Penyakit & Kelainan

Degenerasi Makula : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Age-relates degenerasi makula (AMD) adalah penyakit mata yang memburuk seiring berjalannya waktu. Penyakit ini merupakan penyebab utama kebutaan permanen pada orang dengan usia lebih dari 60 tahun. AMD

Apa Itu Degenerasi Makula?

Degenerasi makula atau yang dikenal dengan istilah AMD (age-related macular degeneration) merupakan sebuah kondisi penglihatan yang terganggu [1,2,3,4,5,6,7].

Degenerasi makula lebih rentan terjadi pada lansia di mana hal ini ditandai dengan pandangan yang buram [1].

Kondisi ini juga akan berakibat pada penurunan kemampuan penderitanya dalam menulis, membaca, mengenali wajah, serta mengemudi.

Tinjauan
Degenerasi makula atau age-related macular degeneration adalah gangguan penglihatan yang terjadi pada usia lanjut, ditandai dengan penglihatan buram hingga tak lagi mampu beraktivitas seperti biasa.

Fakta Tentang Degenerasi Makula

  1. Prevalensi degenerasi makula secara global adalah sekitar 170 juta orang [1].
  2. Di Amerika Serikat, prevalensi degenerasi makula mencapai 11 juta orang [1].
  3. Menurut data WHO (World Health Organization/Badan Kesehatan Dunia), degenerasi makula merupakan penyebab gangguan penglihatan paling umum menyusul katarak dan gangguan refraksi [1].
  4. Menurut perkiraan para ahli, prevalensi degenerasi makula secara global mencapai angka 228 juta orang di tahun 2040 [1].
  5. Di negara berkembang, orang-orang berusia 50 tahun ke atas yang mengalami kehilangan penglihatan rata-rata disebabkan oleh degenerasi makula [2].
  6. Jika gangguan mata progresif terjadi di usia 50 tahun ke bawah, hal ini bukan disebut sebagai degenerasi makula, melainkan distrofi makular herediter yang ditandai dengan gejala klonis mirip degenerasi makula [2].
  7. Di Indonesia, prevalensi degenerasi makula sendiri belum diketahui jelas, namun terdapat 0,13% kasus kelainan retina yang dapat menyebabkan kebutaan pada penderitanya selain disebabkan oleh kelainan refraksi, glaukoma, dan katarak [2].

Jenis Degenerasi Makula

Degenerasi makula terklasifikasi menjadi dua kondisi, yaitu degenerasi makula basah dan degenerasi makula kering [1,3,4,5].

Degenerasi Makula Basah

Degenerasi makula basah tergolong sebagai jenis kondisi yang lebih jarang dijumpai [4].

Kondisi ini hanya terjadi ketika pembuluh darah mengalami kelainan di bawah makula dan retina [1,3,4,5,6].

Kasus ini pun diketahui hanya terdapat 10-15% saja di dunia menunjukkan bahwa kondisi tak seumum degenerasi makula kering [6].

Degenerasi Makula Kering

Degenerasi makula kering merupakan jenis kondisi yang paling umum dengan jumlah kasus sekitar 85-90% secara global [7].

Kondisi ini umumnya terjadi karena adanya drusen (endapan kuning kecil) di bawah makula dan terus berkembang [1,3,4,5,7].

Tinjauan
Degenerasi makula terdiri dari dua jenis kondisi, degenerasi makula basah (lebih jarang dijumpai namun gejala lebih cepat berkembang) dan kering (lebih banyak dijumpai namun gejala berkembang secara bertahap).

Penyebab Degenerasi Makula

Belum diketahui secara pasti mengapa seseorang dapat mengalami degenerasi makula sehingga penyebabnya belum jelas hingga kini.

