Daftar isi
Ulkus diabetikum adalah suatu kondisi ketika penderita diabetes mengalami luka terbuka di bagian kaki yang mengeluarkan cairan sekaligus bau tak sedap [1,2,3].
Jadi dengan kata lain, ulkus diabetikum dikenal sebagai kondisi komplikasi pada penyakit diabetes [1,2,3].
Bila tidak mendapat penanganan secepatnya, ulkus diabetikum adalah kondisi yang bisa mengancam jiwa penderitanya [1,2,3].
Peredaran darah di dalam tubuh penderita diabetes dan hipertensi (tekanan darah tinggi) yang tidak lancar menjadi sebab utama ulkus diabetikum [1].
Aliran darah menuju kaki yang tidak lancar ditambah dengan kadar gula darah terlalu tinggi tak terkendali meningkatkan risiko kerusakan saraf kaki [1,2,3].
Hal ini diawali dengan kaki yang mati rasa dan luka yang tak kunjung sembuh [1,2,3].
Ketidaklancaran peredaran darah juga dikenal dengan istilah aterosklerosis, yakni kondisi pembuluh darah arteri yang mengeras atau menyempit karena plak-plak yang menumpuk di dinding pembuluh darah [4].
Seringkali aterosklerosis menjadi sebab penyakit jantung koroner, namun aterosklerosis sendiri berkaitan dengan diabetes, kolesterol tinggi, hipertensi, hingga penyakit Lupus [5].
Selain itu, beberapa faktor lain seperti berikut turut mendasari timbulnya ulkus diabetikum [1,2,3].
Hanya saja apapun kondisinya, diabetes tetap menjadi faktor risiko paling umum dari timbulnya ulkus diabetikum [1,2,3].
Hal ini akan jauh lebih berbahaya ketika pria usia lanjut mengalami ulkus diabetikum [1].
Selain aterosklerosis, ulkus diabetikum juga dapat disebabkan oleh neuropati diabetik atau gangguan saraf yang juga terjadi karena penyakit diabetes [1,2,3,6].
Beberapa gejala neuropati diabetik meliputi rasa nyeri, kesemutan hingga kebas atau mati rasa di bagian tubuh mana saja, terutama saraf kaki [6].
Neuropati diabetik umumnya terjadi pula karena pola hidup tak sehat atau karena penderita memiliki penyakit autoimun [6].
Ulkus diabetikum terutama pada penderita diabetes akan menimbulkan sejumlah gejala seperti berikut [1,2,3] :
Untuk memastikan bahwa kondisi yang dialami oleh penderita merupakan ulkus diabetikum, kondisi gejala perlu diperiksakan ke dokter.
Dokter tentunya perlu memeriksa fisik pasien, terutama luka pada kaki (penampakan dan lokasi luka) [1,3[.
Dokter juga perlu tahu riwayat medis apa saja yang pasien miliki, berikut riwayat medis keluarga pasien sebagai informasi tambahan.
Pemeriksaan menurut klasifikasi Wagner terdiri dari 6 tahap untuk menunjukkan tingkat keparahan ulkus diabetikum pasien [1].
Tahap 0 adalah ketika kaki hanya terasa nyeri [1].
Tahap 1 adalah ketika ulkus atau luka muncul pada kulit dan jaringan bawah kulit [1].
Tahap 2 adalah ketika luka terdeteksi lebih dalam, yakni mencapai ligamen, tendon dan otot. Tahap 3 adalah ketika luka sudah melibatkan tulang pasien [1].
Tahap 4 adalah ketika kaki depan mengalami gangren, sementara tahap 5 adalah ketika gangren sudah menyerang seluruh bagian kaki pasien [1].
Untuk mengetahui kondisi kadar gula darah pasien, dibutuhkan pengecekan darah [1,2].
Oleh sebab itu, tes laboratorium seperti tes darah lengkap sangat membantu dalam menegakkan diagnosa.
Rontgen atau sinar-X, pemeriksaan MRI, dan pemindaian tulang juga merupakan rangkaian tes penunjang yang pasien perlu tempuh [1,2,3].
Tes pemindaian bertujuan untuk mengetahui penyebaran luka atau lesi dan apakah jaringan lunak tubuh pasien sudah terkena [1,2,3[.
MRI scan perlu dokter lakukan untuk mengetahui apakah terjadi peradangan sendi dan osteomyelitis [1].
Pengambilan sampel jaringan dari kulit hingga tulang diperlukan untuk pemeriksaan mendalam [1].
