Penyakit & Kelainan

Betis Sakit Ketika Berjalan : Penyebab dan Cara Mengatasi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Betis dapat menjadi salah satu bagian kaki yang mudah merasa nyeri atau sakit, baik setelah melakukan aktivitas maupun saat berkegiatan sehari-hari [1,2].

Betis yang sakit terutama saat kaki digunakan untuk berjalan dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab dan dengan kadar rasa sakit yang berbeda-beda [1,2].

Beberapa kasus betis sakit ketika berjalan dapat disebabkan oleh kondisi otot yang bermasalah, namun beberapa penyakit tertentu mampu mendasari rasa sakit tersebut [1,2].

1. Cedera Otot

Cedera pada otot betis adalah faktor paling umum yang mampu menyebabkan rasa sakit ketika berjalan [1,3].

Terkilir atau adanya memar adalah jenis cedera yang mampu memicu rasa sakit pada betis [1,2,3].

Keseleo atau terkilir bisa terjadi karena peregangan otot betis yang berlebihan atau penggunaannya yang tanpa istirahat sehingga serat-serat otot menjadi rusak [1,2,3].

Sementara itu, memar dapat terjadi ketika betis terbentur dan menyebabkan otot mengalami sedikit kerusakan [1,2,3].

Selain rasa sakit ketika berjalan, betis yang mengalami cedera dapat ditandai dengan pembengkakan, penampakan memar (biru atau keunguan), serta area yang sakit akan terasa lunak saat disentuh [1].

2. Ketegangan Otot

Ketegangan pada otot kerap kali menjadi alasan mengapa betis terasa sakit, terutama saat berjalan [2,4].

Otot tegang umumnya terjadi karena otot kelelahan atau terlalu sering digunakan tanpa istirahat [2,4].

Bila otot betis digunakan secara berlebihan, maka bukan tidak mungkin betis menjadi lebih lelah dan mudah terasa sakit [2,4].

Olahraga seperti bersepeda, berenang, lari dan jalan cepat adalah kegiatan-kegiatan yang sangat berpotensi memicu rasa sakit pada betis [2,4].

Rasa sakit dapat timbul tepat saat melakukan olahraga atau setelahnya, sehingga usai berolahraga betis terasa lebih nyeri ketika dibuat berjalan [2,4].

3. Kram

Betis terasa sakit juga dapat disebabkan oleh kram otot, yakni kondisi ketika otot berkontraksi atau tiba-tiba mengencang [1,2,5].

Aktivitas berat menggunakan kaki dalam waktu lama mampu menyebabkan kram terjadi, seperti olahraga [1,2,5].

Olahraga tanpa pemanasan pun dapat dengan mudah memicu kram [1,2,5].

Oleh sebab itu, aktivitas fisik yang dilakukan secara berlebihan tanpa ada persiapan mampu meningkatkan risiko kram [1,2,5].

Selain itu, suplai darah yang kurang pada otot, kondisi otot yang cedera atau tubuh yang sedang dalam kondisi dehidrasi bisa menyebabkan kram pada otot [5].

Hal ini dapat ditandai dengan rasa nyeri yang ringan hingga parah di mana saat betis disentuh pun akan terasa keras [1,2].

Kram pun dapat terjadi hanya beberapa detik hingga beberapa menit dan hal ini bisa menentukan seberapa berat rasa sakit pada betis [5].

4. Pelebaran Vena (Varises)

Varises atau vena yang mengalami pelebaran biasanya akan tampak menonjol dan berwarna kebiruan atau keunguan pada betis [2,6].

Penyebab pelebaran atau pembengkakan vena ini adalah darah yang menumpuk pada vena (kondisi ini bisa timbul pada vena mana pun) [2,6].

Kondisi varises seringkali dipicu oleh kehamilan, obesitas, peningkatan hormon, dan aktivitas fisik yang jarang [2,6].

Namun faktor usia dan riwayat anggota keluarga dengan varises mampu meningkatkan risiko kondisi yang sama pada seseorang [2,6].

Varises umumnya tampak pada betis yang juga disertai dengan mudah kram serta rasa nyeri menusuk [2,6].

5. Klaudikasio Arteri

Klaudikasio arteri juga disebut dengan istilah klaudikasio intermiten, yaitu gejala penyakit arteri perifer di mana kondisi ini menandakan ketidaklancaran aliran darah sehingga menyebabkan rasa nyeri [1,2,7].

