Leptospirosis – Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Hadian Widyatmojo, SpPK
Leptospirosis merupakan suatu infeksi bakterial yang disebabkan oleh Leptospira Interrogans. Penyakit ini umumnya dibawa oleh hewan tikus, anjing atau hewan ternak. Umumnya penyakit ini memiliki manifestasi... yang ringan, namun jika tidak ditangan dengan baik bisa menyebabkan bentuk yang berat. Pencegahan pada penyakit ini terutama adalah selalu menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, terutama jika terdapat banyak hewan pembawa disekitarnya. Read more

Leptospirosis adalah infeksi bakteri Leptospira interrogans yang umumnya disebarkan oleh tikus, anjing, dan hewan ternak lainnya.

Infeksi bakteri ini tergolong langka namun penyebarannya dapat terjadi dari hewan-hewan tersebut ke manusia.

Pada kebanyakan kasus, leptospirosis memiliki manifestasi yang ringan. Umumnya kondisi ini terjadi tidak lebih dari seminggu dan tidak mengancam jiwa.

Namun tanpa penanganan yang benar dan cepat, leptospirosis tetap berpotensi berbahaya dan mengakibatkan penyakit yang serius.

Fakta Tentang Leptospirosis

  1. Ada kurang lebih 160 spesies mamalia yang dapat menjadi pembawa bakteri penyebab leptospirosis.
  2. Leptospirosis adalah jenis penyakit karena bakteri yang lebih umum terjadi di wilayah tropis.
  3. 10 dari 100.000 orang dapat terinfeksi dan mengalami leptospirosis per tahunnya.
  4. Orang-orang yang hobi berwisata mengunjungi daerah tropis memiliki risiko lebih tinggi terkena paparan bakteri penyebab leptospirosis.
  5. Kasus leptospirosis berat secara global diperkirakan mencapai 350.000-500.000 kasus per tahunnya.

Jenis-jenis Leptospirosis

Leptospirosis terdiri dari dua jenis kondisi yang perlu untuk dikenali agar dapat mewaspadainya.

Leptospirosis Ringan

Rata-rata kasus leptospirosis adalah leptospirosis ringan yang dapat disembuhkan dan gejalanya pun tidak akan bertahan lama.

Biasanya, gejala umum yang timbul pada leptospirosis ringan adalah sakit kepala, tubuh menggigil, yang juga disertai dengan nyeri pada otot.

Leptospirosis Berat

Ada pula kondisi leptospirosis yang berat, namun termasuk sangat jarang terjadi dan hanya kurang lebih 5-15% kasus.

Leptospirosis berat dapat terjadi akibat penanganan yang terlambat dan tidak adekuat terhadap kasus infeksi yang ringan.

Pada leptospirosis berat, penyebaran bakteri dalam tubuh biasanya cukup luas, oleh karenanya dapat menimbulkan manifestasi yang serius, misalnya kerusakan organ, kegagalan organ bahkan sampai kematian.

Leptospirosis berat lebih berpotensi diderita oleh orang orang dengan kondisi imunitasi atau daya tahan tubuh yang lemah, misalnya pada lansia, anak-anak dan juga orang yang menderita penyakit tertentu seperti HIV, diabetes tidak terkontrol, dan pneumonia.

Penyebab Leptospirosis

Bakteri penyebab leptospirosis adalah Leptospira interrogans di mana umumnya jenis bakteri ini dibawa oleh banyak jenis hewan, khususnya mamalia.

Proses transmisi dapat dengan mudah terjadi ketika seseorang berada di wilayah tropis, berkunjung ke suatu area yang air dan tanahnya sudah terpapar bakteri akibat kotoran hewan, maka penularan dan penyebaran infeksi lebih mudah terjadi.

Jika seseorang memiliki luka terbuka sekalipun sangat kecil, kontak dengan air atau tanah yang sudah terkontaminasi bakteri akan memudahkan bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh melalui luka tersebut.

Tak harus melalui luka, bakteri juga dapat dengan mudah memasuki tubuh lewat alat kelamin, mulut, dan juga hidung.