Dokter perlu mengetahui detail seberapa parah luka pasien dan apakah telah terjadi infeksi [1].
Bila infeksi bakteri terjadi, maka dokter segera meresepkan obat antibiotik untuk mengatasinya [1].
Penanganan yang diberikan kepada pasien ulkus diabetikum akan disesuaikan dengan kondisi menyeluruh pasien.
Namun umumnya, berikut ini adalah bentuk pengobatan yang dokter akan berikan.
Dokter biasanya memberi tahu pasien apa saja yang perlu diperhatikan dalam merawat luka pada ulkus diabetikum [1].
Agar meminimalisir risiko infeksi, pasien perlu menjaga agar luka diabetes tidak lembap dan kotor [1,3].
Oleh karena itu, penting untuk menutup luka menggunakan perban secara rapat dan jaga agar tetap bersih maupun kering [1].
Perban juga harus diganti secara berkala dan rutin supaya terhindar dari kotoran yang bisa menjadi jalan masuk bakteri ke dalam luka [1].
Tidak hanya itu, pemantauan kadar gula darah juga perlu dokter lakukan dan hal ini memerlukan peran pasien untuk aktif memeriksakan diri secara rutin [1,2,3].
Agar lebih terkontrol, kadar gula darah harus tetap di bawah pemantauan dan penanganan dokter [1,2,3].
Semakin terkontrol kadar gula darah pasien, prognosis untuk ulkus diabetikum juga semakin baik [1,2,3].
Jika terdeteksi adanya infeksi, dokter akan memberi obat antibiotik kepada pasien. [1]
Sebagai pelancar peredaran darah, dokter juga biasanya meresepkan antiplatelet [1].
Sementara insulin atau obat antidiabetes dokter berikan sebagai pengendali kadar gula darah [1].
Debridement atau prosedur bedah untuk menghilangkan kulit dan jaringan mati adalah salah satu bentuk perawatan medis bagi luka diabetes pasien [1,2,3,7].
Terapi oksigen hiperbarik juga kemungkinan besar dokter rekomendasikan kepada pasien supaya peredaran darah kaki pasien kembali baik [1,2].
Untuk memudahkan pasien untuk beraktivitas, bantuan berupa tongkat atau kursi roda akan dokter berikan sementara waktu setelah menjalani debridement [1].
Bagaimana prognosis ulkus diabetikum?
Seberapa baik prognosis ulkus diabetikum tergantung dari pengetahuan pasien mengenai cara penanganannya, pengendalian kadar gula darah, pola hidup, dan perawatan luka [1].
Bila kadar gula darah tinggi tak lagi bisa terkontrol dengan baik ditambah luka tidak dirawat secara benar dan pola hidup tetap kurang sehat, risiko prognosis buruk sangat tinggi [1].
Ketika luka tidak kunjung sembuh dan tak mendapat perawatan yang benar, risiko infeksi, kambuhnya luka, luka tak kunjung sembuh dan suplai darah yang buruk akan memperparah kondisi ulkus diabetikum pasien [1].
Jika luka pada kaki sudah cukup serius namun tak ada penanganan serius, luka akan bertambah parah dan bisa berujung pada osteomyelitis hingga amputasi [1].
Ulkus diabetikum adalah kondisi yang dapat mengakibatkan berbagai risiko komplikasi seperti berikut apabila tidak memperoleh perawatan yang tepat [1].
Ulkus diabetikum dapat dicegah dan berikut ini adalah beberapa upaya yang bisa dilakukan [3] :
Ketika mulai timbul luka, ada baiknya segera ke dokter dan berkonsultasi mengenai penanganan paling tepat supaya tidak semakin serius.
1. Corrine F. Packer; Syed A. Ali; & Biagio Manna. Diabetic Ulcer. National Center for Biotechnology Information; 2022.
2. Tony I. Oliver & Mesut Mutluoglu. Diabetic Foot Ulcer. National Center for Biotechnology Information; 2021.
3. Cleveland Clinic medical professional. Foot and Toe Ulcers. Cleveland Clinic; 2021.
4. Roma Pahwa & Ishwarlal Jialal. Atherosclerosis. National Center for Biotechnology Information; 2021.
5. George Stojan, MD & Michelle Petri, MD, MPH. Atherosclerosis in Systemic Lupus Erythematosus. Journal of Cardiovascular Pharmacology; 2015.
6. Myron A. Bodman & Matthew Varacallo. Peripheral Diabetic Neuropathy. National Center for Biotechnology Information; 2021.
7. David L Steed. Debridement. The American Journal of Surgery; 2004.