Daftar isi
Polineuropati merupakan suatu kondisi di mana, saraf perifer yang menjalar di seluruh tubuh mengalami kerusakan. Polineuropati dapat mempengaruhi saraf lain, seperti saraf pada otot, kulit, maupun organ lain.
Ketika sistem saraf rusak, maka saraf tidak dapat mengirim sinyal kembali ke otak. Akan tetapi, kondisi tersebut tidak berpengaruh terhadap saraf di otak ataupun tulang belakang [1].
Polineuropati memiliki dua kategori utama, yaitu akut dan kronis [1].
Polineuropati akut ditandai dengan adanya gejala yang terjadi secara tiba-tiba dan tergolong parah. Jenis ini kerap dialami oleh seseorang yang memiliki reaksi autoimun atau infeksi, yang menyebabkan adanya kerusakan pada saraf.
Orang yang menderita sindrom Guillaine-Barré, diketahui lebih rentan terkena polineuropati akut. Adapun kondisi ini seringkali berhasil diobati dalam kurun waktu yang singkat.
Berbeda dengan akut, jenis ini terjadi dengan gejala yang berlangsung lebih lama dan tidak dapat diobati dengan cepat. Adanya gangguan seperti diabetes atau gagal ginjal, dapat memicu kondisi ini. Diketahui bahwa banyak penyebab polineuropati kronis.
Oleh karena itu, tidaklah mudah untuk menentukan penyebabnya. Bahkan beberapa kasus, tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Hal ini berkaitan dengan penelitian pada tahun 2015, yang menyatakan bahwa tiga dari lima pasien polineuropati meninggal dunia dan tidak diketahui secara pasti penyebabnya [4].
Seseorang yang mengidap polineuropati memiliki gejala yang berbeda-beda, tergantung penyebabnya. Berikut beberapa gejala yang paling umum dialami oleh seseorang yang mengidap polineuropati [1]:
Polineuropati disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut [1]:
Polineuropati akut, dapat terjadi karena beberapa penyebab [1]:
Polineuropati kronis idiopatik, dapat dipengaruhi oleh [1]:
Kesehatan atau daya tahan tubuh seseorang, dapat mempengaruhi faktor risiko ketika mengalami polineuropati. Beberapa faktor risiko secara umum [1]:
Secara umum, dokter akan melakukan beberapa tes untuk memastikan apakah seseorang menderita polineuropati dan apa penyebabnya [1].
Pemeriksaaan fisik pada bagian tubuh yang terasa nyeri, dilakukan untuk menentukan bagian tubuh yang paling terpengaruh dan menemukan otot yang lemah, atau berhenti berkembang, sebagai akibat dari kerusakan saraf. Tingkat kerusakan saraf, dapat diidentifikasi oleh dokter melalui tes saraf dan otot listrik. Penderita polineuropati, diketahui mengalami kerusakan pada saraf motorik dan sebagian besar pada saraf sensorik [2].
Menentukan penyebab dan tingkat polineuropati. Adapun tes lain, mungkin saja dilakukan apabila dokter mencurigai kondisi yang mendasari tubuh seseorang.
Pengobatan polineuropati tergantung pada penyebabnya, termasuk bagian tubuh yang mampu merasakan gejalanya. Ahli saraf terlebih dahulu mencari penyebab neuropati dan patologi yang menjadi dasar dari gejala polineuropati [3].
Beberapa kasus polineuropati ringan, dokter akan memberikan obat pereda nyeri, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) untuk membantu mengurangi rasa sakit dan rasa tidak nyaman akibat kerusakan saraf [1].
Banyak orang yang cenderung memiliki gaya hidup yang tidak sehat. Padahal merubah gaya hidup dapat membantu mengobati polineuropati. Perubahan gaya hidup bisa dilakukan dengan mengurangi atau bahkan berhenti meminum alkohol, serta menghindari kegiatan tertentu yang dapat memperparah gejala polineuropati [1].
Jika seseorang menderita polineuropati, sebagai akibat terpapar bahan kimia beracun, maka perlu sekali membatasi paparan terhadapnya.
Apabila seseorang mengalami polineuropati setelah cidera traumatis, dokter merekomendasikan terapi fisik. Hal ini dapat membantu mengembalikan fungsi dari tubuh seseorang. Selain itu, seseorang juga perlu mempelajari cara mengelola nyeri saraf dan sensasi lain yang mungkin ditimbulkan oleh cidera.
Jika seseorang menderita polineuropati yang disebabkan oleh kondisi autoimun, perlu dilakukan perawatan atau terapi yang berbeda seperti:
Orang penderita diabetes yang terkena polineuropati, diketahui cenderung memiliki kelainan elektrofisiologi dalam tubuh [2]. Pengobatan untuk penderita diabetes, dilakukan dengan rencana perawatan untuk mengendalikan kadar gula darah dalam tubuh seseorang.
Perawatan yang mungkin dilakukan seperti mengkonsumsi obat-obatan oral atau menyuntikkan insulin. Apabila seseorang mengidap kasus diabetes tipe 1 yang jarang terjadi, disarankan untuk melakukan operasi transplantasi sel penghasil insulin (sel pulau). Sel penghasil insulin inilah yang akan membantu tubuh dalam memproduksi dan melepaskan lebih banyak insulin [1].
Bagi penderita kanker yang mengalami polineuropati, maka pengobatan yang direkomendasikan yaitu dengan operasi untuk mengangkat sel kanker atau tumor. Kemoterapi yang dilakukan untuk membantu menghilangkan tumor atau sel kanker, justru akan membuat stres atau tekanan pada saraf [1].
Untuk mengurangi kerusakan saraf pada tubuh akibat dari polineuropati, maka penting untuk mengetahui kondisi tubuh masing-masing. Dengan demikian, seseorang akan mendapatkan perawatan terlebih dahulu, sebelum mengalami rasa sakit atau rasa tidak nyaman yang sulit untuk dikendalikan
Segera hubungi dokter, apabila gejala polineuropati yang dialami cukup terlihat, seperti setelah mengalami cidera traumatis. Dokter akan membantu menentukan apakah kondisi tersebut menyebabkan polineuropati. Mengetahui kondisi dan mengobati gejala lebih awal adalah cara terbaik untuk mencegah polineuropati mengganggu hidup.
1. Tim Jewell, Elaine K. Luo, M.D. What is polyneuropathy?. Healthline; 2017.
2. Hernandez Hernandez. Chronic inflammatory demyelinating polyneurophaty associated with diabetes. Volume 119. Elsevier; 2008.
3. Seren H, Sindrup MD, Troels S. Jensen, MD. Pharmacologic treatment of pain in polyneuropathy. Neurology; 2000.
4. Charles Bolton, Joseph J . Gilbert, Angelika F. Hain, William J. Sibbald. Polyneuropathy in critically ill patients. Journal of Neurology, Neurosurgery, and Psychiatry; 2015.