Daftar isi
Sindrom Sweet atau Sweet syndrome juga dikenal dengan istilah dermatosis neutrofilik febril akut di mana kondisi ini bersifat rekuren atau dapat kambuh di kemudian hari [1,2,3,4,5].
Jenis penyakit kulit ini tergolong tidak biasa atau langka yang ditandai dengan ruam kulit pada leher, wajah dan lengan [1,2,3,4,5].
Biasanya, ruam ini terasa sakit dan akan disertai dengan demam [1,2,3,4,5].
Tinjauan Sindrom Sweet atau dermatosis neutrofilik akut adalah gangguan kesehatan kulit yang ditandai dengan ruam yang terasa sakit dan dapat disertai demam.
Masih belum diketahui secara jelas faktor penyebab utama sindrom Sweet, namun sejumlah kondisi seberpti kanker usus, kanker payudara dan leukemia dihubungkan dengan sindrom ini.
Ketiga kondisi tersebut disebut menjadi peningkat risiko seseorang mengalami sindrom Sweet.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko sindrom Sweet pada seseorang.
Tinjauan Belum diketahui pasti penyebab sindrom Sweet, namun kanker, kehamilan, jenis kelamin, usia, sensitivitas terhadap obat tertentu serta faktor gangguan kesehatan tertentu dapat menjadi peningkat risiko terjadinya sindrom Sweet.
Sejumlah gejala yang ditimbulkan oleh sindrom Sweet antara lain adalah [1,2,4,5] :
Segera periksakan diri ke dokter apabila ruam tidak gatal dan justru menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan ditambah dengan ukurannya yang bisa semakin besar diameternya.
Tinjauan Ruam atau bintik-bintik yang timbul di area leher, punggung, wajah dan/atau lengan dan terasa sakit biasanya merupakan gejala utama dari Sindrom Sweet. Namun, kondisi ini biasanya juga disertai dengan perubahan warna kulit, demam, hingga nyeri otot sendi serta sakit kepala.
Seperti pada pemeriksaan gejala gangguan kesehatan pada umumnya, keluhan-keluhan yang mengarah pada sindrom Sweet perlu dipastikan dengan beberapa metode diagnosa berikut.
Hal pertama yang dokter akan lakukan adalah memeriksa kondisi fisik pasien dan mengidentifikasi keluhan fisik apa saja yang terjadi [1,2,3,4].
Pasien perlu datang kepada dokter yang tepat, yakni dokter spesialis kulit agar diagnosa dan penanganan yang diberikan tepat.
Dokter juga akan menanyakan kepada pasien tentang riwayat medis pasien serta keluarga pasien agar mampu menegakkan diagnosa, terutama karena sindrom Sweet berhubungan dengan sejumlah penyakit tertentu [1,2,3,4].
Untuk mengetahui dan memastikan penyebab sindrom Sweet, dokter akan menyarankan kepada pasien agar menempuh pemeriksaan darah [1,2,3].
Dokter akan mengambil sampel darah pasien untuk kemudian dianalisa di laboratorium [1,2,3].
Pemeriksaan darah meliputi penghitungan jumlah sel darah putih dan gangguan darah tertentu [1,2,3].
Untuk memastikan apakah ruam yang sakit pada kulit merupakan tanda sindrom Sweet, dokter perlu menerapkan prosedur biopsi kulit [1,2,3,4].
Biopsi kulit dilakukan dengan mengambil sampel jaringan kulit pasien (khususnya pada area tubuh yang terpengaruh) [1,2,3,4].
Sampel ini akan diteliti di laboratorium di bawah mikroskop agar ahli medis dapat menentukan apakah terdapat tanda-tanda kelainan sindrom Sweet [1,2,3,4].
Tinjauan Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, pemeriksaan darah, dan biopsi kulit adalah metode-metode diagnosa yang digunakan untuk memastikan sindrom Sweet pada pasien.
Sindrom Sweet pada dasarnya tidak memerlukan penanganan medis secara khusus dari sejumlah besar kasus yang pernah dijumpai.
Gejala berupa ruam yang terasa sakit dapat hilang dengan sendirinya dan tidak membahayakan tubuh walau bersifat rekuren.
Hanya saja, seringkali penanganan medis tetap diperlukan agar mampu mempercepat kondisi penyembuhan dan pemulihan penderita.
Berikut ini adalah sejumlah perawatan sindrom Sweet yang dapat pasien tempuh atau gunakan :
Prednisone adalah kortikosteroid oral atau obat minum yang dapat memberikan efek positif untuk lesi pada kulit [1,2,3].
Jika lesi atau ruam tak begitu banyak, maka biasanya menggunakan kortikosteroid dapat sangat efektif dalam mengatasinya [6].
Namun pastikan untuk berkonsultasi detail dengan dokter mengenai dosis karena penggunaan jangka panjang akan menyebabkan sejumlah efek samping.