Namun, terdapat beberapa faktor yang berpotensi meningkatkan risiko degenerasi makula pada beberapa orang, seperti [1,3,4,5,6] :

  • Faktor usia. Hal ini dikarenakan degenerasi makula rata-rata diderita oleh orang-orang yang berusia 60 tahun ke atas atau kelompok usia lanjut.
  • Kebiasaan merokok.
  • Menderita kolesterol tinggi.
  • Memiliki penyakit kardiovaskular.
  • Obesitas
  • Faktor riwayat keluarga. Seseorang yang mempunyai anggota keluarga dengan kondisi degenerasi makula memiliki risiko lebih tinggi dalam menderita kondisi yang sama.
  • Faktor etnis. Etnis Kaukasia berisiko lebih tinggi dalam menderita degenerasi makula.
  • Paparan sinar matahari berlebih dan jangka panjang.
Tinjauan
Faktor gaya hidup yang kurang sehat dapat menjadi pemicu degenerasi makula.

Gejala Degenerasi Makula

Degenerasi makula di awal kondisi bersifat asimptomatik atau tanpa gejala [3].

Gejala bisa saja timbul di awal namun kerap tak disadari karena pada dasarnya degenerasi makula merupakan penyakit progresif [1,3,4,5,6,7].

Kondisi akan terlihat atau dirasakan ketika semakin memburuk seiring waktu, yakni dimulai dengan gangguan penglihatan.

Bagian tengah ruang penglihatan penderita adalah yang paling terpengaruh di mana penderita dalam hal ini tak merasakannya di awal [1,3,4,6].

Gangguan penglihatan dapat memengaruhi satu atau kedua sisi mata di saat yang sama.

Berikut ini merupakan deretan gejala yang timbul ketika seseorang  mengalami degenerasi makula [1,3,4,5,6,7,8] :

  • Ruang pandang sebelah tengah penderita berkurang.
  • Penglihatan buram.
  • Membutuhkan pencahayaan yang sangat terang untuk dapat melihat dengan nyaman.
  • Distorsi garis lurus pada ruang penglihatan penderita.
  • Kerusakan retina.
  • Kesulitan dalam mengenali wajah orang lain.
  • Kesulitan dalam beradaptasi dengan tingkat pencahayaan yang rendah.

Pada jenis kondisi degenerasi makula basah, beberapa gejala yang dapat dialami oleh pasien antara lain [3,5] :

  • Muncul titik gelap pada bagian tengah penglihatan yang disebabkan oleh cairan yang bocor atau perdarahan pembuluh darah.
  • Muncul titik buram pada bidang penglihatan.
  • Penglihatan buram.
  • Gejala memburuk dengan cepat.

Dibandingkan dengan degenerasi makula kering, perkembangan gejala degenerasi makula basah jauh lebih cepat [1].

Sehingga ketika tidak segera ditangani, gejala degenerasi basah lebih cepat memburuk.

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Jika penglihatan mulai buram, ditambah penglihatan terhadap warna mengalami perbedaan, pastikan untuk segera ke dokter.

Bagi penderita gangguan penglihatan yang sudah berusia di atas 50 tahun, pastikan untuk mengunjungi dokter ketika penglihatan mulai terganggu.

Sekecil apapun gejala, segera periksakan agar bisa memperoleh penanganan dengan cepat.

Alangkah lebih baik apabila pemeriksaan mata dengan mengunjungi dokter spesialis mata dilakukan secara berkala.

Hal ini bertujuan agar masalah penglihatan apapun dapat terdeteksi sedari dini.

Tinjauan
Gejala degenerasi makula yang utama adalah menurunnya tingkat ruang pandang tengah, penglihatan buram, kebutuhan pencahayaan yang lebih terang, distorsi garis lurus, kerusakan retina, sulit mengenali wajah, sulit melihat di tingkat cahaya rendah.

Pemeriksaan Degenerasi Makula

Gejala yang masih cenderung awal tidak disadari oleh kebanyakan penderita sehingga pemeriksaan mata justru dilakukan saat gejala berkembang semakin buruk.

Berikut ini adalah beberapa metode pemeriksaan yang diterapkan oleh dokter dalam mendiagnosa degenerasi makula.

  • Tes Garis Amsler

Dokter yang mencurigai adanya kondisi degenerasi makula pada pasien biasanya merekomendasikan tes garis Amsler untuk memastikannya [1,3].

