Daun seribu atau mungkin juga dikenal dengan godhong sewu ini merupakan salah satu tanaman tertua dengan banyak manfaatnya yang telah terbukti pada manusia.
Daun seribu mungkin telah dikenal kegunaannya sejak berabad-abad silam dalam dunia pengobatan tradisional, namun hanya sebagian orang yang menggunakan atau memasaknya sebagai sayuran.
Daftar isi
Daun seribu merupakan salah satu tanaman dari genus Achillea. Daun seribu dianggap berasal dari wilayah Eurasia dan Amerika Utara, ditemukan terutama di seluruh zona beriklim sedang di Belahan Bumi Utara dan, pada tingkat yang lebih rendah, di Belahan Bumi Selatan. Namun saat ini distribusinya sudah mencapai hampir seluruh negara di dunia.[1]
Daun seribu merupakan tanaman bersemak yang tumbuh tahunan dengan panjang sekitar 6 – 60 cm. Batangnya tegak ke atas, sederhana, dengan belahan daun yang sempit dan umumnya berbentuk lonjong dan halus. Panjang bilah daunnya sekitar 1 – 15 cm.[1,2]
Kuntum bunga daun seribu berwarna putih atau merah muda muda sampai ungu tua, berbintik, dan tumbuh lebat. Panjangnya sekitar 2 – 5 mm dengan diameter sekitar 10 – 30 mm. Bunga daun seribu juga memiliki biji dengan panjang sekitar 1 – 2 mm, bersayap lebar yang tidak beraturan.[1,2]
Daun seribu dapat tumbuh di berbagai macam habitat. Termasuk padang rumput lembab hingga kering, padang rumput di ladang peternakan, hutan, tepi sungai, ladang kosong, area limbah berumput dan tepi jalan setapak, pekarangan, atau pagar tanaman. Ditemukan di tanah kering atau berpasir, juga di tanah lembab, liat, dan asin.[1,2]
Fakta Menarik Seputar Daun Seribu
Berikut informasi nilai gizi yang terkandung dalam 100 gram sajian daun seribu.[3]
Nama | Jumlah | Satuan Unit |
Total kalori | 1059 | kJ |
Total karbohidrat | 55.8 | g |
Serat makanan | 13.6 | g |
Lemak total | 4.4 | g |
Protein | 20.0 | g |
Vitamin A | 5851 | IU |
Vitamin C | 50.0 | mg |
Thiamin | 0.4 | mg |
Riboflavin | 0.3 | mg |
Niacin | 2.8 | mg |
Vitamin B6 | 1.7 | mg |
Folat | ~ | ~ |
Kalsium | 1784 | mg |
Zat besi | 48.8 | mg |
Magnesium | 451 | mg |
Fosfor | 543 | mg |
Kalium | 3308 | mg |
Natrium | 208 | mg |
Zinc | 3.3 | mg |
Tembaga | 0.5 | mg |
Mangan | 3.9 | mg |
Selenium | ~ | ~ |
Kolesterol | 0.0 | mg |
Fitosterol | ~ | ~ |
Dari segi nilai gizi, daun seribu dikenal tinggi kandungan mineralnya seperti Fosfor (P), Kalium (K) dan Kalsium (Ca). Namun sayuran ini dinilai rendah energi dan kandungan proteinnya.[4,5]
Daun seribu selain bisa dan aman dimasak menjadi sayur, juga memiliki khasiat dalam meningkatkan kesehatan tubuh, diantaranya :
Terkenal karena kemampuannya untuk menyembuhkan semua luka, dalam mitos Yunani, daun seribu dikenal dapat mempercepat proses penyembuhan luka cukup dengan mengoleskannya.[11]
Sementara daunnya yang segar dapat dioleskan langsung ke gigi yang sakit untuk meredakan nyeri atau sakit gigi.[12]
Selain itu, daun seribu juga digunakan untuk mengurangi peradangan di berbagai bagian tubuh, termasuk gejala radang sendi, asam urat, dan sindrom iritasi usus besar.[13]
Penggunaan daun seribu secara oles dan kunyah dapat membantu meringankan masalah peradangan dan penyembuhan proses luka.[11,12,13]
Efek flavonoid daun seribu telah dievaluasi pada pasien dengan penyakit Alzheimer. Efek menguntungkan dari senyawa luteolin telah menarik perhatian selama beberapa tahun terakhir.[6]
Studi kultur sel menunjukkan bahwa luteolin mampu menghambat kelumpuhan syaraf pada tikus penelitian.[6]
Dalam studi percobaan lain yang menggunakan model hewan yang sakit Alzheimer (tikus Wistar jantan) menunjukkan bahwa luteolin (10 dan 20 mg / kg) mampu menghambat gangguan memori dan menghalangi penurunan rangsang pada sel syaraf.[6]
Selain itu apigenin dalam dosis 40 mg / kg yang diberikan pada hewan percobaan yang menderita Alzheimer juga menunjukkan kemampuan untuk memperbaiki kerusakan memori dan meredakan serta mencegah pembentukan plak pada pembuluh darah di otak.[6]
Daun seribu dilaporkan berpengaruh untuk menurunkan risiko stroke, mencegah cedera otak iskemik (akibat penyumbatan) dan peradangan saraf pada tikus.
