Daftar isi
Alergi diketahui ada berbagai macam, salah satunya yaitu Alergi Tungau Debu. Alergi Tungau Debu ini merupakan suatu kondisi di mana, tubuh bereaksi terhadap paparan alergen berupa tungau debu [1].
Tungau debu sendiri merupakan salah satu jenis hama makroskopis yang menghasilkan beberapa zat dalam ruangan. Tungau debu juga merupakan salah satu alergen yang dapat memicu rekasi alergi dan bahkan asma [2].
Tungau debu ini tidak menyerang dengan menggigit atau menyengat, melainkan lebih kepada menyerang melalui alergen berbahaya yang tersebar di berbagai permukaan, termasuk di tempat tidur [2].
Berikut ini merupakan beberapa gejala yang mungkin ditunjukkan oleh orang yang mengalami Alergi Tungau Debu [3]:
Bagi penderita asma gejala berikut ini mungkin juga akan muncul ketika mengalami Alergi Tungau Debu [3]:
Penyebab dari Alergi Tungau Debu tidak lain adalah paparan alergen dari tungau debu. Alergi Tungau Debu terjadi sebagai bentuk respon dari sistem kekebalan tubuh terhadap alergen yang masuk dalam tubuh [3].
Tungau debu ini seringkali hidup di berbagai permukaan, bahkan pada rumah yang relatif bersih sekalipun. Tempat yang paling sering menjadi sarang tungau debu yaitu kamar tidur [3].
Mengingat, di kamar tidur terdapat karpet, selimut atau bantal yang berisiko besar menjadi tempat tungau debu [3].
Seseorang yang memiliki Alergi Tungau Debu umumnya juga akan menunjukkan reaksi alergi yang buruk terhadap sisa-sisa serangga, termasuk kotoran dan bagian tubuh serangga yang membusuk [3].
Adapun beberapa faktor berikut ini akan dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami Alergi Tungau Debu [4]:
Riwayat keluarga dengan alergi dapat membuat seseorang menjadi lebih berisiko mengalami Alergi Tungau Debu.
Pada usia muda, paparan tungau debu dengan internsitas tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya Alergi Tungau Debu pada usia selanjutnya.
Usia muda mulai dari anak-anak hingga dewasa awal diketahui merupakan usia yang rentan atau lebih berisiko dalam mengembangkan Alergi Tungau Debu.
Alergi Tungau Debu dapat menyebabkan beberapa komplikasi termasuk [1]:
Mengingat gejala Alergi Tungau Debu dengan gejala alergi lain hampir sama, maka jika gejala pilek, bersin atau flu tidak segera hilang dalam waktu satu minggu sebaiknya segera memeriksakan diri kedokter [4].
Selain itu, memeriksakan diri kedokter juga harus dilakukan jika terjadi hal-hal berikut ini [4]:
Dalam melakukan diagnosis terhadap Alergi Tungau Debu, dokter mungkin akan melakukan beberapa hal termasuk [5]:
Pengobatan Alergi Tungau Debu mungkin akan sangat bergantung pada pengendalian paparan tungau debu. Mengingat, gejala tentu akan menjadi parah ketika paparan masih secara terus menerus terjadi [4].
Oleh karena itu, menghindari paparan tungau debu akan sangat membantu proses pengendalian gejala Alergi Tungau Debu. Namun, tentu hal ini tidak mudah. Mengingat, tungau debu tidak pernah benar-benar hilang dari lingkungan hidup manusia [4].
Untuk itu, beberapa hal berikut ini akan sangat membantu pengobatan Alergi Tungau Debu, khususnya dalam mengontrol gejala yang mungkin timbul [4]:
Konsumsi obat alergi mungkin menjadi salah satu hal yang akan direkomendasikan oleh dokter dalam mengobati Alergi Tungau Debu. Khususnya untuk meringankan gejala alergi pada hidung. Adapun obat-obatan tersebut antara lain [4]:
Bahan kimia dari sistem kekebalan tubuh yang memicu gejala alergi dapat dikurangi produksinya dengan mengonsumsi antihistamin. Dengan berkurangnya bahan kimia sebagai respon alergi, antihistamin dapat meredakan gatal, bersin dan hidung meler.
