Obat

Alendronic Acid: Manfaat, Dosis dan Efek Samping

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Alendronic acid adalah obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah osteoporosis. [1, 2, 3, 4, 5]

Apa itu Alendronic Acid?

Alendronic acid adalah bifosfonat generasi kedua yang berfungsi mencegah resorpsi tulang. [2]

Berikut informasi mengenai alendronic acid [1]:

Indikasi Perawatan dan pencegahan osteoporosis pada wanita pasca menopause. Perawatan untuk meningkatkan massa tulang pada pria dengan osteoporosis.
Kategori Obat Keras (K)
Konsumsi Dewasa
Kelas Agen yang mempengaruhi metabolisme tulang
Bentuk Tablet
Kontraindikasi Hipersensitif. Abnormalitas pada esophagus yang memperlama pengosongan saluran esophagus seperti stricture atau achalasia. Ketidakmampuan untuk berdiri atau duduk tegak selama 30 menit. Hipokalemia
PeringatanPasien dengan kondisi kesehatan berikut wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum menerima pengobatan alendronic acid:
→ Penghentian penggunaan disfagia, odynophagia
→ Pasien dengan sakit pada retrosternal
→ Pasien yang memiliki keluhan heartburn baru atau bertambah buruk
→ Pasien dengan masalah aktif pada gastrointestinal bagian atas, seperti disfagia, penyakit esophageal, gastritis, duodenitis atau ulserasi
→ Pasien dengan gangguan fungsi ginjal (CrCl <35 ml/menit)
→ Pasien yang sedang hamil dan menyusui
→ Pasien anak-anak
Peringatan untuk tenaga medis:
→ Sebelum memulai terapi, dianjurkan untuk mengkoreksi hipokalsemia dan menangani gangguan lain dari metabolisme mineral (seperti defisiensi vitamin D)
Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui Kategori C: Studi pada reproduksi hewan menunjukkan efek buruk pada janin. Tidak ada studi memadai dan terkendali pada manusia. Obat boleh digunakan jika nilai manfaatnya lebih besar dari risiko terhadap janin.

Manfaat Alendronic Acid

Obat alendroic acid digunakan untuk mengatasi beberapa kondisi medis berikut [1, 2]:

  • Osteoporosis pada Wanita Pasca Menopause

Osteoporosis ialah suatu penyakit skeletal sistemik multifaktor yang dicirikan dengan densitas mineral tulang rendah dan kemunduran jaringan tulang yang menyebabkan kerapuhan tulang[6].

Menopause merupakan fenomena fisiologis alami yang disebabkan terutama oleh kegagalan ovarium akibat apoptosis atau kematian sel terprogram. Penyebab kegagalan fungsi ovarium ialah usia lanjut[6].

Pada wanita menopause siklus normal tulang menjadi tidak seimbang karena kekurangan estrogen. Diduga disebabkan terdapatnya reseptor estrogen pada sel-sel progenitor osteoklas dan osteoklas multi nukleus. Aktivitas resorpsi osteoklas meningkat sementara aktivitas osteoblastik menurun, mengakibatkan jumlah tulang terserap melebihi jumlah yang terdeposit. Kondisi ini menyebabkan jaringan tulang menjadi rusak/rapuh [6].

  • Osteoporosis Terinduksi Glukokortikoid

Glukokortikoid digunakan untuk menangani berbagai kondisi penyakit. Obat dengan kandungan glukokortikoid memiliki efek samping yang berhubungan dengan penurunan jaringan tulang. Glukokortikoid saat ini merupakan penyebab osteoporosis paling umum kedua[7].

Penyakit paget mempengaruhi proses daur ulang norma tubuh, di mana jaringan tulang secara bertahap menggantikan jaringan tulang lama. Penyakit ini dapat menyebabkan tulang yang terdampak menjadi rapuh dan mengalami kelainan bentuk. Umumnya terjadi pada tulang pelvis, tengkorak, tulang belakang, dan kaki [8].

Dosis Alendronic Acid

Obat alendronic acid digunakan untuk pasien dewasa dengan dosis sebagai berikut [1]:

Oral (Diminum)
⇔ Meningkatkan massa tulang pada pria yang menderita osteoporosis, osteoporosis pasca menopause
→ 10 mg diminum satu kali sehari atau 70 mg satu kali seminggu

Penyakit tulang paget
→ 40 mg diminum sekali sehari selama 6 bulan; dapat diulang jika perlu setelah 6 bulan periode evaluasi pasca perawatan.

