Daftar isi
Pyoderma Gangrenosum (PG) merupakan jenis luka berukuran besar yang ditandai dengan bentuk mirip borok pada permukaan kulit yang bisa disebabkan oleh penyakit maupun efek operasi [1,2,3,4,5,6].
Umumnya, luka besar yang menyerupai borok ini lebih sering terjadi pada area kaki dan pria memiliki risiko lebih tinggi mengalaminya [1,2,3,4,5,6].
Kondisi langka ini tetap perlu diwaspadai karena perkembangannya sungguh cepat sehingga tingkat keparahannya bertambah serius dalam jangka waktu singkat [1,2,3,4,5,6].
Tinjauan Pyoderma Gangrenosum adalah luka yang semula kecil dan kemudian membesar mirip borok; biasanya luka ini terjadi karena efek operasi atau pasca cedera.
Belum diketahui secara pasti apa penyebab pasti dari Pyoderma Gangrenosum (idiopatik), namun tidak perlu khawatir sebab kondisi ini bukan jenis penyakit menular [2].
Terdapat dugaan kuat bahwa kondisi ini memiliki kaitan dengan beberapa penyakit autoimun, seperti arthritis, kolitis ulseratif, maupun penyakit Crohn [1,2,3].
Faktor genetik berperan cukup penting dalam mengembangkan penyakit ini dan ulkus baru dapat terjadi ketika kulit mengalami luka baru [1,2,3].
Walau penyebab pasti belum diketahui, terdapat sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risiko Pyoderma Gangrenosum, yakni antara lain [1,2,3] :
Pyoderma Gangrenosum kerap dianggap sebagai kondisi lainnya sehingga penanganannya pun bisa saja tidak sesuai karena kesalahan diagnosa.
Beberapa kondisi yang memiliki keserupaan gejala dengan Pyoderma Gangrenosum antara lain [1] :
Tinjauan Pyoderma Gangrenosum bersifat idiopatik, namun beberapa kondisi gangguan autoimun, riwayat cedera, operasi, dan genetik berperan dalam meningkatkan risiko penyakit ini.
Gejala Pyoderma Gangrenosum tidak langsung timbul dalam ukuran besar, namun berawal dari benjolan kecil berwarna merah pada permukaan kulit [1,2,4].
Namun seiring waktu, benjolan kecil ini akan semakin besar dan barulah timbul rasa sakit sekaligus tampak adanya luka terbuka [1,2,4].
Selain benjolan, Pyoderma Gangrenosum dapat berawal dari luka kecil yang kemudian bertambah besar dan diikuti dengan gejala-gejala lain sepetri berikut [1,2,4] :
Kulit bagian tubuh manapun dapat mengalami Pyoderma Gangrenosum meskipun rata-rata kasus penyakit ini memengaruhi kulit kaki.
Pada beberapa kasus, gejala dapat diawali dengan luka bernanah yang bahkan bisa dialami di bagian kepala [4].
Selain kepala dan kaki, Pyoderma Gangrenosum perlu diwaspadai karena kemunculannya seringkali bisa di tangan, lengan, dada, leher, wajah, sampai alat kelamin [2,3,4].
Tergolong sebagai penyakit idiopatik karena penyebabnya tidak diketahui secara jelas, penyakit autoimun diduga kuat menjadi faktor risiko kondisi ini [1,2,3,4].
Sistem imun akan menyerang tubuh secara keliru karena autoimun bermasalah sehingga jaringan dan sel-sel tubuh yang sehat dan normal yang menjadi sasaran.
Namun tidak selalu kondisi ini berhubungan dengan gangguan autoimun, sebab luka pasca operasi maupun luka akibat cedera berat pun dapat menjadi pemicu Pyoderma Gangrenosum [1,2,3,4].
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Bila timbul luka tak normal secara tiba-tiba dan seiring waktu ukurannya semakin besar, jangan tunggu terlalu lama untuk ke dokter dan menempuh pemeriksaan.
Pada orang-orang dengan riwayat cedera atau operasi dan memiliki luka terbuka yang ukurannya terus membesar, segera ke dokter.