Cara Penularan Leptospirosis

Penularan leptospirosis dapat terjadi dari hewan ke manusia melalui beberapa hal di bawah ini, namun juga tak menutup kemungkinan penularan terjadi dari manusia ke manusia :

  • Air atau tanah yang telah terkontaminasi masuk ke mata dan mulut atau hidung.
  • Luka terbuka pada kulit menyentuh tanah atau air yang sudah terkontaminasi bakteri sehingga bakteri masuk ke dalam tubuh secara mudah.
  • Kontak dengan kotoran atau darah hewan yang terinfeksi bakteri.
  • Meminum air yang terkontaminasi bakteri.
  • Penularan dari manusia ke manusia diduga dapat terjadi, namun sangat jarang seperti dalam proses menyusui atau melakukan hubungan intim. Hanya saja, hal ini masih menjadi topik penelitian para ahli.

Orang-orang dengan pekerjaan inilah yang berpotensi besar terkena paparan infeksi bakteri penyebab leptospirosis :

  • Dokter hewan
  • Pekerja tambang
  • Petani
  • Pekerja di tempat pemotongan hewan
  • Peternak hewan mamalia
  • Personel militer

Beberapa faktor risiko lain yang memicu perkembangan dan penyebaran leptospirosis antara lain adalah :

  • Tinggal di wilayah beriklim tropis.
  • Curah hujan tinggi.
  • Banjir berlebihan saat musim hujan.
  • Berada di lingkungan yang tingkat kelembaban dan panasnya tinggi.
  • Melakukan aktivitas (renang, rakit, atau kemah) dekat sungai atau danau yang sudah terpapar bakteri penyebab leptospirosis.

Meski begitu, beberapa kasus leptospirosis dapat terjadi di negara berkembang yang tidak beriklim tropis sehingga siapapun sebenarnya dapat berpotensi terkena paparan bakteri.

Ada beberapa wilayah yang memiliki risiko paling tinggi untuk kasus leptospirosis, yaitu :

  • Asia Tenggara
  • Asia Selatan
  • Australia
  • Amerika Tengah
  • Karibia
  • Amerika Latin tropis
  • Afrika

Leptospirosis pun terkadang dapat dijumpai di Hawaii, Barbados, dan Selandia Baru sehingga para wisatawan wajib untuk berhati-hati dan menjauhi area-area lembab, kotor, dan dengan banyak hewan.

Gejala Leptospirosis

Sekitar 5-14 hari usai terkena infeksi, maka gejala-gejala leptospirosis umumnya langsung muncul dengan masa inkubasi antara 2-30 hari.

Gejala leptospirosis sendiri pun ditentukan oleh jenis atau tingkat keparahan leptospirosis. Ini karena gejala pada leptospirosis ringan dan berat cukup berbeda.

Leptospirosis Ringan

  • Batuk
  • Muntah
  • Diare
  • Diare dan muntah yang terjadi bersamaan
  • Demam
  • Otot bagian punggung bawah dan betis terasa nyeri
  • Tubuh menggigil
  • Sakit kepala
  • Penyakit kuning/jaundice
  • Mata kemerahan
  • Mata iritasi
  • Ruam pada kulit

Pada penderita leptospirosis ringan, gejala biasanya akan hilang tidak lebih dari seminggu.

Namun pada 10% kasus leptospirosis ringan, gejala dapat berkembang makin serius dan menjadi leptospirosis tahap parah.

Leptospirosis Berat

Kemunculan gejala dari leptospirosis yang berada di tahap serius atau parah biasanya hanya selisih beberapa hari saja sesudah hilang dan meredanya gejala leptospirosis ringan.

Maka, leptospirosis berat tidak dapat diduga karena gejala leptospirosis ringan yang dianggap sudah hilang dan sembuh justru dapat kembali timbul dalam kondisi yang lebih buruk.

Pada leptospirosis berat, telah ada beberapa organ penting dalam tubuh yang terkena infeksi dan berikut ini adalah gejala yang timbul menurut organ yang telah terlibat.

Paru-paru

  • Batuk disertai darah.
  • Mudah terengah-engah dan kelelahan saat beraktivitas.
  • Demam tinggi.