⇔ Profilaksis osteoporosis pasca menopause
→ 5 mg diminum satu kali sehari atau 35 mg satu kali minggu.

⇔ Osteoporosis yang diinduksi kortikosteroid
→ 5 mg diminum sekali sehari, atau 10 mg sekali sehari pada wanita pasca menopause yang tidak menerima estrogen.

⇔ Cara Penggunaan
→ Sebaiknya diminum dalam perut kosong, setidaknya 30 menit sebelum makan/minum/pengobatan. Dianjurkan diminum dengan segelas air putih dan pasien tetap dalam posisi duduk/tegak selama setidaknya 30 menit. Tablet ditelan secara utuh, jangan dikunyah atau dihancurkan.

Efek Samping Alendronic Acid

Berikut beberapa efek samping alendronic acid yang dilaporkan[1]:

  • Sakit perut
  • Mual
  • Dispepsia
  • Konstipasi
  • Diare
  • Perut kembungg
  • Regurgitasi asam
  • Ulserasi esophagus
  • Muntah
  • Disfagia
  • Abdominal distension
  • Gastritis
  • Ulserasi lambung
  • Melena
  • Sakit pada musculoskeletal (tulang, otot atau sendi)
  • Kram otot
  • Sakit kepala
  • Pusing
  • Rasa tidak wajar di lidah

Info Efek Samping Alendronic Acid untuk Tenaga Medis[3]

  • Sistem Imun
    • Jarang (≥ 0,01% hingga < 0,1%): reaksi hipersensitif meliputi urtikaria dan angioedema
  • Metabolik
    • Jarang (≥ 0,01% hingga < 0,1%): hipokalsemia simptomatik, seringkali berkaitan dengan kondisi predisposisi
  • Sistem Saraf:
    • Umum (≥ 1% hingga <10%): sakit kepala, pusing
    • Tidak umum (≥0,1% hingga <1%): disgeusia
  • Okuler
    • Tidak umum (≥0,1% hingga <1%): inflamasi mata (uvelitis, scleritis, episcleritis)
  • Telinga Hidung Tenggorokan
    • Sangat jarang (<0,01%): osteonekrosis dari saluran pendengaran eksternal (efek samping kelas bifosfonat)
  • Gastrointestinal
    • Umum (≥ 1% hingga <10%):sakit perut, dyspepsia, konstipasi, diare, perut kembung, ulserasi esofaring, disfagia, distensi perut, regurgitasi asam
    • Tidak umum (≥0,1% hingga <1%): mual, muntah, gastritis, esophagitis, erosi esophageal, melena
    • Jarang (≥ 0,01% hingga < 0,1%): striktur esofagus, ulserasi orofaring, gangguan saluran gastrointestinal bagian atas (perforasi, ulserasi, pendarahan)
  • Dermatologis
    • Umum (≥ 1% hingga <10%): alopesia, pruritus
    • Tidak umum (≥0,1% hingga <1%): ruam, eritema
    • Jarang (≥ 0,01% hingga < 0,1%): ruam dengan fotosensitivitas, reaksi kulit berat termasuk sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik
  • Otot dan Tulang
    • Sangat umum(≥ 10%): sakit pada musculoskeletal (tulang, otot, sendi) yang kadang berat
    • Umum (≥ 1% hingga <10%): pembengkakan sendi
    • Jarang (≥ 0,01% hingga < 0,1%): osteonekrosis rahang, fraktura atypical subtrochanteric and diaphyseal femoral
  • Lokal
    • Umum (≥ 1% hingga <10%): asthenia, edema perifer
    • Tidak umum (≥0,1% hingga <1%):gejala sementara sebagai respon fase akut (malgia, malaise, dan pada kasus tertentu demam), biasanya berhubungan dengan permulaan pengobatan

Detail Alendronic Acid

Untuk mengetahui mengenai penyimpanan, cara kerja, interaksi dengan obat lain, interaksi dengan makanan dan overdosis alendronic acid berikut informasinya [1, 2, 3]:

