondisi ketika perut sensitif terhadap makanan atau minuman yang dikonsumsi dan dampak yang timbul setelahnya adalah diare. Namun, makanan atau minuman bukan satu-satunya yang dapat memicu IBS-D. Pemicu lainnya dapat berupa stres dan bakteri.[3]
Berikut adalah beberapa kandungan makanan yang sering memicu IBS-D atau menjadi penyebab perut sensitif yang berujung pada diare[5]:
Terdapat dua jenis serat yang dapat ditemukan dalam makanan yaitu serat larut dan serat tidak larut. Serat larut adalah pilihan yang tepat untuk orang yang memiliki perut sensitif atau riwayat IBS-D.[4] Serat larut banyak terkandung dalam kacang-kacangan, buah, sayur, dan gandum. Berlawanan dengan itu, serat tidak larut justru dapat memicu IBS-D dan membuat perut yang sensitif menjadi sakit sehingga berujung pada diare.
Gluten adalah salah satu jenis protein yang terkandung dalam biji-bijian, seperti gandum dan jelai. Seseorang dengan perut sensitif terhadap gluten berpotensi mengalami diare ketika secara sengaja atau tidak sengaja mengonsumsi gluten. Penelitian menunjukkan bahwa melakukan diet gluten dapat menekan gejala yang timbul akibat sensitivitas terhadap gluten pada pengidap IBS-D.
Susu mengandung lemak tinggi yang mana dapat menyebabkan diare pada seseorang yang sensitif terhadapnya atau memiliki riwayat intoleransi pada laktosa. Jika seseorang yang secara sengaja atau tidak sengaja mengonsumsi susu lalu timbul diare setelah mengonsumsinya, disarankan untuk mengganti susu dengan susu kedelai dan beberapa makanan lain yang mengandung tinggi kalsium.
Makanan yang diproduksi dengan cara digoreng biasanya mengandung tinggi lemak. Dan umumnya pengidap IBS-D memiliki sensitivitas tinggi terhadap makanan dengan kandungan tinggi lemak. Karena itu, seseorang yang sensitif terhadap lemak disarankan untuk mengganti cara produksi menggoreng dengan membakar, mengukus, atau merebus. Tujuannya untuk menekan risiko diare dan gangguan pencernaan lainnya.
Pada dasarnya, kacang-kacangan adalah sumber serat yang baik untuk tubuh. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku bagi pengidap IBS-D atau seseorang dengan organ pencernaan yang sensitif terhadap kacang-kacangan. Kacang-kacangan mengandung senyawa oligosakarida yang tahan untuk dicerna oleh enzim usus.
Mengonsumsi kacang-kacangan bagi pengidap IBS-D atau seseorang yang sensitif terhadapnya dapat berujung pada diare, kembung, konstipasi, dan kram perut. Bagi pengidap IBS-D, hindari panganan yang mengandung kacang-kacangan.
Namun, apabila perlu untuk mengonsumsi kacang-kacangan, sebaiknya rendam kacang-kacangan yang hendak dimasak selama semalaman guna membuatnya lebih mudah dicerna dan menekan risiko terjadinya diare.
Beberapa orang membutuhkan kopi untuk memulai hari. Namun, beberapa orang yang lain (terutama pengidap IBS-D) merasakan stimulasi usus yang berujung pada diare setelah mengonsumsi kafein. Bila pengidap IBS-D atau seseorang yang sensitif terhadap kafein perlu untuk mengonsumi sesuatu yang dapat meningkatkan energi atau sekadar menahan kantuk, pertimbangkan untuk lebih memilih mengemil snack dari pada mengonsumsi kafein.
Alkohol adalah pemicu diare yang umum bagi banyak pengidap IBS-D. Hal itu karena alkohol dapat menyebabkan diare yang mana berpotensi untuk menganggu sistem pencernaan. Alkohol juga umumnya mengandung gula berlebih dan gluten. Hindari untuk mengonsumsi alkohol adalah cara terbaik untuk menekan risiko terjadinya diare dan gangguan pencernaan lain.
Apabila telah terjadi diare, fokus utama dari cara mengatasinya adalah dengan menjaga tubuh tetap terhidrasi. Beberapa caranya, antara lain:
Terdapat beberapa cara yang dapat menekan risiko diare parah bagi pengidap IBS-D atau seseorang dengan perut sensitif, antara lain:[6]
Kapan Harus ke Dokter?
Ketika seseorang menunjukkan beberapa gejala diare yang lebih parah dari biasanya. Beberapa tandanya, seperti feses atau urin berdarah, feses berwarna hitam, muntah-muntah, diare parah sampai-sampai mengganggu tidur, demam, dan kehilangan berat badan dalam waktu sekejap[7].
1. Ana Gotter. Healthline.com. Sensitive Stomach: What You Should Know. 2018.
2. Ami D. Sperber. Clinical-Alimentary Track Volume 160 (1). Worldwide Prevalence and Burden of Functional Gastrointestinal Disorders, Results of Rome Foundation Global Study. 2020.
3. Minesh Khatri, MD. Webmd.com. What Is IBS-D?. 2020.
4. Alexander C Ford & Paul Moayyedi. The American journal of gastroenterology Volume 113 (2). American College of Gastroenterology Monograph on Management of Irritable Bowel Syndrome. 2018.
5. Kristeen Moore & Rena Goldman. Healthline.com. 12 Foods to Avoid with IBS. 2020.
6. Ashley Welch & Kareem Sassi, MD. Everydayhealth.com. Diarrhea and IBS: How to Ease Symptoms. 2020.
7. John P. Cunha, DO, FACOEP. Medicinet.com. IBS-D (Irritable Bowel Syndrome with Diarrhea). 2020.