Tinjauan Medis : dr. Angelia Chandra
Rakitis adalah gangguan pertumbuhan tulang pada anak akibat kekurangan Vitamin D, Kalsium atau Fosfat. Ketiga senyawa ini memerlukan satu sama lain untuk dapat bekerja secara optimal dalam pertumbuhan
Daftar isi
Rakitis merupakan kondisi ketika tulang pada anak mengalami pelemahan karena kekurangan nutrisi berupa vitamin D, fosfat, maupun kalsium [1,2,3,4,5,6].
Ketiga nutrisi tersebut berkesinambungan dan dikenal sebagai nutrisi paling penting serta dibutuhkan oleh tulang agar menjadi kuat dan sehat.
Penyerapan fosfat serta kalsium dalam tubuh dibantu oleh vitamin D agar semuanya berjalan dengan sempurna [1,2].
Untuk itulah, kadar kecukupan fosfat dan kalsium dalam tubuh sebenarnya ditentukan oleh memadai atau tidaknya asupan vitamin D.
Bila kekurangan vitamin D, terdapat hormon yang dihasilkan oleh tubuh sehingga tulang melepaskan fosfat dan kalsium.
Sebagai akibatnya, tulang dapat menjadi terlalu lunak dan lemah karena kekurangan mineral-mineral tersebut dalam jangka panjang.
Penyebab utama dari rakitis adalah defisiensi atau kekurangan vitamin D sehingga penyerapan fosfat dan kalsium dari usus menjadi kurang lancar [1,2,3,4,5,6].
Vitamin D sendiri bersumber dari makanan-makanan tertentu sekaligus cahaya matahari pagi yang bisa didapat dengan berjemur.
Karena asupan vitamin D terlalu rendah, maka hal ini menghambat proses penyerapan kalsium ke dalam tubuh.
Hal ini berpengaruh pada kadar kalsium dalam darah yang kemudian menjadi rendah.
Tidak hanya berakibat pada kelemahan tulang serta gigi, efeknya pun dapat dirasakan oleh otot serta saraf yang berisiko mengalami masalah [1,2].
Selain masalah kekurangan vitamin D, beberapa faktor berikut ini pun dapat meningkatkan risiko rakitis :
Pola diet atau pola makan dapat menjadi salah satu alasan mengapa rakitis dapat terjadi pada anak, yaitu bila anak menjalani diet vegetarian [1].
Vegetarian tidak menyertakan susu, telur maupun ikan sehingga hal ini dapat menghilangkan nutrisi penting yang seharusnya diasup oleh anak.
Para ibu menyusui yang juga menjalani diet vegetarian tidak akan baik bagi kesehatan anak balitanya.
Anak dapat mengalami kekurangan vitamin D serta kalsium saat menyusui karena sang ibu sendiri mengalami kekurangan nutrisi.
Sayangnya, ASI tak mampu mencegah rakitis karena kandungan vitamin D-nya rendah.
Rakitis merupakan salah satu jenis gangguan kesehatan yang dapat diturunkan atau diwariskan dari orangtua ke anaknya melalui gen [1,2,4].
Rakitis jenis ini dapat berbahaya karena menghambat ginjal dalam proses penyerapan fosfat ke dalam tubuh.
Anak-anak yang usianya antara 6-36 bulan adalah yang paling rentan menderita rakitis [1,4].
Ini karena pada usia tersebut, anak-anak sedang bertumbuh sangat pesat sehingga dibutuhkan pemenuhan nutrisi yang maksimal.
Pada usia balita, anak-anak paling membutuhkan fosfat serta kalsium agar tulang dapat berkembang dan bertambah kuat.
Anak-anak yang bertempat tinggal di wilayah dengan tingkat cahaya matahari lebih sedikit maka lebih tinggi risikonya mengalami rakitis [1,3].
Padahal untuk memperoleh vitamin D yang memadai, salah satu caranya adalah dengan mendapatkan cukup sinar matahari pagi.
Anak-anak yang juga lebih banyak beraktivitas di dalam ruangan akan memperoleh lebih sedikit vitamin D sehingga meningkatkan risiko rakitis.
Anak-anak keturunan Timur Tengah, Afrika, dan Kepulauan Pasifik yang diketahui berkulit lebih gelap memiliki potensi lebih besar dalam mengidap rakitis [1].
Kadar pigmen melanin pada kulit yang gelap lebih tinggi sehingga kemampuan kulit gelap dalam menghasilkan vitamin D dari cahaya matahari tidak sebaik kulit putih.
Para ibu hamil memang wajib selalu memerhatikan asupan harian agar gizi seimbang tetap bisa diperoleh demi kelangsungan tumbuh kembang calon bayi.
Sayangnya, ada beberapa wanita yang mengalami kekurangan vitamin D selama hamil sehingga melahirkan bayi yang berisiko rakitis [3].
Bahkan beberapa bulan setelah lahir, bayi dapat terkena rakitis.
Pemberian ASI eksklusif selalu bermanfaat, namun karena kandungan vitamin D yang rendah di dalam ASI, maka hal ini dapat meningkatkan risiko anak terkena rakitis [3].
Selama ASI eksklusif diperlukan tambahan vitamin D dari sumber makanan lain dan maupun sinar matahari yang memadai.