Tinjauan Benjolan atau luka kecil pada kulit dapat berukuran semakin besar; itulah gejala utama Pyoderma Gangrenosum. Gejala lain yang bisa menyertai adalah demam, memar, nyeri sendi, tepi luka ungu atau biru, benjolan berisi nanah, tubuh lebih cepat lelah dan lesu, dan bengkak.
Ketika memeriksakan diri ke dokter dengan dugaan gejala mengarah pada Pyoderma Gangrenosum, sejumlah metode pemeriksaan ini dapat ditempuh oleh pasien :
Dokter akan memeriksa kondisi fisik pasien untuk mengecek apa saja gejala yang terjadi [1].
Selain gejala fisik, dokter pun perlu mengetahui riwayat penyakit pasien, termasuk riwayat operasi dan cedera [1].
Diagnosa Pyoderma Gangrenosum kerap kali dokter hasilkan berdasarkan pada lokasi timbulnya luka [1].
Untuk lebih detail, dokter juga kemungkinan besar akan menanyakan tentang riwayat kesehatan keluarga pasien, terutama yang berhubungan dengan penyakit autoimun [1].
Untuk mengetahui kondisi kulit pasien secara lebih detail, maka pasien dapat menemui dokter spesialis kulit.
Penegakkan diagnosa yang lebih spesifik dan tepat akan dilakukan oleh ahlinya, terutama karena Pyoderma Gangrenosum ini memiliki kemiripan gejala dengan sejumlah penyakit kulit lain.
Pemeriksaan penunjang umumnya sangat dibutuhkan, seperti tes darah dan biopsi kulit [3,4].
Biopsi kulit dilakukan dengan mengambil sampel jaringan kulit pasien agar dapat menegakkan diagnosa.
Tujuan adanya tes penunjang pun untuk bisa mengeliminasi adanya kemungkinan penyakit lain dengan gejala serupa.
Tinjauan Pemeriksaan Pyoderma Gangrenosum meliputi pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan secara umum, pemeriksaan kulit secara lebih detail oleh dokter spesialis kulit, dan pemeriksaan penunjang (tes darah hingga biopsi kulit).
Pengobatan bagi pasien Pyoderma Gangrenosum bertujuan utama mengurangi rasa sakit dan menurunkan risiko radang.
Dokter juga akan memberikan perawatan untuk mengendalikan kondisi yang memicu gejala Pyoderma Gangrenosum sekaligus mengupayakan penyembuhan untuk luka.
Dokter harus lebih dulu memastikan ukuran luka, jumlah, perkembangan dan kedalaman luka untuk bisa menentukan perawatan yang paling tepat.
Berikut ini merupakan upaya perawatan bagi kondisi Pyoderma Gangrenosum yang pasien perlu tempuh :
Penggunaan cyclosporine atau kortikosteroid dapat membantu meredakan gejala berupa luka pada permukaan kulit pasien [1,2,3,4,5].
Biasanya, salah satu obat ini ditentukan oleh dokter untuk kasus lesi yang berkembang dengan cukup cepat [1].
Meski terdapat risiko rekuren atau kemunculan lesi kembali, penggunaan kedua obat tersebut diketahui berhasil memudarkan lesi [1].
Hanya saja, risiko infeksi diketahui jauh lebih tinggi terjadi pada pengguna prednisolone [1].
Obat-obat imunosupresan biasanya juga akan diberikan kepada orang-orang yang hendak menjalani operasi namun memiliki riwayat Pyoderma Gangrenosum [1,2,3,4]].
Jika pernah mengalami kondisi tersebut, terutama sudah pada tahap serius, maka ke depannya dokter akan memberikan imunosupresan sebagai pencegah rekuren Pyoderma Gangrenosum pasca operasi [1,2,3,4].
Kombinasi obat cyclosporine dan methylprednisolone umumnya dokter resepkan [1,2,3,4].
Pemberian steroid dan trakrolimus topikal atau oles menjadi salah satu cara merawat luka agar cepat sembuh [1,2,3,4,5].