Marniemi dkk. menunjukkan bahwa asupan makanan yang tinggi dari dua flavonoid seperti luteolin dan kaempferol dari daun seribu (sebagai nutrisi tambahan minimal seminggu sekali) telah berhasil dalam menurunkan risiko stroke.[6]
Selain itu dalam sebuah penelitian lain dilaporkan bahwa senyawa luteolin (5 dan 20 mg / kg) mengurangi penurunan fungsi sel syaraf, menurunkan kerusakan jaringan otak dan menekan pembengkakan pada tikus percobaan yang terdiagnosis stroke.[6]
Bukti terbaru juga melaporkan bahwa apigenin (1, 10, 20 dan 40 μM) memiliki efek pelindung saraf di jalur sel syaraf utama.[6]
Ekstrak hidro-alkohol dari daun seribu (100, 200 atau 400 mg / kg) telah dibuktikan mampu menurunkan keparahan kejang pada model hewan penelitian (model epilepsi tikus Wistar jantan). Sedangkan laporan tentang efek senyawa luteolin pada kasus epilepsi masih kontroversial.[6]
Salah satunya, Zhen et al. mempelajari efek luteolin pada tikus epilepsi Sprague-Dawley jantan yang dirangsang dengan pentylenetetrazole. Pemberian luteolin secara oral (50 atau 100 mg / kg / hari) menekan intensitas dan durasi kejang pada tikus penderita epilepsi ini.[6]
Studi lainnya dari Shaikh dkk yang meneliti efek luteolin pada model hewan yang kejang, baik akut maupun kronis. Hasil penelitian memaparkan bahwa mereka gagal menemukan indikasi bahwa luteolin (3 dan 10 mg / kg) bereaksi positif atau bersifat anti-kejang, baik pada model tikus kronis maupun akut (tikus CD1).[6]
Namun demikian, penelitian lebih lanjut dan penerapannya pada manusia masih sangat dibutuhkan.
