Penyakit & Kelainan

Akathisia : Penyebab – Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Akathisia merupakan suatu gangguan pergerakan yang membuat seseorang sulit untuk berdiam. Kondisi ini membuat adanya dorongan untuk bergerak tanpa dapat dikontrol, seperti gelisah sepanjang waktu, berjalan

Apa Itu Akathisia?

Akathisia adalah sebuah kondisi gangguan gerakan tubuh yang cenderung terus-menerus dilakukan tanpa bisa diam dan hal ini mengarah pula pada rasa gelisah [1,2,3,4,6].

Penderita akathisia akan mengalami kegelisahan yang seperti tidak ada hentinya dan tidak tertahankan sehingga gerakan tubuh terjadi secara berulang dan konstan.

Contoh gerakan berulang yang bisa terjadi tanpa henti pada kondisi akathisia ini adalah seperti menggoyang-goyangkan tubuh atau berjalan mondar-mandir.

Umumnya, kondisi ini dapat terjadi sebagai efek dari penggunaan obat antiemetik dan antipsikotik, namun terkadang obat resep antidepresan pun mampu menjadi alasan mengapa akathisia bisa terjadi.

Tinjauan
Akathisia merupakan suatu kondisi pergerakan tubuh yang terganggu sehingga terjadi terus-menerus tanpa dapat dikendalikan. Penderita akathisia akan merasa kegelisahan berlebih saat tubuhnya dalam keadaan diam.

Perbedaan Akathisia dengan Kondisi Medis Lain yang Serupa

Terdapat sejumlah kondisi yang dianggap memiliki kesamaan dengan akathisia, seperti sindrom kaki gelisah, dystonia, hingga dyskinesia, lalu apa perbedaannya?

Akathisia Vs. Sindrom Kaki Gelisah (Restless Leg Syndrome)

Saat mengetahui sepintas mengenai apa itu akathisia, tentunya hal ini mengingatkan kepada suatu kondisi lain yang serupa, yaitu restless leg syndrome atau sindrom kaki gelisah [3].

Namun sebenarnya, kedua kondisi yang nampak sama ini adalah dua kondisi yang berbeda.

Sensasi rasa ingin bergerak terus-menerus memang terjadi pada kedua kondisi di mana penderitanya seakan tak mampu mengendalikan gerakan tubuh dan memiliki kecenderungan untuk terus bergerak tanpa henti.

Namun bedanya, sindrom kaki gelisah hanya terjadi pada area kaki, sedangkan akathisia memengaruhi seluruh tubuh penderitanya.

Pada kondisi akathisia, sindrom kaki gelisah menjadi salah satu hal yang dirasakan karena kaki serasa ingin terus bergerak.

Hanya saja, akathisia ditandai pula dengan anggota tubuh lain selain kaki yang juga dapat bergerak tanpa henti.

Kondisi akathisia umumnya dapat memburuk saat malam tiba.

Akathisia Vs. Dystonia

Selain sindrom kaki gelisah, kondisi lain yang juga memiliki kemiripan gejala dengan akathisia adalah distonia [4].

Namun, lagi-lagi kedua kondisi ini berbeda walaupun tampak serupa sebab distonia adalah suatu gangguan otot yang menyebabkan otot bergerak sendiri seringkali tanpa disadari oleh penderitanya.

Gerakan tanpa sadar tersebut umumnya mulai terjadi pada area leher dan wajah penderita, namun berisiko menjalar hingga bagian tubuh lainnya.

Sementara itu, akathisia adalah sensasi gerakan tubuh yang tidak dapat berhenti yang terjadi pada seluruh bagian tubuh penderita

Seperti telah disebutkan sebelumnya, akathisia dapat terjadi karena efek dari penggunaan obat antipsikotik.

Menderita akathisia dapat membuat penderitanya sangat tidak nyaman dan demi menghilangkan rasa tidak nyaman tersebut maka mereka biasanya akan berjalan cepat ke sana kemari.

Akathisia vs. Dyskinesia

Akathisia pun kerap disamakan dengan dyskinesia karena gejala yang memiliki kemiripan, namun sebenarnya kedua kondisi ini pun berbeda.