Pada prosedur pemeriksaan ini, dokter akan meminta pasien melihat sejumlah gambar yang mengandung garis horisontal maupun vertikal.

Dokter akan merekomendaiskan pasien beberapa tes lanjutan apabila dari tes garis Amsler didapati adanya kelainan.

  • Oftalmoskopi

Oftalmoskopi juga merupakan metode pemeriksaan yang diterapkan oleh dokter dalam memeriksa kelainan pada mata pasien [6].

Oftalmoskop adalah alat khusus yang dokter gunakan dalam pemeriksaan bagian belakang mata pasien.

Pemeriksaan bagian belakang mata untuk memastikan adanya kelainan pada mata pasien adalah fluorescein angiography [1,3,4,5,6].

Dokter lebih dulu menyuntikkan zat pewarna khusus pada pembuluh darah yang bertujuan agar kebocoran di pembuluh darah mata terlihat.

  • Optical Coherence Tomography

Pemeriksaan belakang mata juga dilakukan dengan metode optical coherence tomography [1,3,4,5].

Dokter dalam prosedur ini menggunakan sinar khusus agar gangguan pada makula dapat terlihat.

Gangguan pada makula akan dapat dilihat lebih jelas dan detail melalui sinar khusus tersebut.

Prosedur pemeriksaan satu ini mirip dengan fluorescein angiography, namun tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengonfirmasi hasil dari fluorescein angiography [1].

Pada tes ini, dokter akan menyuntikkan zat pewarna khusus ke lengan pasien dan kemudian mendiagnosa jenis degenerasi makula yang diderita pasien, degenerasi makula basah atau degenerasi makula kering.

Tahap Kondisi Degenerasi Makula

Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis makula pasien, berikut ini adalah empat kelompok kondisi degenerasi makula [1] :

  • Kelompok 1 : Pada kondisi ini, tidak terdapat drusen pada bagian bawah makula.
  • Kelompok 2 : Kondisi ini adalah tahap awal degenerasi makula dengan keberadaan lebih dari 15 drusen.
  • Kelompok 3 : Kondisi ini adalah kondisi tahap sedang yang ditandai dengan keberadaan setidaknya satu drusen besar.
  • Kelompok 4 : Kondisi degenerasi makula ini merupakan tahap lanjut atau tahap yang lebih parah.
Tinjauan
Metode diagnosa yang perlu ditempuh pasien antara lain adalah tes garis amsler, oftalmoskopi, fluorescein angiography, optical coherence tomography dan indocyanine green angiography. 

Pengobatan Degenerasi Makula

Penanganan kondisi degenerasi makula tergantung dari jenis kondisi yang dialami oleh pasien.

Namun umumnya, penanganan yang diberikan hanya bertujuan memperlambat perkembangan gejala.

Sebab hingga kini belum ada pengobatan yang efektif dalam menyembuhkan degenerasi makula secara total.

Pengobatan Awal

Pada kasus degenerasi makula dengan gejala yang masih awal, biasanya pasien tidak perlu menempuh pengobatan apapun.

Namun, dokter akan menyarankan pasien agar menempuh pemeriksaan mata setidaknya setahun sekali untuk mengetahui perkembangannya [10].

Selama masih gejala awal, dokter kemungkinan juga menyarankan pasien untuk menjalani pola hidup sehat seperti [9,11] :

  • Menjaga berat badan agar tidak mengalami obesitas.
  • Melakukan olahraga secara rutin.
  • Tidak merokok.
  • Mengonsumsi suplemen dengan kandungan vitamin C, vitamin E serta zinc (pastikan berkonsultasi dengan dokter lebih dulu mengenai penggunaannya agar tidak salah dosis).
  • Mengonsumsi makanan-makanan dengan kandungan mineral zinc tinggi, seperti roti gandum, yogurt, keju, susu dan daging sapi.
  • Mengonsumsi makanan berantioksidan tinggi, seperti kacang-kacangan, brokoli, dan bayam.

Pengobatan Degenerasi Makula Kering

Bagi penderita degenerasi makula kering, biasanya dokter akan langsung merujukkan pasien ke dokter spesialis rehabilitasi penglihatan rendah [12].