Area tungkai adalah yang paling sering terpengaruh selain bagian bokong, pinggul, dan lengan [1,2,7].

Oleh sebab itu, betis dapat mengalami klaudikasio arteri ini; selain rasa sakit saat kaki digunakan berjalan, tanda lainnya yang perlu diwaspadai adalah [1,2,7] :

  • Tungkai terasa dingin
  • Kerontokan bulu kaki
  • Warna kulit di area betis berubah
  • Tungkai tampak mengkilap

Penderita klaudikasio arteri biasanya akan merasakan sakit pada kaki atau betis meski baru beberapa menit berjalan [2].

Namun saat kaki beristirahat, rasa nyeri akan hilang [2].

6. DVT (Deep Vein Thrombosis)

Deep vein thrombosis atau yang juga disebut trombosis vena dalam merupakan kondisi ketika pembuluh darah vena dalam mengalami penggumpalan darah [1,2,8].

Betis adalah area kaki yang paling umum mengalami trombosis vena dalam ini selain paha [1,2,8].

Hanya saja, pembuluh darah di area tubuh lain juga berpotensi sama besar untuk menderita kondisi ini [1,2,8].

Koagulasi adalah istilah untuk menyebut proses penggumpalan atau pembekuan darah (darah yang semula cair menjadi agak padat atau membentuk gel) [2,8].

Oleh sebab itu, betis bisa saja merasakan sakit ketika digunakan berjalan dan biasanya keluhan lain yang turut menyertai adalah [2,8] :

  • Ketika menekuk kaki maka nyeri akan terasa semakin hebat.
  • Betis mengalami kram, khususnya saat malam hari.
  • Betis membengkak.
  • Terasa hangat pada tungkai.
  • Kaki bisa berubah warna menjadi lebih gelap, lebih merah, atau bahkan lebih pucat.

Gejala-gejala tersebut walau tampak ringan perlu segera memperoleh penanganan dokter.

Sebab bila dibiarkan, lama-kelamaan darah menggumpal mampu menyebar sampai paru-paru sehingga sumbatan terjadi pada paru-paru [8].

Ketika emboli paru terjadi karena DVT, penanganan medis darurat perlu penderita dapatkan [8].

7. Plantar Fasciitis

Plantar fasciitis merupakan kondisi ketika plantar fascia (jaringan bawah kaki dari jari kaki hingga tumit) mengalami radang [2,9].

Plantar fascia merupakan jaringan yang berfungsi utama meredam getaran setiap kali kita berjalan sekaligus menyangga telapak kaki [2,9].

Namun saat kaki mendapat tekanan berlebihan, jaringan menjadi lebih mudah rusak dan meradang [2,9].

Walau radang terjadi pada area telapak kaki, rasa sakitnya bisa sampai ke betis dengan sensasi panas terbakar atau sensasi seperti ditusuk-tusuk [2,9].

Plantar fasciitis dapat menyerang salah satu maupun kedua sisi kaki dan rasa sakitnya akan sangat dirasakan saat berjalan usai bangun tidur atau saat usai melakukan aktivitas berat [2,9].

Segera ke dokter apabila kondisi nyeri disertai kesemutan hingga mati rasa dan kondisi ini tak kunjung mereda selama 1-2 minggu.

8. Neuropati Diabetik

Neuropati diabetik adalah kondisi kerusakan saraf tepi, termasuk saraf pada betis akibat kadar gula darah tak terkontrol [2,10].

Neuropati diabetik pun dikenal sebagai risiko komplikasi diabetes di mana saraf yang terpengaruh akan menyebabkan rasa sakit dengan sensasi panas atau ditusuk-tusuk [2,10].

Selain itu, kaki yang terkena pun bisa mengalami kesemutan hingga mati rasa [2,10].

9. Sindrom Kompartemen

Sindrom kompartemen adalah kondisi ketika bagian dalam kompartemen otot mengalami tekanan yang terus meningkat [1,2,11].

Kompartemen sendiri merupakan bagian tubuh yang meliputi saraf, pembuluh darah dan jaringan otot dengan membran sebagai pelapisnya [1,2,11].

Setiap kali otot digerakkan, maka rasa sakitnya bisa tak tertahankan [1,2,11].