Penyakit Parkinson adalah kelainan saraf kronis yang ditandai dengan adanya cedera pada syaraf penangkap hormon dopamin dari ganglia basal, di dalam struktur otak.[6]
Beberapa penelitian telah menyelidiki pengaruh senyawa flavonoid daun seribu pada Penyakit Parkinson. Telah dilaporkan bahwa pemberian ekstrak air daun seribu (1,4 dan 2,8 mg / kg) dapat memperbaiki gangguan gerak dan kontraksi otot pada model tikus parkinson.[6]
Selain itu juga terdapat laporan positif mengenai pengaruh senyawa kaempferol (20 mM) pada parkinson. Telah terbukti bahwa senyawa ini mampu mencegah kematian sel yang diakibatkan tingginya komponen radikal bebas dalam tubuh dan meningkatkan pergantian mitokondria dengan membongkar bagian-bagian sel yang sudah tua.[6]
Secara garis besar daun seribu beserta tiga kandungan flavonoidnya telah terbukti menunjukkan sifat anti-parkinson.[6]
Ada banyak laporan tentang efek antioksidan dari beberapa tanaman obat pilihan yang dapat dipertimbangkan untuk studi aktivitas afrodisiak (meningkatkan gairah seksual) lebih lanjut, termasuk daun seribu.[8]
Akar dari daun seribu yang diberikan secara oral (8.4 g / hari) terbukti memiliki pengaruh positif untuk impotensi dan kegagalan ereksi.[8]
Sebuah penelitian mengamati daun seribu yang didapat liar dan komersial secara kimiawi sehubungan dengan kandungan makronutriennya, gula bebas, asam organik, asam lemak dan tokoferol.[10]
Penggunaan daun seribu, terutama dalam bentuk teh, dapat membantu meningkatkan keteraturan dan melindungi kesehatan seksual.[10]
Daun seribu terkenal efeknya dalam meredakan nyeri dan berbagai peradangan. Beberapa studi telah mengamati pengaruh daun seribu khususnya pada nyeri haid (dismenore).
Dalam pengobatan rakyat Iran, daun seribu sangat populer untuk mengobati berbagai penyakit termasuk peradangan, nyeri haid dan gangguan pencernaan.[14]
Hasil sebuah uji coba secara acak menunjukkan bahwa daun seribu merupakan alternatif penyembuhan yang efektif untuk siswa dengan dismenore primer. Daun seribu terbukti meningkatkan perbaikan gejala nyeri haid setelah 1 dan 2 bulan memulai pengobatan.[14]
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa penggunaan daun seribu efektif dalam mengurangi nyeri dan durasi perdarahan menstruasi, tetapi tidak ada penelitian lebih lanjut tentang pengaruhnya pada bantuan dismenore primer.[14]
Saat ini, daun seribu banyak terkandung dalam campuran teh industri dan beberapa ramuan jamu.
Dalam menggunakan daun seribu atau memasaknya diperlukan kewaspadaan. Karena dosis besar maupun konsumsi dalam jangka waktu panjang atau sering dapat berpotensi berbahaya, menyebabkan kemerahan atau alergi dan membuat kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari.[9]
Dilaporkan juga pada sebuah kasus, seorang wanita mengonsumsi bentuk teh dari rebusan daun seribu untuk tujuan klinis (mencegah perdarahan). Namun setelah lima hari timbul gejala seperti penglihatan kabur, mulut kering, wajah memerah dan jantung berdebar.[15]
Daun seribu telah terkenal sejak zaman nenek moyang dalam penggunaannya sebagai tanaman obat, namun ternyata daun seribu juga merupakan sayuran yang aman untuk dimakan. Bagian daun dan bunga dari daun seribu bisa dimasak maupun disayur.
Daun seribu biasanya digunakan untuk kuliner karena aromanya yang khas dan juga mudah ditemukan.
Ide Penyajian Daun Seribu
Daun seribu merupakan tanaman yang tahan lama. Jika dipanen saat musim panas, daun seribu bisa dikeringkan dan disimpan terlebih dahulu untuk digunakan kemudian.[14]
Begitu memanennya perhatikan untuk membuang semua dedaunan dan kepala benih yang mati dari area tanaman daun seribu setelah selesai memangkasnya.
Dedaunan tua dan mati bisa menjadi sumber penyakit dan serangga. Buang potongan-potongan ini di tempat sampah kompos atau tempat pembuangan limbah yang sesuai.[17]
Daun seribu atau masyarakat jawa lebih mengenalnya dengan godhong sewu, merupakan sayuran yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh. Terkenal untuk meredakan nyeri dan berbagai peradangan, penyakit degeneratif (berhubungan dengan usia yang semakin tua) hingga impotensi.