Hati, Jantung dan Ginjal

Ketika organ penting lainnya seperti ginjal, jantung serta liver terserang bakteri dan terinfeksi, maka beberapa gejala ini yang dapat dialami :

  • Dada terasa nyeri.
  • Mimisan
  • Perut mual.
  • Tubuh kelelahan.
  • Detak jantung tidak teratur, namun lebih sering terjadi palpitasi.
  • Nyeri pada otot tubuh.
  • Kaki dan tangan bengkak.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Nafas pendek sehingga sering terengah-engah.
  • Jaundice atau penyakit kuning (kulit, lidah dan mata akan tampak menguning).
  • Berat badan turun cukup banyak tanpa alasan yang jelas.

Otak

Leptospirosis pada beberapa penderitanya dapat memengaruhi sumsum tulang belakang dan juga otak sehingga menimbulkan gejala-gejala ini :

  • Demam tinggi.
  • Rasa kantuk berlebihan.
  • Mudah bingung
  • Fotofobia atau tingkat sensitivitas penglihatan terhadap cahaya lebih tinggi.
  • Perut mual.
  • Muntah-muntah
  • Leher kaku.
  • Gerakan fisik menjadi terbatas.
  • Kehilangan kemampuan untuk bicara.
  • Perubahan perilaku menjadi lebih agresif.
  • Tubuh kejang.

Pemeriksaan Leptospirosis

Pada leptospirosis tahap awal, gejala yang timbul sangatlah mirip dengan penyakit flu sehingga cukup sulit untuk mendiagnosa dan mendeteksinya.

Namun saat pasien memeriksakan diri, ada kemungkinan dokter mencurigai gejala yang mengarah pada leptospirosis tahap lebih parah.

Jika demikian, beberapa metode pemeriksaan perlu dilalui agar penyebab gejala dapat diketahui secara lebih detil.

Dalam pemeriksaan, dokter akan menanyakan pasien lebih dulu mengenai aktivitas beberapa waktu terakhir, seperti:

  • Apakah pasien melakukan kontak dengan darah atau kotoran hewan.
  • Apakah pasien beraktivitas di area penuh hewan atau memiliki interaksi dengan hewan.
  • Apakah pasien berinteraksi dan memiliki kontak dengan orang-orang yang bekerja di sekitar hewan.
  • Apakah pasien berenang di sungai, danau atau bahkan berkemah di dekat area-area ini.

Setelah mengajukan pertanyaan, bila diperlukan dokter akan meminta untuk melakukkan pemeriksaan lebih lanjut berupa pemeriksaan laboratorium dan radiologi.

Pemeriksaan laboratorium yang umum dilakukan pada kasus leptospirosis adalah tes urine dan tes darah.

Pemeriksaan urin bertujuan untuk melihat adanya bakteri penyebab leptospirosis.

Pemeriksaan darah biasanya dilakukan untuk melihat adanya antibodi terhadap leptospirosis di dalam tubuh.

Pemeriksaan antibodi ini biasanya akan dilakukan pengulangan dalam 1 minggu untuk memastikan hasilnya.

Pemeriksaan darah untuk melihat fungsi organ tertentu juga umumnya dilakukan, misanya tes fungsi ginjal dan fungsi hati.

Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya leptospirosis yang berat. Selain pemeriksaan laboratorium, biasanya dokter akan menyarankan pemeriksaan radiologi berupa rontgen dada untuk menilai apakah infeksi juga melibatkan paru paru.

Pengobatan Leptospirosis

Dokter akan memberikan pengobatan atau perawatan yang disesuaikan dengan jenis atau tingkat keparahan leptospirosis.

