Daftar isi
Typhlitis atau yang juga dikenal dengan istilah neutropenic enterocolitis adalah jenis peradangan yang menyerang sekum atau bagian dari usus besar [1,12].
Pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang melemah, baik karena penyakit maupun karena pengobatan tertentu, risiko menderita typhlitis lebih tinggi [1,12].
Oleh sebab itu, para penderita kanker yang menjalani proses pengobatan seperti kemoterapi intensif lebih rentan terhadap kondisi typhlitis ini [1,12].
Kerusakan pada lapisan atau mukosa usus diduga kuat dan diyakini oleh para peneliti menjadi penyebab utama typhlitis.
Para pasien kanker yang menjalani kemoterapi memiliki risiko lebih tinggi mengalami typhlitis karena efek obat kemoterapi mampu menyebabkan kerusakan tersebut.
Kemoterapi sitotoksik adalah jenis pengobatan kanker yang paling umum menjadi penyebab typhlitis pada orang dewasa.
Ketika usus mengalami kerusakan, hal ini meningkatkan peluang bagi jamur atau bakteri untuk masuk dan menginfeksi, terutama jika sistem daya tahan tubuh dalam kondisi kurang begitu kuat.
Ketika imun tubuh seorang normalnya kuat, maka ketika bakteri, virus atau jamur menyerang dan mencoba menginfeksi, maka antibodi siap melawan dan membasminya.
Namun saat berada dalam kondisi sistem imun lemah, terutama karena menjalani pengobatan, infeksi ringan sekalipun tak dapat dilawan.
Berikut ini merupakan sejumlah kondisi penyakit yang dialami oleh seseorang sehingga memperbesar peluang typhlitis :
HIV atau human immunodeficiency virus merupakan virus yang menginfeksi sel CD4 dan menghancurkannya untuk melemahkan dan merusak sistem imun [2].
Jika sel CD4 semakin banyak yang dihancurkan oleh virus ini, kelemahan imun semakin rendah [2].
Saat imun dalam kondisi lemah, tubuh menjadi lebih rentan terserang penyakit seperti infeksi dan radang [2].
AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome merupakan kondisi serius hasil berkembangnya HIV yang tak segera memperoleh pengobatan [3].
Infeksi HIV yang menjadi AIDS membuat tubuh tak lagi mampu melawan infeksi yang mencoba menginvasi tubuh [2,3,4].
Sindrom mielodisplasia berhubungan dengan typhlitis di mana kondisi ini merupakan sekelompok kondisi penyakit yang terjadi karena sel darah mengalami kerusakan [5,6].
Proses pembentukan sel darah pada sumsum tulang yang tidak terjadi dengan normal mampu berakibat pada sindrom mielodisplasia ini [5].
Dengan kata lain, sel-sel darah yang dihasilkan oleh sumsum tulang bersifat abnormal pada kasus sindrom mioledisplasia sehingga sel darah akan mati [5].
Di awal sindrom ini tampak tanpa gejala apapun, namun seiring penyakit berkembang makin serius, sejumlah keluhan akan dialami [5].
Penderita biasanya akan mengalami infeksi berulang, tubuh lebih cepat lelah, kesulitan bernafas/sesak nafas, mengalami perdarahan, mudah memar, trombosit rendah, dan anemia [5].
Limfoma merupakan istilah medis untuk kanker kelenjar getah bening, yakni jenis kanker yang terjadi saat sel kanker menyerang limfosit (salah satu sel darah putih) [7].
Limfosit sendiri memiliki fungsi utama sebagai pembasmi virus serta bakteri [7].
Limfoma biasanya akan menunjukkan beberapa gejala umum, seperti benjolan yang bisa timbul pada area selangkangan, ketiak atau leher (lokasi kelenjar getah bening) [7].
Pada kondisi ini, keluhan juga akan meliputi sesak nafas, berat badan turun, tubuh cepat lelah, demam, keringat keluar lebih banyak saat malam hari, batuk-batuk hingga gatal-gatal [7].
Leukemia merupakan kanker darah yang diakibatkan kadar sel darah putih terhasilkan lebih banyak dan berlebihan secara abnormal [1,8].
Sumsum tulang adalah tempat produksi sel darah, termasuk sel-sel darah putih [8].
Ketika terjadi kelainan atau gangguan pada produksi sel darah putih pada sumsum tulang, maka fungsi dan peran utamanya ikut terpengaruh juga [8].
Ketika sel darah putih abnormal terhasilkan secara tak terkontrol, penyakit leukemia terjadi dengan dua jenis kondisi, yakni akut dan kronis [8].
Anemia aplastik adalah kelainan sumsum tulang di mana sel darah yang seharusnya dihasilkan oleh sumsum tulang secara normal menjadi tidak maksimal [1,9].
Sel darah yang dimaksud adalah bisa jenis sel darah tertentu atau seluruh sel darah, seperti trombosit, sel darah putih, maupun sel darah merah [9].
Ketika penurunan kadar sel darah tidak ditangani dengan cepat, tubuh akan mengalami gangguan kesehatan fatal [9].