Namun, para penderita perlu menyiapkan diri untuk opsi bedah karena biasanya dokter tetap akan merekomendasikan operasi agar penglihatan pasien membaik.

Prosedur bedah yang dimaksud di sini adalah implantasi lensa teleskopik ke dalam mata pasien [13].

Guna lensa tersebut adalah sebagai pengganti lensa mata alami yang akan memperluas kembali bidang penglihatan pasien.

Pengobatan Degenerasi Makula Basah

Untuk mengatasi berbagai gejala yang berhubungan dengan degenerasi makula basah, pasien juga perlu ditangani oleh spesialis rehabilitasi penglihatan rendah.

Dokter spesialis ini akan membantu pasien dalam menyesuaikan diri dengan kondisi penurunan atau kehilangan penglihatan akibat degenerasi makula.

  • Anti-VEGF

Pemberian obat menjadi salah satu bentuk penanganan yang diberikan, terutama dalam bentuk obat tetes mata.

Obat yang dimaksud adalah anti-VEGF (vascular endothelial growth factor) ini bertujuan menghentikan pertumbuhan pembuluh darah baru [1,3,4,5,6,7].

Aflibercept dan ranibizumab adalah dua obat yang tergolong dalam anti-VEGF dan akan diresepkan kepada pasien.

Hanya saja, pasien baru akan mengalami kemajuan atau merasakan perbedaan kondisi setelah beberapa minggu perawatan dengan obat ini.

  • Terapi Fotodinamik

Selain obat seperti anti-VEGF, opsi pengobatan lainnya yang juga direkomendasikan oleh dokter adalah terapi fotodinamik [1,14].

Obat akan disuntikkan ke pembuluh vena pada salah satu lengan pasien, lalu dilanjutkan dengan penggunaan laser untuk menutup pembuluh darah yang pecah dan bocor [1].

Pasien perlu menjalani beberapa kali perawatan terapi fotodinamik ini untuk dapat mengalami peningkatan kemampuan melihat.

  • Fotokoagulasi

Fotokoagulasi adalah opsi perawatan lainnya untuk degenerasi makula yang juga memanfaatkan laser [1,3,4,6].

Pada prosedur ini, dokter menggunakan sinar laser bertenaga tinggi yang bertujuan utama menghancurkan pembuluh darah abnormal.

Fotokoagulasi ini juga bermanfaat untuk menghentikan perdarahan sekaligus mengurangi risiko kerusakan makula lebih jauh.

Namun seperti halnya metode medis pada umumnya, akan ada efek samping yang dialami pasien seperti bekas luka maupun titik buta di mata [6].

Pasien juga perlu mengetahui bahwa mengambil opsi fotokoagulasi bukan cara untuk menghilangkan pembuluh darah abnormal selamanya.

Meski fotokoagulasi sukses diterapkan pada pasien, tetap ada kemungkinan bahwa pembuluh darah abnormal tumbuh kembali.

Maka jika kondisi kembali seperti sebelumnya, pasien harus ke dokter untuk menjalani terapi fotokoagulasi lagi.

Tinjauan
- Perawatan mandiri dengan mengubah pola hidup dan memeriksakan mata setahun sekali dianjurkan bagi kondisi gejala degenerasi makula awal.
- Implantasi lensa teleskopik direkomendasikan untuk penderita degenerasi makula kering yang tak dapat ditangani dengan perawatan mandiri.
- Anti-VEGF, terapi fotodinamik, dan fotokoagulasi merupakan penanganan untuk penderita degenerasi makula basah.

Komplikasi Degenerasi Makula

Komplikasi yang paling tak nyaman untuk penderita degenerasi makula adalah ketika tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal karena penglihatan yang terganggu [3].

Ketika gejala semakin berkembang dan memburuk, aktivitas seperti membaca, menulis, mengemudi dan hal-hal lain pun menjadi terkendala.

Sejumlah risiko komplikasi lainnya yang berpotensi dialami penderita degenerasi makula adalah :

Ketika fungsi penglihatan tak lagi dapat digunakan secara maksimal, otak kemudian akan bekerja dengan menciptakan gambaran yang salah [15].