Meski sama-sama merupakan efek samping dari penggunaan obat neuroleptik atau antipsikotik, dyskinesia adalah gerakan tubuh tak terkendali yang terjadi terus-menerus yang terjadi di area wajah khususnya lidah dan bibir [6].

Walau umumnya tardive dyskinesia terjadi pada area wajah, yakni bibir dan lidah, bagian tubuh lain dapat pula mengalaminya.

Namun, itulah yang membedakan tardive dyskinesia dari akathisia yang terjadi pada seluruh bagian tubuh.

Fakta Tentang Akathisia

  1. Gejala akathisia umumnya terjadi pada 50-80% pasien yang menggunakan obat antipsikotik, 30-40% pasien yang menggunakan neuroleptik (jenis antipsikotik baru), dan 20% pasien yang menggunakan antidepresan [2].
  2. Pada tahun 2010, seorang pasien berusia 52 tahun yang menggunakan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) mengalami gejala akathisa selang 2 hari dari sejak pertama kali ia menggunakan SSRI. Namun saat dirinya menempuh pengobatan diazepam, gejala mulai reda dan hilang tanpa kembali lagi [7].
  3. Pada tahun 2014, seorang pasien berusia 81 tahun yang menggunakan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) mengalami akathisia yang sangat serius, namun gejala mereda setelah 6 hari ia menghentikan penggunaan SSRI [8].
  4. Walau akathisia menjadi kondisi yang cukup umum, data prevalensi akathisa di Indonesia belum diketahui.

Jenis-jenis Akathisia

Akathisia terklasifikasi menjadi empat jenis kondisi yang perlu dikenali sekaligus diwaspadai [5].

Akathisia Akut

Akathisia jenis akut umumnya terjadi selang beberapa hari (tidak lama) setelah pemakaian obat antipsikotik pertama kali.

Pada beberapa kasus lain, akathisia akut bahkan bisa terjadi beberapa jam setelah penggunaan obat tersebut.

Walau gejala akathisia akut terjadi begitu cepat, penderita dapat mengalami gejala bahkan selama berbulan-bulan (kurang lebih sampai 6 bulan lamanya).

Akathisia Kronis

Jenis akathisia kronis adalah kondisi gerakan tubuh berulang yang juga diakibatkan oleh penggunaan obat antipsikotik.

Namun efeknya tersebut bisa terjadi pada penderita selama lebih dari 6 bulan.

Akathisia Tardive

Jika akathisia akut adalah kondisi yang terjadi tepat setelah mengonsumsi obat antipsikotik, maka akathisia tardive adalah efek dari obat antipsikotik yang gejalanya dapat timbul beberapa bulan atau beberapa tahun setelah penggunaan obat.

Withdrawal Akathisia

Jenis akathisia ini adalah kondisi yang timbul sebagai efek dari menghentikan penggunaan obat-obatan terlarang seperti opiat dan kokain.

Namun, akathisia jenis ini juga kerap muncul pada orang-orang yang berhenti dari penggunaan obat antidepresan atau antipsikotik resep sebagai efek sampingnya.

Tinjauan
Akathisia terdiri dari 4 jenis kondisi, yaitu akathisia akut (gejala berlangsung selama 6 bulan), akathisia kronis (gejala berlangsung 6 bulan lebih), akathisia tardive (gejala timbul berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah penggunaan obat), dan withdrawal akathisia (gejala timbul justru setelah berhenti menggunakan obat).

Penyebab Akathisia

Belum diketahui secara pasti apa faktor yang menyebabkan akathisia, bahkan dokter pun belum yakin.

Namun seperti diketahui, beberapa obat jenis antipsikotik mampu menimbulkan efek samping berupa akathisia.

Obat-obatan yang biasanya digunakan sebagai bentuk pengobatan depresi berat, bipolar, dan skizofrenia berikut ini dapat menjadi alasan mengapa akathisia terjadi [2] :

Beberapa jenis obat antipsikotik baru di bawah ini pun diketahui mampu meningkatkan risiko seseorang yang menggunakannya mengalami pula gejala-gejala akathisia.