Secara umum, anemia aplastik mampu memicu sejumlah keluhan seperti sesak nafas, tubuh lebih gampang lelah, luka tak kunjung sembuh, mudah memar, dada berdebar, dada terasa nyeri, sakit kepala, kulit pucat, sakit kepala, gampang infeksi, hingga mudah mengalami perdarahan [9].
Multiple myeloma merupakan jenis kanker sel plasma yang terjadi di sumsum tulang sehingga tanda utama dari penyakit ini adalah tulang yang terasa nyeri [10,11].
Sementara itu, sel plasma sendiri merupakan jenis sel darah putih yang berperan dalam pembentukan antibodi di mana antibodi ini adalah pelindung tubuh [11].
Antibodi tak lagi bisa berfungsi sebagaimana mestinya dalam melindungi tubuh ketika sel-sel plasma diserang oleh kanker [11].
Gejala yang ditimbulkan pada typhlitis pada dasarnya menyerupai gejala infeksi pada pencernaan umumnya.
Beberapa keluhan yang dapat mengarah pada kondisi typhlitis dan perlu memperoleh penanganan segera adalah [1,12] :
Neutropenia juga dapat dialami khususnya oleh para pasien kemoterapi sebagai salah satu efek sampingnya [1,12].
Neutropenia sendiri adalah kondisi di mana di dalam tubuh seseorang kadar sel neutrofil mengalami penurunan sehingga tubuh rentan terserang infeksi [1,12].
Kemampuan tubuh dalam melawan bakteri jahat menjadi turun akibat kadar sel neutrofil rendah [1,12].
Neutrofil sendiri adalah salah satu bagian sel darah putih yang dihasilkan di sumsum tulang dan bertugas melawan jamur maupun bakteri yang mencoba menginfeksi tubuh [1,12].
Untuk memastikan bahwa gejala yang dialami penderita bukan kondisi gangguan pencernaan lain dan merupakan tanda typhlitis, berikut ini adalah beberapa pemeriksaan yang bisa ditempuh.
Typhlitis adalah suatu kondisi yang seharusnya segera memperoleh penanganan medis ketika memang gejala pasien telah dipastikan disebabkan typhlitis.
Beberapa metode perawatan yang umumnya memang ditujukan bagi penderita typhlitis adalah [1,12] :
Bagaimana prognosis typhlitis?
Prognosis typhlitis tergolong buruk atau terbilang tidak cukup baik dnegan angka kematian sebesar 50% pada pasien [1].
Ketika pasien terlebih memiliki perforasi usus atau peradangan transmural, maka risiko tak bisa diselamatkannya kondisi typhlitis semakin tinggi [1].
Namun setidaknya, gejala yang terdeteksi secara dini dan kemudian segera memperoleh penanganan yang tepat akan memperbesar peluang prognosis baik [1].
Berikut ini merupakan sejumlah risiko typhlitis yang perlu diwaspadai karena membahayakan kondisi penderita [1,12] :
Selain itu, trombositopenia juga berpotensi terjadi yang kemudian menyebabkan perdarahan serius pada penderita [1].
Masa penyembuhan dan pemulihan yang terlambat juga dapat menjadi risiko komplikasi lain yang perlu diketahui penderita.
Belum diketahui cara pencegahan typhlitis, terutama jika hal ini berhubungan dengan kemoterapi.
Beberapa kondisi peningkat risiko typhlitis pun tak mudah untuk dicegah, hanya saja saat kondisi-kondisi tersebut terjadi, segera periksakan diri dan peroleh penanganan medis.
1. Abdallah Qasim & Joseph Nahas. Neutropenic Enterocolitis (Typhlitis). National Center for Biotechnology Information; 2021.
2. Viviana Simon, David D Ho, & Quarraisha Abdool Karim. HIV/AIDS epidemiology, pathogenesis, prevention, and treatment. HHS Public Access; 2010.
3. James R. Waymack & Vidya Sundareshan. Acquired Immune Deficiency Syndrome. National Center for Biotechnology Information; 2021.
4. M Till 1, N Lee, W D Soper, & R L Murphy. Typhlitis in patients with HIV-1 infection. Annals of Internal Medicine; 1992.
5. Jennifer L. Dotson & Yehuda Lebowicz. Myelodysplastic Syndrome. National Center for Biotechnology Information; 2021.
6. J S Sra & M R Owens. Typhlitis occurring in a myelodysplastic syndrome. New York state journal of medicine; 1989.
7. Ayesha Jamil & Shiva Kumar R. Mukkamalla. Lymphoma. National Center for Biotechnology Information; 2021.
8. Varun Lyengar & Alex Shimanovsky. Leukemia. National Center for Biotechnology Information; 2021.
9. Christine A. Moore & Koyamangalath Krishnan. Aplastic Anemia. National Center for Biotechnology Information; 2021.
10. Fabio G Rodrigues, Giovanna Dasilva, & Steven D Wexner. Neutropenic enterocolitis. World Journal of Gastroenterology; 2017.
11. Sara A. Albagoush & Alexandre M. Azevedo. Multiple Myeloma. National Center for Biotechnology Information; 2021.
12. Judith Marcin, M.D. & Jacquelyn Cafasso. Typhlitis (Neutropenic Enterocolitis). Healthline; 2018.