1. Anonym. Achillea millefolium (yarrow). CAB International; 2019.
2. Anonym. Common Yarrow - Achillea millefolium. Montana Field Guide, Montana Natural Heritage Program; 2020.
3. Condé Nast. Spices, dill weed, dried. The Self Nutrition Data; 2018.
4. Aleksoff, Keith C., compiler. Effects of a wildfire on common yarrow at White Cap Creek, Idaho. In: Achillea millefolium. In: Fire Effects Information System, [Online]. U.S. Department of Agriculture, Forest Service, Rocky Mountain Research Station, Fire Sciences Laboratory (Producer); 1999.
5. Alberski, Jacek & Grzegorczyk, Stefan & Kozikowski, Adam & Olszewska, Marzena. Habitat occurrence and nutrition value of Achillea millefolium L. in grasslands. 14(3): 429–436. Journal of Elementology; 2009.
6. Ayoobi, F., Shamsizadeh, A., Fatemi, I., Vakilian, A., Allahtavakoli, M., Hassanshahi, G., & Moghadam-Ahmadi, A. Bio-effectiveness of The Main Flavonoids of Achillea millefolium In The Pathophysiology of Neurodegenerative Disorders- A Review. 20(6), 604–612. Iranian journal of Basic Medical Sciences; 2017.
7. Giani F.Santoro., Maria G.Cardoso., Luiz Gustavo L.Guimarães., Lidiany Z.Mendonça and Maurilio J.Soaresad. Trypanosoma cruzi: Activity of essential oils from Achillea millefolium L., Syzygium aromaticum L. and Ocimum basilicum L. on epimastigotes and trypomastigotes. 116(3): 283-290. Experimental Parasitology; 2007.
8. Majid Nimrouzi., Amir-MohammadJaladat and Mohammad M.Zarshenas. A Panoramic View of Medicinal Plants Traditionally Applied For Impotence And Erectile Dysfunction in Persian Medicine. 10(1): 7-12. Journal of Traditional and Complementary Medicine; 2020.
9. Foster, S., Duke, J. A., National Audubon Society., National Wildlife Federation., & Roger Tory Peterson Institute. A field guide to medicinal plants: Eastern and central North America. Boston: Houghton Mifflin; 1990.
10. Maria Inês Dias., Lillian Barros., Montserrat Dueñas., Eliana Pereira., Ana Maria Carvalho., Rita C. Alves., M. Beatriz P. P. Oliveir., Celestino Santos-Buelga and Isabel C.F.R.Ferreira. Chemical Composition of Wild And Commercial Achillea millefolium L. And Bioactivity of The Methanolic Extract, Infusion And Decoction. Volume 141, Issue 4. Food Chemistry; 2013.
11. Esra Küpeli Akkol., Ufuk Koca., Ipek Pesin and Demet Yilmazer. Evaluation of the Wound Healing Potential of Achillea biebersteinii Afan. (Asteraceae) by In Vivo Excision and Incision Models. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, Hindawi Publishing Corporation; 2011.
12. Malcolm Stuart. (Editor). The Encyclopedia of Herbs and Herbalism Orbis Publishing. 1st. London; 1979.
13. Birgit Benedek., Brigitte Kopp and Matthias F.Melzig. Achillea millefolium L. s.l. – Is the Anti-Inflammatory Activity Mediated by Protease Inhibition?. 13(2): 312-317. Journal of Ethnopharmacology; 2007.
14. Jenabi, Ensiyeh & Fereidooni, Bita. Effect of Achillea Millefolium on Relief of Primary Dysmenorrhea: A Double-Blind Randomized Clinical Trial. 28(5): 402-404 .Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology; 2014.
15. Dogan, Nurettin & Cevik, Yunsur & Gunaydın, Gul. An Unexpected Anticholinergic Effect due to Yarrow (Achillea millefolium). 4(3): 89-91. Journal of Academic Emergency Medicine Case Reports.; 2013.
16. Shikov, A. N., Tsitsilin, A. N., Pozharitskaya, O. N., Makarov, V. G., & Heinrich, M. Traditional and Current Food Use of Wild Plants Listed in the Russian Pharmacopoeia. 8: 841. Frontiers in pharmacology; 2017.
17. Victoria Bailey. How to Prune a Yarrow Plant. SF Gate, Hearst Commucations Inc; 2018.