Penggunaan obat untuk infeksi HIV serta obat untuk mengatasi kejang dapat menghambat kemampuan tubuh dalam menggunakan vitamin D sehingga penyerapan fosfat dan kalsium pun ikut terganggu [3].
Secara umum, berikut ini adalah gejala-gejala rakitis pada anak yang setiap orangtua perlu tahu dan perhatikan [1,2,3,4,5,6] :
Walau gejala umum telah diketahui, bayi memiliki gejala utama yang perlu lebih diperhatikan oleh para orangtua.
Tengkorak yang begitu lunak ditambah dengan kondisi rewel yang lebih dari biasanya perlu dicurigai sebagai kondisi rakitis [5].
Pada anak balita, gejala yang nampak sebenarnya cukup mencolok, yakni dengan perkembangan pertumbuhannya yang mengalami keterlambatan [5].
Bila pertumbuhannya tidak seperti anak-anak seusianya, termasuk sangat terlambat dalam kemampuannya berjalan, orangtua perlu mencurigai adanya kondisi rakitis.
Untuk usia anak-anak yang sudah lebih besar, gejala yang perlu diperhatikan adalah apakah bagian kakinya terasa sakit dan nampak membengkok atau melengkung seperti membentuk huruf X atau bahkan O [5].
Orangtua juga perlu mengecek bagian lutut hingga pergelangan tangan apakah nampak melebar atau menebal.
Bila menemukan kejanggalan-kejanggalan ini, alangkah baiknya untuk membawa ke dokter segera agar bisa ditangani dengan tepat.
Ketika membawa anak ke dokter untuk diperiksa, dokter biasanya akan memeriksa lebih dulu kondisi tulang anak.
Dokter akan secara perlahan menekan tulang anak dan mengecek ketidakwajaran yang sedang terjadi.
Secara umum, beberapa pemeriksaan inilah yang dilakukan dokter [1,2,3,4] :
Cara menangani rakitis ditentukan oleh faktor penyebabnya dan bila anak diketahui mengalami kekurangan asupan vitamin D, perubahan pola makan dan asupan nutrisi menjadi kuncinya.
Hal ini pun berlaku pada kondisi anak yang kekurangan fosfat dan kalsium.
Umumnya, anak-anak penderita rakitis dapat kembali baik kondisinya sekitar 1-2 minggu [1,4].
Perkembangan ini bisa dialami saat anak memperoleh asupan kalsium, vitamin D dan fosfat lebih banyak dalam memperbaiki kelainan yang ada.
Pada anak yang harus menempuh bedah korektif, rakitis biasanya akan dapat teratasi dan hilang seiring bertambah dewasa [6].
Penambahan asupan vitamin D pada anak yang sudah mengalami gejala kaki bengkok pun dapat mengalami kemajuan dalam 3 bulan perawatan [6].
Dalam waktu 3 bulan diet vitamin D dilakukan pada anak, maka penting untuk rontgen tulang dan melihat apakah perkembangan dan perbaikan tulang sudah terjadi.
Bahkan ketika sudah mengalami perbaikan alami pada tulang anak, orangtua perlu rutin membawanya ke dokter untuk pengecekan.
Umumnya, jika masalah tulang sudah teratasi di awal dengan baik maka risiko masalah tulang di masa mendatang sangatlah kecil [6].
Bila rakitis pada anak tidak segera ditangani atau ditangani secara kurang tepat, berbagai risiko komplikasi kesehatan inilah ancamannya [2,3,4] :
Rakitis terjadi ketika kadar vitamin D dalam tubuh anak sangat rendah, namun tak semua anak dengan kadar vitamin D rendah mengalami rakitis.
Rakitis lebih rentan terjadi pada anak-anak yang cenderung asupan produk olahan susunya rendah [6].
Atau, bayi yang menyusui terlalu lama atau memperoleh ASI eksklusif tanpa disertai MPASI di waktu yang tepat (usia 5-6 bulan) berisiko tinggi menderita rakitis [3,6].
Perlu diketahui bahwa rekomendasi vitamin D harian menurut The Office of Dietary Supplements (ODC) untuk anak hingga orang dewasa adalah [2] :
Untuk menurunkan risiko kekurangan vitamin D dan juga mineral penting lainnya yang vital bagi perkembangan tulang serta gigi anak, beberapa langkah pencegahan ini bisa coba diterapkan [3,6] :
Pemenuhan akan vitamin D dapat diatasi dengan sering-sering berjemur di bawah sinar matahari pagi, namun hati-hati jika berlebihan.
Bahaya terpapar sinar matahari berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker kulit dan kulit terbakar pada anak [1,2].
1) Jacquelyn Cafasso & Justin Choi, MD. 2017. Healthline. Rickets.
2} Stephanie Brunner & Karen Gill, M.D. 2017. Medical News Today. Everything you need to know about rickets.
3) Mayo Clinic Staff. 2019. Mayo Clinic. Rickets.
4) Neil K. Kaneshiro, MD, MHA, David Zieve, MD, MHA, Brenda Conaway. 2018. MedLine Plus. Rickets.
5) Am Fam Physician. 2016. American Family Physician. Rickets: What It Is and How It’s Treated.
6) Anonim. 2018. The Royal Children's Hospital Melbourne. Rickets.
7) Aditya Eka Prawira. 2016. Liputan 6. Anak-anak di Inggris Rentan Rakitis.