Selain itu, beberapa keluhan ini dapat terjadi pada betis bila benar disebabkan oleh sindrom kompartemen [1,2,11] :

  • Otot kesemutan
  • Otot mati rasa
  • Otot yang cedera sulit untuk digerakkan
  • Otot yang cedera membengkak
  • Otot terasa sangat kencang

Cedera merupakan faktor utama yang umumnya menyebabkan sindrom kompartemen, sebab cedera memicu pembengkakan atau perdarahan di dalam kompartemen otot yang kemudian membuat tekanan meningkat [11].

Saat tekanan meningkat, darah yang seharusnya mengalir ke kompartemen akhirnya terhambat [11].

10. Tendinitis Achilles

Tendinitis Achilles adalah radang yang terjadi pada tendon Achilles dan kemudian menyebabkan rasa nyeri pada area betis [2,12].

Tidak hanya betis, seringkali tendinitis ini menyebabkan rasa sakit pada area tumit dan kemungkinan terbesar penyebab peradangan ini adalah otot betis yang digunakan berlebihan [2,12].

Kaki yang digunakan berjalan terus-menerus, apalagi naik dan turun tangga berkali-kali sepanjang hari lebih rentan mengalami tendinitis Achilles [2,12].

11. Leptospirosis

Leptospirosis dikenal sebagai sebuah penyakit infeksi bakteri yang disebarkan melalui darah atau urine hewan tertentu; tikus adalah hewan yang umumnya diketahui mampu menyebarkan penyakit ini [13].

Selain tikus, anjing atau sapi pun dapat terkena infeksi bakteri leptospira dan kemudian menyebarkan infeksi ini melalui kotoran mereka [13].

Ketika infeksi menyerang manusia, beberapa kondisi berikut dapat terjadi menyertai rasa sakit pada betis setiap kali berjalan [13].

  • Sakit perut
  • Demam
  • Nyeri pada otot punggung bawah
  • Mual yang diikuti dengan muntah-muntah
  • Diare
  • Sakit kepala
  • Jaundice (mata dan kulit berubah kuning)
  • Muncul ruam merah di permukaan kulit
  • Kemerahan pada mata
  • Penurunan nafsu makan

Leptospirosis dapat berkembang menjadi lebih buruk yang biasanya ditandai dengan sesak nafas, pembengkakan di bagian kaki serta tangan, batuk berdarah, dada nyeri, hingga kesulitan buang air kecil [13].

Saat sudah seperti ini, segera cari pertolongan medis, terutama ke IGD; lalu kontrol kondisi secara rutin apabila sudah mendapatkan pengobatan agar perkembangan penyakit bisa dipantau oleh dokter.

12. Skiatika

Betis yang terasa sakit setiap dipakai berjalan bisa jadi menunjukkan adanya kondisi skiatika, nyeri punggung bawah yang menyebar sampai ke bagian tubuh bawah (tungkai, pinggul, bokong dan bahkan jari kaki) [2,14].

Saraf skiatik sendiri adalah saraf panjang dari tulang belakang hingga kaki yang jika bermasalah maka rasa sakitnya bisa menjalar di sepanjang punggung bawah hingga ujung kaki [2,14].

Beberapa gejala lain dari skiatika yang patut diwaspadai dan perlu segera diperiksakan adalah [14] :

  • Dari punggung bawah sampai kaki tidak hanya terasa nyeri tapi juga kesemutan.
  • Dari punggung bawah sampai kaki dapat mengalami mati rasa.
  • Kelemahan terjadi pada otot tungkai.

Jika demam turut menyertai rasa nyeri ditambah dengan inkontinensia tinja atau urine, segera ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut [15].

Cara Mengatasi Betis Sakit Saat Berjalan

Penanganan betis yang sakit saat berjalan perlu disesuaikan dengan penyebabnya.

Oleh sebab itu, penting untuk segera ke dokter dan memeriksakan diri ketika betis terus-menerus terasa sakit saat berjalan, terutama jika disertai dengan beberapa keluhan tak wajar lainnya [1,2].

Jika diperlukan, penderita dapat menempuh tes pemindaian (MRI scan atau CT scan) dan elektromiografi untuk memastikan penyebab sakit pada betis [1,2].