  • Antibiotik : Dokter akan memberikan resep antibiotik pada pasien leptospirosis ringan. Antibiotik yang diresepkan umumnya adalah penicillin atau doxycycline.
  • Antibiotik Suntik : Pasien leptospirosis yang sudah parah pun akan memperoleh pengobatan berupa antibiotik suntik selama dirawat inap di rumah sakit.
  • Dialisis : Jika leptospirosis telah memengaruhi fungsi ginjal, maka cuci darah atau dialisis akan dokter rekomendasikan sebagai salah satu penanganan terbaik.
  • Ventilator : Bila paru-paru pasien terkena dampaknya, maka dokter biasanya memberikan bantuan pernafasan bagi pasien melalui ventilator.
  • Cairan Intravena : Pemberian cairan intravena adalah untuk tetap menjaga tubuh pasien terhidrasi dengan baik dan memperoleh nutrisi yang cukup.
  • Rawat Inap untuk Wanita Hamil : Para ibu hamil yang terkena leptospirosis, bakteri ini pun berisiko berdampak pada tumbuh kembang janin. Maka penting bagi bumil menempuh rawat inap di rumah sakit di bawah pemantauan petugas medis.

Lama perawatan yang didapat di rumah sakit tergantung dari respon tubuh pasien terhadap obat-obatan yang diberikan.

Semakin parah organ-organ tubuh pasien yang telah terkena infeksi akan semakin lama perawatan yang ditempuh di rumah sakit.

Ada yang beberapa minggu saja, namun ada pula yang bisa sampai berbulan-bulan masa inapnya di rumah sakit.

Komplikasi Leptospirosis

Bahaya komplikasi lebih rentan terjadi pada para penderita leptospirosis yang sudah pada tahap parah.

  • Gagal Ginjal : Bila ginjal telah ikut terinfeksi, maka risiko ginjal kehilangan fungsinya karena rusak cukup besar.
  • Ensefalitis dan Meningitis : Otak adalah organ vital yang juga dapat terpengaruh, entah itu membran yang melindungi sumsum tulang dan otak atau jaringan otak. Karena itulah, kerusakan otak serius dan permanen dapat menjadi komplikasi leptospirosis.
  • Perdarahan dan Kematian : Pada kondisi paru-paru yang telah terinfeksi, penderita dapat mengalami batuk darah yang berlebihan. Bila tak ditangani dengan cepat, akibatnya penderita dapat mati lemas kehilangan darah.

Pencegahan Leptospirosis

Kementerian Kesehatan RI memberikan informasi terkait cara mencegah leptospirosis khususnya selama musim hujan dan banjir.

Karena banjir dapat meningkatkan risiko penyakit leptospirosis, berikut ini adalah beberapa langkah menghindari penularannya :

  • Menjaga kebersihan lingkungan.
  • Menjaga kebersihan diri.
  • Memakai sabun setiap kali mencuci tangan, kaki maupun bagian tubuh lainnya.
  • Memakai desinfektan untuk membersihkan setiap bagian dari tempat tinggal ataupun lingkungan pekerjaan.
  • Membasmi tikus karena tikuslah yang paling sering menyebarkan bakteri leptospirosis.
  • Memakai sarung tangan dan sepatu berbahan karet bila harus keluar rumah di kala banjir.
  • Menyimpan bahan-bahan makanan dengan baik di tempat yang aman dan terhindar dari tikus.

Selain itu, pencegahan leptospirosis dapat dilakukan melalui cara-cara lainnya, seperti :

  • Mengenakan perlindungan untuk wajah, tangan dan kaki ketika harus berinteraksi dengan hewan atau bekerja di tengah-tengah hewan.
  • Selalu mandi dengan bersih usai berenang atau melakukan aktivitas air lainnya.
  • Menghindari minum air mentah di manapun.
  • Bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah tropis, hindari berenang sekalipun di air yang segar.
  • Menutupi luka dengan baik dan rapat agar tidak mudah terpapar debu, tanah atau air.
  • Mencuci tangan dengan bersih setiap kali sehabis memegang atau berinteraksi dengan hewan.
  • Menghindari memegang hewan yang sudah mati apalagi tanpa mengenakan pelindung apapun untuk tangan.
  • Memastikan hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi supaya tak mudah terkena infeksi bakteri leptospirosis.

Bakteri penyebab leptospirosis dapat dibawa oleh hewan-hewan seperti anjing, tikus, domba, kelelawar, rakun, kuda, dan kerbau.

Lebih berhati-hati dan waspada ketika berada di suatu wilayah tropis dengan keberadaan hewan-hewan tersebut adalah langkah terbaik dalam mencegah paparan infeksi bakteri Leptospira.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment