Rutabaga adalah jenis sayur berakar hasil persilangan dari lobak dan kubis. Akar rutabaga terdiri dari akar dan batang. Dikabarkan sayuran ini berasal dari Scandinavia atau Rusia pada sekitar abad ke-17.
Rutabaga merupakan sayuran akar yang bisa dan aman untuk dikonsumsi. Namun belum begitu terkenal diseluruh dunia.
Daftar isi
Rutabaga (Brassica napus var. napobrassica), juga dikenal sebagai lobak Swedia, lobak lilin, swede, atau neep, adalah sayuran akar yang termasuk dalam keluarga mustard (Brassicaceae).[1,2]
Rutabaga merupakan sayuran yang dapat dipanen minimal setiap dua tahun dan dibudidayakan untuk diambil akar berdaging dan daunnya yang dapat dimakan. Rutabaga adalah tanaman musim dingin dan membutuhkan musim tanam yang panjang karena pertumbuhannya yang lambat.[1,2]
Tanaman rutabaga dapat mencapai ketinggian 30-46 cm (12-18 inci). Daunnya tampak tebal dan halus mengkilap (memiliki lapisan lilin), berbentuk seperti bulat otak, dengan warna kebiruan. Tanaman ini juga memiliki bunga berwarna kuning pucat hingga kuning cerah yang lebat.[1,2]
Rutabaga merupakan sayuran akar tunggang yang tegas dengan sedikit akar samping, memiliki umbi yang bulat, hampir bulat sempurna berwarna putih, ungu, atau kuning dengan daging yang berwarna putih dan kuning.[2]
Varietas rutabaga dengan daging berwarna putih memiliki kulit hijau kasar dengan bentuk tidak beraturan, sedangkan varietas dengan daging berwarna kuning memiliki kulit halus berwarna hijau, ungu, atau perunggu dengan bentuk yang lebih teratur.[1]
Fakta Menarik Seputar Rutabaga
Berikut informasi nilai gizi yang terkandung dalam 100 gram sajian rutabaga.[3]
Nama | Jumlah | Satuan Unit |
Total kalori | 163 | kJ |
Total karbohidrat | 8.7 | g |
Serat makanan | 1.8 | g |
Gula | 6.0 | g |
Lemak total | 0.2 | g |
Protein | 1.3 | g |
Vitamin A | 2.0 | IU |
Vitamin C | 18.8 | mg |
Vitamin E | 0.3 | mg |
Vitamin K | 0.3 | mcg |
Thiamin | 0.1 | mg |
Riboflavin | 0.0 | mg |
Niacin | 0.7 | mg |
Vitamin B6 | 0.1 | mg |
Folat | 15.0 | mcg |
Vitamin B12 | 0.0 | mcg |
Asam pantotenat | 0.2 | mg |
Kolin | 15.2 | mg |
Kalsium | 48.0 | mg |
Zat besi | 0.5 | mg |
Magnesium | 23.0 | mg |
Fosfor | 56.0 | mg |
Kalium | 326 | mg |
Natrium | 20.0 | mg |
Zinc | 0.4 | mg |
Tembaga | 0.0 | mg |
Mangan | 0.2 | mg |
Selenium | 0.7 | mcg |
Rutabaga diketahui rendah akan natrium, lemak jenuh, kolesterol. Selain itu, rutabaga juga merupakan sumber serat makanan, thiamin, vitamin B6, kalsium, magnesium, sumber Vitamin C, dan kalium yang sangat baik untuk kesehatan tubuh.[1,3]
Komposisi nutrisinya yang tinggi, membuat rutabaga sangat baik dikonsumsi untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan. Berikut manfaat rutabaga untuk kesehatan :
Rutabaga diketahui sebagai sayuran berakar dengan sumber antioksidan yang baik, seperti melatonin, vitamin C serta vitamin E yang relatif tinggi.[1,3,5]
Secara tidak langsung, melatonin beraksi dengan memicu pembentukan enzim antioksidan dalam tubuh seperti superoksida dismutase, katalase dan glutathione peroksidase.
Aksi tersebut sangat erat kaitannya dengan mekanisme perlindungan yang diperankan oleh melatonin terhadap kerusakan akibat radikal bebas.[5]
Rutabaga juga mengandung glukosinolat dalam jumlah tinggi, yang merupakan senyawa dengan sifat antioksidan. Mereka telah terbukti mengurangi peradangan dan bahkan berpotensi risiko penyakit jantung dan usus besar, prostat, dan kanker payudara.[7,8]
Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa tanaman rutabaga sangat efektif untuk membantu melawan penyakit kanker dan sebagai kemoterapi diet.[5]
Banyak studi menunjukkan bahwa rutabaga merupakan produk alami yang menunjukkan aktivitas pencegahan perkembangan sel kanker dengan mengurangi risiko yang memicu terbentuknya sel kanker tertentu, seperti kanker hati, usus kecil, paru-paru, pankreas, usus besar, atau kelenjar susu.[5,9]
Mekanisme antikanker pada sayuran rutabaga dihasilkan dari peran perlindungannya dalam mencegah kerusakan sel DNA, menonaktifkan sel kanker, menyebabkan kematian sel kanker secara terprogram, menghambat pembentukan pembuluh darah tumor dan penyebaran sel tumor.[5]
Kecambah rutabaga juga dilaporkan menunjukkan aktivitas yang dapat merusak sel kanker (sitotoksik) hingga menyebabkan kematian sel dan mencegah pertumbuhan sel kanker di garis sel kanker hati sebanyak 60% tanpa efek merugikan yang bermakna pada sel telur hamster Cina (CHO-K1) normal.[5,9]
Banyaknya konsentrasi isotiosianat pada rutabaga telah diidentifikasi sebagai penghambat kuat dari bertumbuhnya sel kanker dan agen pemicu kematian sel secara terprogram, yang memberikan peluang untuk efek pengobatan yang menguntungkan dari sel-sel ganas.[6,9]
Rutabaga diketahui merupakan sumber serat makanan yang baik. Serat makanan telah dikaitkan dengan efek sistem pencernaan yang bermanfaat seperti peningkatan kelembutan dan banyaknya tinja, serta respons glukosa darah yang merata dan penurunan kadar lemak darah.[10]
Kandungan serat rutabaga sebagian besar terdiri dari serat tidak larut, yang selain dapat menjaga kesehatan usus, juga dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, hipertensi, diabetes, stroke, dan obesitas.[6]
Satu rutabaga sedang (386 gram) menyediakan 9 gram serat, yaitu 24% dan 36% dari asupan serat harian yang direkomendasikan untuk pria dan wanita.[11]
Rutabaga diketahui mengandung kalium dalam jumlah yang cukup besar. Diet tinggi kalium banyak dilaporkan berkaitan dengan risiko yang lebih rendah untuk terkena stroke dan penyakit jantung.[6]
Satu rutabaga sedang (386 gram) menyediakan 1.180 mg kalium, yang mencakup 35% kebutuhan harian untuk nutrisi ini.[11]
Dalam sejumlah studi, konsumsi sayuran rutabaga dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung dan hipertensi.[5]
Melatonin yang ditemukan dalam rutabaga juga dapat memiliki pengaruh positif pada sistem kekebalan, dapat meningkatkan produksi protein penghantar sinyal peradangan atau infeksi (sitokin) dan terbukti berguna tidak hanya untuk infeksi virus dan bakteri.[5]
Selain itu rutabaga juga diketahui mengandung tinggi vitamin C yang berfungsi untuk melindungi sel dan bersifat sebagai perlindungan imun tubuh.
Rutabaga menawarkan nutrisi tinggi yang bermanfaat untuk kesehatan dan sangat sedikit studi yang membahas mengenai efek merugikan dari rutabaga.
Rutabaga yang direbus, dimasak maupun diekstrak mentah, telah terbukti memiliki aktivitas anti-tiroid peroksidase (enzim yang biasanya ditemukan di kelenjar tiroid dan memainkan peran penting dalam produksi hormon tiroid).[12]
Goitrin adalah zat goitrogen aktif yang terdapat pada tanaman biji rutabaga. Makanan goitrogenik jika dikonsumsi dalam jumlah besar dapat berkontribusi pada perkembangan gondok atau masalah kelenjar tiroid lainnya.[12]
Namun, dengan proses memasak dapat menghancurkan enzim yang bertanggung jawab untuk aktivasi progoitrin menjadi goitrin sehingga meniadakan potensi anti-tiroidnya.[12]
Rutabaga memiliki rasa yang manis dengan sedikit pahit yang berasal dari kandungan goitrin di dalamnya.[4,12]
Akar rutabaga biasanya dikonsumsi sebagai sayuran setelah dimasak. Daunnya juga bisa dimakan dan bisa dimakan segar dalam salad atau setelah dimasak.[1,2]
Sebelum memasaknya, sebaiknya pilih rutabaga yang masih bagus. Rutabaga yang berkualitas tinggi memiliki akar berwarna ungu, memiliki leher halus, kecil, dan dan bebas dari noda dan memar.[4]
Ide Penyajian Rutabaga
Rutabaga dapat dimasak sederhana menjadi rutabaga halus (mashed rutabagas), atau akar rutabaga panggang yang bisa dicampur dengan bahan favorit sesuai selera seperti keju, parsley, oregano, dan sebagainya.[13]
Berikut resep Lemon-Madu Dengan Lapisan Rutabaga dan Wortel :[6]
Rutabaga termasuk sayuran yang dapat disimpan untuk jangka waktu yang panjang jika dilakukan dengan cara yang tepat.