Selain itu, sodium cromoglycate, dapsone topikal dan nikotin merupakan opsi alternatif yang juga seringkali digunakan untuk mengatasi Pyoderma Gangrenosum [1,4].
Untuk mencegah infeksi, selain menggunakan obat-obatan dari dokter pasien juga perlu menjaga kebersihan kulit yang luka agar tidak terjadi infeksi [1].
Namun bila kesulitan untuk menjalani perawatan ini, sebaiknya tetap minta bantuan tenaga medis agar perawatan dilakukan dengan benar [1].
Walau sebenarnya prosedur operasi perlu dihindari sebisa mungkin oleh para penderita Pyoderma Gangrenosum karena akan memperburuk kondisi luka, terkadang bedah menjadi solusi terbaik [2,4,5,6].
Skin graft adalah metode bedah yang dokter kerap rekomendasikan dengan memasang kulit sintetis pada area luka yang parah [2,4,5,6].
Penerapan skin graft dokter lakukan jika peradangan sudah diatasi dan sudah dipastikan sembuh. Luka juga harus sudah menunjukkan tanda-tanda sembuh sebelum skin graft boleh pasien tempuh [2,4,5,6].
Tinjauan Terapi pengobatan Pyoderma Gangrenosum umumnya meliputi pemberian obat kortikosteroid atau cyclosporine. Perawatan mandiri untuk menjaga kebersihan luka agar cepat pulih pun sangat penting. Namun, skin graft juga dapat menjadi pertimbangan untuk mengatasi Pyoderma Gangrenosum.
Jika gejala Pyoderma Gangrenosum tidak segera mendapatkan penanganan, maka beberapa risiko komplikasi ini dapat terjadi pada penderita [5] :
Keterbatasan gerak tubuh dapat terjadi ketika luka semakin besar dan semakin parah, di mana hal ini pun turut memengaruhi kondisi mental seseorang.
Pyoderma Gangrenosum bukan sebuah kondisi yang bisa dengan mudah dan selalu bisa dicegah, terutama jika berkaitan dengan penyakit autoimun.
Menghindari cedera dengan melindungi diri saat berkendara, berjalan dan berada di tempat kerja merupakan upaya untuk tidak terluka dan meningkatkan risiko Pyoderma Gangrenosum.
Bahkan menjaga tubuh tetap sehat agar tidak perlu menjalani prosedur operasi juga menjadi salah satu cara meminimalisir risiko Pyoderma Gangrenosum.
Namun usaha untuk menghindari cedera dan prosedur operasi juga tidak selalu berhasil, maka jika luka terjadi segera ke dokter dan periksakan diri.
Pemeriksaan dan penanganan dini akan memperbesar peluang penderita untuk sembuh dari luka.
Tinjauan Pyoderma Gangrenosum tidak selalu dapat dicegah, namun dengan menghindari kecelakaan dan prosedur bedah, luka dapat dihindari dan otomatis risiko Pyoderma Gangrenosum bisa diminimalisir.
1. Shawn J. Schmieder & Karthik Krishnamurthy. Pyoderma Gangrenosum. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Ramesh M. Bhat. Pyoderma gangrenosum: An update. Indian Dermatology Online Journal; 2012.
3. Christina George, Florence Deroide, & Malcolm Rustin. Pyoderma gangrenosum – a guide to diagnosis and management. Clinical Medicine; 2019.
4. Alexandra Teagle & Rachel Hargest. Management of pyoderma gangrenosum. Journal of the Royal Society of Medicine; 2014.
5. Ana Gameiro, Neide Pereira, José Carlos Cardoso, & Margarida Gonçalo. Pyoderma gangrenosum: challenges and solutions. Clinical, Cosmetic and Investigational Dermatology; 2015.
6. Marco Romanelli, MD, PhD, Agata Janowska, MD, Teresa Oranges, MD, & Valentina Dini, MD, PhD. Skin Grafting in Pyoderma Gangrenosum. Eplasty; 2018.