Beberapa jenis obat lainnya yang mampu menimbulkan efek gangguan gerakan tubuh antara lain adalah :

  • Obat vertigo atau obat pusing
  • Obat antimual
  • Calcium channel blockers
  • SSRI (selective serotonin reuptake inhibitors
  • Sedatif

Pengguna obat-obatan yang telah disebutkan tidak semuanya kemudian akan mengalami efek samping berupa akathisia.

Hanya saja, beberapa kelompok di bawah inilah yang dapat memiliki risiko lebih tinggi mengalami akathisia [5] :

  • Penderita ensefalitis
  • Penderita cedera otak
  • Penderita penyakit Parkinson
  • Pengguna antipsikotik jangka panjang dengan dosis yang tinggi
  • Pengguna antipsikotik dengan peningkatan dosis yang terlalu cepat
  • Orang dewasa setengah baya dan yang lebih tua (usia sekitar 50 tahun ke atas)
  • Wanita lebih berisiko mengalami akathisia tardive dan kronis daripada pria
  • Penderita kekurangan mineral zat besi
  • Penderita disfungsi kogniitif
Tinjauan
Obat antidepresan atau antipsikotik diketahui sebagai penyebab umum akathisia dapat terjadi. Namun, jenis obat lain serta beberapa faktor risiko (usia, kondisi medis tertentu, dan jenis kelamin) dapat meningkatkan potensi seseorang menderita akathisia.

Gejala Akathisia

Gejala utama dari akathisia adalah gerakan berulang anggota tubuh yang tidak terkendali namun penderitanya sendiri mengalami keinginan untuk terus bergerak.

Selain itu, masih ada beberapa jenis kondisi gejala yang timbul menyertai, yaitu [1,5] :

Tinjauan
Gejala paling nampak dari penderita akathisia adalah tidak terkontrolnya gerakan tubuh yang terus-menerus serta timbul hasrat untuk menggerakkan tubuh tanpa henti. Hal ini akan turut disertai keluhan lainnya, mulai dari gangguan tidur, rasa gelisah, kecemasan, dan mudah marah.

Pemeriksaan Akathisia

Dokter pada umumnya akan memeriksa fisik pasien lebih dulu dengan mengamati gejala yang nampak.

Akathisia seringkali tak terdiagnosa karena gejalanya yang mirip dengan kondisi medis lain.

Tak hanya mirip dengan gejala dyskinesia, dystonia maupun sindrom kaki gelisah, bahkan akathisia dapat dikaitkan dengan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), mania dan psikosis.

Selain pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa secara detil mengenai riwayat medis pasien untuk mengeliminasi berbagai kemungkinan kondisi medis lain [1,2].

Bila seorang pasien positif terdiagnosa akathisia, maka dokter biasanya akan merujukkan ke psikiater atau ahli saraf.

Keputusan tersebut diperlukan karena penderita akathisia adalah pengguna antipsikotik di mana itu artinya pasien memiliki gangguan kesehatan mental.

Dokter juga perlu mengetahui obat jenis apa saja yang dikonsumsi selama ini oleh pasien, serta obat jenis apa yang baru saja dihentikan penggunaannya untuk mengonfirmasi kondisi akathisia.

Tinjauan
Pemeriksaan fisik dan riwayat medis serta pengobatan pasien adalah yang utama dalam mengonfirmasi akathisia.

Penanganan Akathisia

Akathisia dapat ditangani segera melalui penghentian penggunaan obat yang menyebabkannya.

Ketika pasien telah menghentikan penggunaan obat penyebab gejala akathisia terjadi, biasanya gejala akan mereda dan hilang kurang lebih dalam seminggu.

Dokter umumnya pun akan memberikan obat-obatan pengganti obat sebelumnya sehingga lebih aman dan tidak memperburuk gejala akathisia.

Jika tidak terdapat obat lain yang bisa menggantikan obat sebelumnya, maka dokter umumnya akan meminta pasien menghentikan penggunaan obat lama sementara waktu.

Bila gejala sudah mulai mereda, maka dokter akan meminta pasien melanjutkan penggunaan obat lama dengan dosis yang sangat dikurangi.