Sebagai tanaman akar, rutabaga yang telah dipanen dapat disimpan lebih lama bila ditempatkan di gudang bawah tanah atau lingkungan serupa yang lembab, gelap dan sejuk dengan ventilasi yang baik. Cara ini dapat membuat rutabaga bertahan hingga enam bulan.[4,6]
Dan sebaiknya pisahkan rutabaga dari bahan makanan lainnya, karena bau yang kuat dapat berpindah ke buah-buahan dan sayuran berdaun jika disimpan di tempat penyimpanan yang sama dengan rutabaga.[4]
Akar yang diberi lilin akan bertahan dengan baik dalam kondisi dingin selama 1 hingga 2 bulan. Sedangkan akar untuk penyimpanan jangka panjang tidak boleh dilapisi lilin, karena lapisan lilin dapat menghalangi pertukaran gas yang memadai.[4,6]
Rutabaga termasuk spesies sayuran berakar dari keluarga mustard (Brassicaceae). Akar rutabaga yang kokoh dengan daging berwarna putih atau kuning aman untuk dikonsumsi. Umumnya akar rutabaga dimasak menjadi sayuran, atau bisa juga direbus dan dipanggang. Rutabaga mengandung tinggi serat, vitamin C dan kalium yang bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung, menghambat pertumbuhan sel kanker dan baik untuk kesehatan sistem pencernaan.
1. Melissa Petruzzello and The Editors of Encyclopaedia Britannica. Rutabaga. Encyclopædia Britannica, inc; 2019.
2. Anonym. Rutabaga. Plant Village, Penn State University; 2020.
3. Condé Nast. Rutabagas, cooked, boiled, drained, without salt. The Self Nutrition Data; 2018.
4. Maria Cecilia do Nascimento Nunes, Gross, Kenneth C., Chien Yi Wang, and Mikal Saltveit. Rutabaga. The Commercial Storage of Fruits, Vegetables, and Florist and Nursery Crops. Chapter: Rutabaga. USDA; 2004.
5. Pawel Pasko, Katarzyna Sulkowska - Ziaja, Bozena Muszynska, Pawel Zagrodzki. Serotonin, Melatonin, And Certain Indole Derivatives Profiles in Rutabaga And Kohlrabi Seeds, Sprouts, Bulbs, And Roots. 59(2): 740-745. LWT - Food Science and Technology; 2014.
6. Hannah Baumana and Melanie Leslie. Food as Medicine: Rutabaga (Brassica napus subsp. rapifera, Brassicaceae). 3(18). HerbalEGram, American Botanical Council; 2016.
7. Kapusta-Duch, J., Kusznierewicz, B., Leszczyńska, T., & Borczak, B. (2016). Effect of cooking on the contents of glucosinolates and their degradation products in selected Brassica vegetables. 23(1): 412-422. Journal of functional foods; 2016.
8. Haakon S. Helland, Anders Leufvén, Gunnar B. Bengtsson, Josefine Skaret, Per Lea, Anne-Berit Wold. Storage of fresh-cut swede and turnip in modified atmosphere: effects on vitamin C, sugars, glucosinolates and sensory attributes. 111: 150-160. Post harvest Biology and Technology; 2016.
9. Pasko P, Bukowska-Strakova K, Gdula-Argasinska J, Tyszka-Czochara M. Rutabaga (Brassica napus L. var. napobrassica) seeds, roots, and sprouts: a novel kind of food with antioxidant properties and proapoptotic potential in Hep G2 hepatoma cell line. 16(8):749-59. Journal of Medicinal Food; 2013.
10. Roger Mongeau, Iqbal R. Siddiqui, John Emery, and Rene Brassard. Effect of dietary fiber concentrated from celery, parsnip, and rutabaga on intestinal function, serum cholesterol, and blood glucose response in rats. 38(1): 195-200. Journal of Agricultural and Food Chemistry; 1990.
11. Anonym. Rutabaga, raw. USDA Nutrient Database; 2018.
12. Bajaj JK, Salwan P, Salwan S. Various Possible Toxicants Involved in Thyroid Dysfunction: A Review. 10(1):FE01-FE03. Journal of Clinical dan Diagnostic Research; 2016.
13. Anonym. Rutabagas. Choose My Plate, U.S Department of Agriculture (USDA); 2020.