Berikut ini adalah sejumlah penanganan untuk betis yang sakit baik secara umum maupun sesuai penyebabnya [1,2] :

  • Ambil posisi berbaring dengan posisi kedua kaki lurus namun lebih tinggi dari jantung; istirahatkan kaki dengan cara ini selama 10-15 menit secara rutin.
  • Hindari penggunaan kaki untuk kegiatan-kegiatan berat jangka waktu lama.
  • Lakukan peregangan untuk kaki, namun pilih gerakan peregangan yang ringan saja.
  • Kompres dingin pada area betis yang sakit berulang kali.
  • Minum obat pereda nyeri apabila rasa sakit masih terus dialami.

Namun apabila betis terasa sakit karena kondisi penyakit atau cedera tertentu, beberapa penanganan ini yang paling diperlukan [1].

  • Obat-obatan penurun kadar kolesterol dan tekanan darah yang dokter resepkan sesuai kondisi pasien.
  • Terapi fisik untuk meningkatkan kekuatan otot betis, fleksibilitas, dan gerakannya; terapi ini paling direkomendasikan bagi penderita cedera otot.
  • Perubahan pola hidup menjadi lebih sehat dan seimbang, yakni dengan mengonsumsi makanan-makanan bernutrisi tinggi, olahraga rutin, dan menjaga berat badan tetap ideal.
  • Prosedur bedah atau operasi apabila diperlukan, terutama jika gejala sakit betis sangat serius. Tujuan tindakan bedah biasanya untuk memperbaiki otot betis yang rusak karena cedera, memperbaiki arteri, atau menghilangkan tekanan pada saraf.

Pencegahan Betis Sakit Saat Berjalan

Tidak menggunakan kaki terlalu berlebihan tanpa istirahat adalah yang paling penting dilakukan agar betis tidak mudah sakit saat digunakan berjalan [1,2].

Selain itu, melakukan pemanasan setiap hendak berolahraga pun sama pentingnya demi menghindari kram dan cedera otot [1,2]

Jika terjadi gejala nyeri dan mengganggu pada betis, segera ke dokter dan periksakan diri agar gejala tidak memburuk.

1. Deborah Weatherspoon, Ph.D., R.N., CRNA & Jill Seladi-Schulman, Ph.D. Common Causes of Calf Pain When Walking. Healthline; 2020.
2. William Morrison, M.D. & Rachel Nall, MSN, CRNA. What causes calf muscle pain?. Medical News Today; 2018.
3. Virginia Nsitem, BSc (Hon), DC, FRCCSS(C), MEd. Diagnosis and rehabilitation of gastrocnemius muscle tear: a case report. The Journal of the Canadian Chiropractic Association; 2013.
4. David Hsu & Ke-Vin Chang. Gastrocnemius Strain. National Center for Biotechnology Information; 2021.
5. Bruno Bordoni; Kavin Sugumar; & Matthew Varacallo. Muscle Cramps. National Center for Biotechnology Information; 2021.
6. Shivik K. Patel & Scott M. Surowiec. Venous Insufficiency. National Center for Biotechnology Information; 2021.
7. Shivik K. Patel & Scott M. Surowiec. Intermittent Claudication. National Center for Biotechnology Information; 2021.
8. Emeka Kesieme, Chinenye Kesieme, Nze Jebbin, Eshiobo Irekpita, & Andrew Dongo. Deep vein thrombosis: a clinical review. Journal of Blood Medicine; 2011.
9. Mohammad Ali Tahririan, Mehdi Motififard, Mohammad Naghi Tahmasebi, & Babak Siavashi. Plantar fasciitis. Journal of Research in Medical Sciences; 2012.
10. Himanshu K. Khanna & Andrew C. Stevens. Plantar fasciitis. American Journal of Case Reports; 2017.
11. Allison M. Torlincasi; Richard A. Lopez; & Muhammad Waseem. Acute Compartment Syndrome. National Center for Biotechnology Information; 2021.
12. Miguel A. Medina Pabón & Usker Naqvi. Achilles Tendonitis. National Center for Biotechnology Information; 2021.
13. David A. Haake & Paul N. Levett. Leptospirosis in Humans. HHS Public Access; 2015.
14. Peter C. Emary, BSc, DC. Evidence-based prognostication in a case of sciatica. The Journal of the Canadian Chiropractic Association; 2015.
15. David Davis; Kushagra Maini; & Arvind Vasudevan. Sciatica. National Center for Biotechnology Information; 2021.

Share