Penyimpanan → Simpan pada suhu ruang
Cara Kerja Deskripsi: Alendronic acid berikatan dengan hydroxyapatite tulang. Resorption tulang menyebabkan asidifikasi lokal, melepaskan alendronic acid yang kemudian dimasukkan ke dalam osteoklas oleh edositosis fase cairan. Vesikel endositosis acidified, melepas alendronic acid ke sitosol osteoklas sehingga menginduksi apototsis. Penghambatan osteoklas mengakibatakn penurunan resorpsi tulang yang ditunjukkan dengan penurunan kalsium uriner deoxypyridinole dan kolagen tipe I N-telopeptidase cross-linked.
Farmakokinetik:
→ Bioavaibilitas: Bioavaibilitas oral pada wanita 0,4% dan pada pria 0,59%. Bioavaibilitas menurun hingga 40% jika diminum selama 1 jam setelah makan
→ Volume distribusi: 28 liter
→ Pengikatan protein: 78%
→ Eliminasi: melalui urin
→ Paruh waktu: >10 tahun
Interaksi dengan obat lain → Penggunaan bersamaan suplemen Ca, antasid, dan produk obat-obatan lain (seperti obat dengan kandungan aspirin) mempengaruhi absorpsi alendronic acid
→ Waspadai penggunaan bersamaan dengan obat NSAID (non-steroid anti-inflammatory drug) karena meningkatkan risiko iritasi gastrointestinal
→ IV ranitidine
Interaksi dengan makanan → Konsumsi bersamaan dengan makanan dan minuman mempengaruhi absorpsi
Overdosis ⇔ Gejala: hipokalsemia, hipofosfatemia dan gangguan pada saluran gastrointestinal bagian atas seperti sakit perut, perut terasa panas terbakar, esophagitis, gastritis, atau ulserasi
⇔ Cara Mengatasi: Susu atau antasid dapat diberikan untuk mengikat tablet alendroic acid. Karena terdapat risiko iritasi esophagus, dianjurkan untuk mengiduksi muntah dan pasien sebaiknya tetap dalam posisi tubuh tegak

Pertanyaan Seputar Alendronic Acid

Bagaimana jika terlupa satu dosis?

Segera minum obat di pagi hari saat ingat. Hindari mengkonsumsi dua tablet pada hari yang sama dan kembali pada satu tablet seminggu, pada hari yang dijadwalkan oleh dokter [4].

Apakah alendronic acid aman untuk ibu hamil?

Belum terdapat data yang memadai mengenai penggunaan pada ibu hamil. Obat ini digunakan pada pasien dengan osteoporosis yang biasanya berusia lanjut dan tidak produktif. Studi pada binatang menunjukkan toksisitas reproduktif.  Penggunaan pada ibu hamil tidak dianjurkan [3].

Apakah aman untuk mengemudikan kendaraan saat mengkonsumsi alendronic acid?

Tidak. Aktivitas mengemudikan kendaraan dan mengoperasikan mesin sebaiknya dihindari karena obat berisiko menimbulkan efek samping berupa pusing, penglihatan kabur, dan sakit pada tulang, otot, dan sendi [4].

Apakah ada makanan yang harus dihindari saat pengobatan alendronic acid?

Hindari kopi dan jus jeruk karena dapat menurunkan bioavailabilitas obat hingga sekitar 60% [3].

Contoh Obat (Merek Dagang) Alendronic Acid

Berikut beberapa obat dengan kandungan alendronic acid [1, 2, 3, 5]:

Brand Merek Dagang
Aldren
Alendros
Alovell
Denfos
Fosamax
Nichospor
Osteofar
Voroste

1. Anonim. Alendronic acid. MIMS; 2020.
2. Anonim. Alendronic Acid. Drugbank; 2020.
3. Anonim. Alendronic Acid Once Weekly 70 mg Tablets. Electronic Medicines Compendium; 2020.
4. Anonim. Alendronic Acid 70 mg Tablets. Drugs; 2020.
5. Anonim. Natrium Alendronat. Pusat Informasi Obat Nasional, Badan Pengawas Obat dan Makanan; 2020.
6. Meng-Xia Ji dan Qi Yu. Primary Osteoporosis in Postmenopausal Women. 2015 Mar; 1(1): 9–13. Chronic Diseases and Translational Medicine; 2015.
7. Juliet Compston. Glucocorticoid-Induced Osteoporosis: An Update. 2018 Jul;61(1):7-16. Endocrine; 2018.
8. Anonim. Paget’s Disease of Bone. MayoClinic; 2020.

Share