Kelemahan tulang, insomnia atau sulit tidur serta kenaikan berat badan dapat terjadi bila kortikosteroid oral digunakan jangka panjang [7].
Pemberian kortikosteroid injeksi juga dapat dilakukan bagi pasien sindrom Sweet dengan dosis kecil.
Biasanya pemberian suntikan dilakukan langsung pada setiap lesi, namun akan lebih efektif untuk pasien dengan lesi yang lebih sedikit [1,2,3,6].
Selain suntik dan oral, kortikosteroid krim dapat juga diberikan oleh dokter kepada pasien sindrom Sweet [2].
Kortikosteroid diyakini mampu secara efektif mengurangi risiko kerusakan jaringan kulit [4].
Jika penggunaan kortikosteroid memang harus dalam jangka panjang namun tidak terlalu memberikan hasil, konsultasikan dengan dokter untuk obat alternatif.
Sejumlah obat alternatif terbaik yang umumnya dapat menggantikan kortikosteroid adalah colchicine, dapsone, dan potassium iodide [2,6].
Bagaimana prognosis sindrom Sweet?
Prognosis sindrom Sweet sangat bervariasi karena hal ini tergantung dari penyebabnya.
Pada rata-rata kasus sindrom Sweet, kondisi dapat sembuh dan hilang melalui penanganan yang tepat, namun juga ada yang menetap dan sulit ditangani.
Tingkat keparahan kondisi penyakit yang memicu sindrom Sweet dapat memengaruhi kondisi komplikasi apa yang dapat timbul dan seberapa baik prognosis sindrom ini.
Karena sindrom Sweet bersifat rekuren, maka risiko kambuh pada pasien adalah sekitar 50% walau sudah sempat memperoleh penanganan medis.
Biasanya, tingkat risiko kekambuhan semakin tinggi ketika sindrom Sweet ini berkaitan dengan penyakit radang maupun keganasan hematologi.
Tinjauan Penanganan sindrom Sweet umumnya adalah dengan pemberian obat kortikosteroid (baik itu dalam bentuk suntik, oral atau krim) sesuai dengan kondisi pasien dan penyebabnya.
Risiko komplikasi sindrom Sweet yang kemungkinan terjadi tergantung dari penyebab sindrom ini.
Namun pada kasus kondisi sindrom Sweet yang bertahan dan cenderung sulit ditangani, maka biasanya kulit dapat semakin buruk kondisinya disertai dengan rasa sakit kronis.
Tanpa penanganan yang tepat, lesi bisa menjadi lebih serius, namun bila penanganan diberikan secara tepat, lesi dapat teratasi tanpa menimbulkan bekas pada kulit.
Tinjauan Risiko komplikasi seperti perburukan gejala dan rasa sakit yang semakin hebat pada ruam kulit dapat terjadi apabila penanganan tidak segera diberikan ketika gejala tidak kunjung hilang.
Sindrom Sweet tidak diketahui penyebab pastinya, sehingga tidak mudah untuk melakukan upaya pencegahan. Hingga kini, belum terdapat cara pasti dalam mencegah sindrom Sweet [4].
Namun agar risiko komplikasi tidak terjadi atau setidaknya ruam tidak semakin besar dan menyebar, segera periksakan diri ke dokter.
Tidak memungkinkan untuk mencegah, namun penderita gejala sindrom Sweet tetap dapat menangani secara dini agar gejala tidak memburuk dan membahayakan kesehatan kulit.
Tinjauan Belum terdapat cara mencegah sindrom Sweet, namun pemeriksaan dan penanganan dini sangat dianjurkan agar setidaknya mampu meminimalisir risiko gejala yang memburuk di kemudian hari sekalipun pada banyak kasus sindrom Sweet tidak berbahaya.
1. Priyanka Vashisht; Pankaj Bansal; Amandeep Goyal; & Michelene P. Hearth Holmes. Sweet Syndrome. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Philip R Cohen. Sweet's syndrome – a comprehensive review of an acute febrile neutrophilic dermatosis. Orphanet Journal of Rare Diseases; 2007.
3. Arash Mollaeian, MD, Hadi Roudsari, MD, & Ebrahim Talebi, MD. Sweet’s Syndrome: A Classical Presentation of a Rare Disease. Journal of Investigative Medicine High Impact Case Reports; 2019.
4. Cleveland Clinic medical professional. Sweet Syndrome. Cleveland Clinic; 2018.
5. National Organization for Rare Disorders (NORD). Sweet Syndrome. National Organization for Rare Disorders (NORD); 2021.
6. Philip R Cohen & Razelle Kurzrock. Sweet's syndrome: a review of current treatment options. American Journal of Clinical Dermatology; 2002.
7. Yana Puckett; Aishah Gabbar; & Abdullah A. Bokhari. Prednisone. National Center for Biotechnology Information; 2021.