Selain itu, jenis obat lainnya yang diresepkan oleh dokter untuk pasien akathisia antara lain adalah [1,2] :

  • Anticholinergic (benztropine)
  • Beta-blockers (benzodiazepine dan propranolol), namun dengan efek samping berupa hipotensi hingga bradikardia.
  • Mirtazapine, pemberian dosis kecil pun memberikan efektivitas penanganan gejala akathisia yang sama baiknya dengan beta-blockers.
  • Vitamin B6
Tinjauan
Penanganan akathisia dapat dilakukan dengan menghentikan penggunaan obat yang membuat gejala akathisia timbul. Dokter kemungkinan akan mengganti obat tersebut atau memberikan obat lainnya untuk meredakan gejala (seperti vitamin B6, mirtazapine, beta-blockers, atau anticholinergic).

Komplikasi Akathisia

Penanganan utama bagi penderita akathisia adalah sesegera mungkin menghentikan penggunaan obat yang diduga erat menjadi penyebab akathisia.

Namun bila kondisi gejala akathisia dibiarkan tanpa penanganan apapun, maka risiko komplikasi pun sangat besar.

Risiko komplikasi seperti kelumpuhan atau kecacatan pada tubuh pasien adalah yang paling perlu diwaspadai [1].

Tak hanya komplikasi fisik, penderita akathisia pun dapat pula mengalami kecemasan yang semakin buruk ditambah dengan disforia (kondisi tidak tenang atau kegelisahan yang berlebihan).

Komplikasi yang jauh lebih buruk dapat berupa keinginan atau keputusan untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

Tinjauan
Komplikasi akathisia dapat berupa kelumpuhan tubuh, kecemasan atau depresi, disforia, hingga keinginan maupun keputusan mengakhiri hidup.

Pencegahan Akathisia

Karena akathisia merupakan bentuk efek samping dari sejumlah obat antipsikotik, alangkah baiknya untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai kemungkinan efek samping dari obat tertentu.

Jika perlu, tanyakan kepada dokter apakah akathisia menjadi salah satu efek dari penggunaan obat yang akan diresepkan.

Bila pun sudah telanjur menggunakan obat penyebab akathisia dan gejala akathisia mulai dirasakan, segera hentikan penggunaan obat untuk mencegah gejala lebih lanjut yang lebih buruk.

Konsultasikan dengan dokter mengenai kemungkinan mengganti obat atau setidaknya pengurangan dosis agar gejala tidak lebih parah.

1) Jason Patel, Filomena J. Galdikas & Raman Marwaha. 2019. National Center for Biotechnology Information. Akathisia.
2) Hiroko Akagi & T Manoj Kumar. 2002. PubMed Central - US National Library of Medicine National Institutes of Health. Akathisia: overlooked at a cost.
3) William G. Ondo, MD. NeurologiKnowledge.com. Common Comorbidities and Differential Diagnosis of Restless Legs Syndrome.
4) Aniyizhai Annamalai. 2017. Springer Link. Extrapyramidal Symptoms II (Dystonia, Akathisia, Tardive Dyskinesia).
5) Neuropsychiatric Institute, Prince Henry Hospital, Matraville, NSW, Australia. PubMed gov - US National Library of Medicine National Institutes of Health. The epidemiology of drug-induced akathisia: Part II. Chronic, tardive, and withdrawal akathisias.
6) Munetz MR & Cornes CL. 1983. PubMed gov. Distinguishing akathisia and tardive dyskinesia: a review of the literature.
7) Yakup Albayrak, MD, Görkem Karakaş Uğurlu, MD, Okan Ekinci, MD & Prof Dr Ali Çayköylü. 2010. PubMed Central - US National Library of Medicine National Institutes of Health. Escitalopram-Induced Severe Akathisia: A Case Report.
8) F Bonnet-Brilhault, F Thibaut, A Leprieur, M Petit. 1998. Science Direct. A case of paroxetine-induced akathisia and a review of SSRI-induced akathisia (European Psychiatry Volume 13, Issue 2, 1998, Pages 109-111).

Share