Adapun berikut ini merupakan beberapa contoh obat antihistamin yang dijual bebas [4]:
Selain itu, ada juga antihistamin yang digunakan dalam bentuk semprotan hidung, termasuk [4]:
Kortikosteroid merupakan salah satu semprotan hidung yang dapat mengurangi peradangan dan gejala demam. Obat-obatan kortikosteroid ini termasuk [4]:
Efek samping dari kortikosteroid hidung umumnya lebih rendah daripada kostikosteroid oral.
Dekongestan dapat digunakan untuk mengecilkan jaringan yang bengkak di saluran hidung sehingga pernapasan akan lebih lega.
Namun, perlu diketahui bahwa, konsumsi dekongestan oral dapat meningkatkan tekanan darah sehingga tidak boleh dikomsumsi oleh orang dengan kondisi medis berikut ini [4]:
Selain itu, bagi pria yang memiliki pembesaran prostat, konsumsi dekongestan harus dalam pengawasan dokter. Mengingat, dekongestan dapat memperburuk keadaannya.
Penggunaan dekongestan semprotan hidung pun tidak boleh lebih dari tiga hari berturut-turut. Mengingat, hidung tersumbat akan menjadi lebih parah.
Pengubah leukotriene yang dapat memblokir aksi dari bahan kimia yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh mungkin juga akan disarankan dokter.
Namun, perlu juga diketahui bahwa, penggunaan pengubah leukotriene ini dapat menyebabkan efek samping berupa [4]:
Beberapa jenis terapi ini mungkin juga dapat digunakan dalam membantu pengobatan Alergi Tungau Debu [4]:
Imunoterapi merupakan salah satu jenis terapi yang digunakan untuk melatih sistem kekebalan tubuh untuk tidak terlalu peka dengan paparan alergen.
Imunoterapi ini umumnya diberikan dengan suntikan yang dilakukan secara bertahap setiap empat minggu selama tiga hingga lima tahun.
Irigasi hidung merupakan salah satu jenis terapi lain yang mungkin akan disarankan untuk mengobati Alergi Tungau Debu. Irigasi hidung ini sangat sederhana dan dapat dilakukan sendiri dirumah.
Caranya yaitu dengan mengalirkan larutan garam yang bebas kontaminan melalui saluran hidung. Dengan demikian, larutan tersebut dapat menyiram lendir yang mengental dan mengalami iritasi dari sinus.
Cara pertama yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya Alergi Tungau Debu adalah dengan mengurangi risiko paparan. Walaupun untuk menghilangkannya tidak mungkin, namun mengurangi jumlah paparan tungau debu akan sangat membantu [5].
Berikut ini merupakan beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau membatasi paparan tungau debu [5]:
Keteraturan dalam melakukan langkah-langkah tersebut sangat berperan besar dalam mengontrol dan membatasi paparan tungau debu [5].
Dengan kata lain, meskipun tidak dapat benar-benar menghilangkan tungau debu, namun dengan bersih-bersih secara teratur jumlah tungau debu tidak akan meningkat dan dapat dibatasi [5].
1. Pearl Aggarwal & S Senthilkumaran. Dust Mite Allergy. National Center for Biotechnology Information, US. National Library of Medicine, National Institutes of Health; 2021.
2. Anonim. Dust Mites. Lung Org; 2021.
3. Michael Kerr & Justin Choi, M.D. Dust Mite Allergies. Healthline; 2020.
4. Anonim. Dust mite allergy. Mayo Clinic; 2021.
5. Jenna Fletcher & Judith Marcin, M.D. What's to know about dust mite allergy?. Medical News Today; 2017.