Hal ini disebut dengan istilah halusinasi, namun kondisi ini tidak berkaitan dengan gangguan kesehatan mental.

Jika hal ini sampai terjadi, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter agar kondisi halusinasi dapat diatasi.

  • Kecemasan hingga Depresi

Penderita degenerasi makula sebanyak 39% yang tak lagi dapat beraktivitas seperti biasa karena kondisi mata yang tak mendukung diketahui mengalami depresi [16].

Selain depresi, gangguan kecemasan turut menjadi kondisi komplikasi yang perlu diwaspadai.

Jika penderita mengalami kedua kondisi tersebut, dianjurkan untuk segera mengonsultasikannya dengan dokter.

Mendapatkan pengobatan dan melakukan konseling akan sangat membantu dalam mengatasi depresi serta kecemasan.

Tinjauan
Ketidakmampuan menjalani aktivitas sehari-hari karena keterbatasan penglihatan, halusinasi visual, hingga gangguan kecemasan dan depresi merupakan risiko-risiko komplikasi degenerasi makula.

Pencegahan Degenerasi Makula

Belum ada cara pasti untuk mencegah degenerasi makula agar tidak terjadi sama sekali.

Namun sebagai cara meminimalisir risikonya, beberapa upaya berikut dapat dilakukan [17] :

  • Rajin berolahraga.
  • Menjaga berat badan dan menghindari obesitas.
  • Mengonsumsi makanan sehat bernutrisi seimbang.
  • Berhenti merokok bagi perokok aktif dan tidak mencoba merokok bagi non-perokok.
  • Menjaga kadar tekanan darah dan kolesterol tetap normal dan stabil.
Tinjauan
Menjaga pola hidup tetap sehat adalah cara terbaik yang paling dianjurkan untuk menurunkan risiko degenerasi makula ketika usia terus bertambah tua.

1. Surabhi Ruia & Evan J. Kaufman. Macular Degeneration. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Clarissa E. Tany, Vera Sumual, & J. S. M. Saerang. Prevalensi age related macular degeneration di Poliklinik Mata BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2013 – Oktober 2015. Jurnal e-Clinic (eCl); 2016.
3. Wanjiku Mathenge. Age-related macular degeneration. Community Eye Health Journal; 2014.
4. Luis Fernando Hernández-Zimbrón, Ruben Zamora-Alvarado, Lenin Ochoa-De la Paz, Raul Velez-Montoya, Edgar Zenteno, Rosario Gulias-Cañizo, Hugo Quiroz-Mercado, & Roberto Gonzalez-Salinas. Age-Related Macular Degeneration: New Paradigms for Treatment and Management of AMD. Oxidative Medicine and Cellular Longevity; 2018.
5. Jayakrishna Ambati & Benjamin J. Fowler. Mechanisms of age-related macular degeneration. HHS Public Access; 2013.
6. Gregory S. Hageman, Karen Gehrs, Lincoln V. Johnson, & Don Anderson. Age-Related Macular Degeneration (AMD). National Center for Biotechnology Information; 2008.
7. Sepehr Bahadorani & Michael Singer. Recent advances in the management and understanding of macular degeneration. F1000 Research; 2017.
8. M A Mainster. Light and macular degeneration: a biophysical and clinical perspective. Eye (London, England); 1987.
9. Age-Related Eye Disease Study Research Group. A Randomized, Placebo-Controlled, Clinical Trial of High-Dose Supplementation With Vitamins C and E, Beta Carotene, and Zinc for Age-Related Macular Degeneration and Vision Loss. HHS Public Access; 2006.
10. Medical Advisory Secretariat. Routine Eye Examinations for Persons 20-64 Years of Age. Ontario Health Technology Assessment Series; 2006.
11. Harshil Dharamdasani Detaram, Paul Mitchell, Joanna Russell, George Burlutsky, Gerald Liew & Bamini Gopinath. Dietary zinc intake is associated with macular fluid in neovascular age-related macular degeneration. Clinical & Experimental Ophthalmology; 2020.
12. Parth Shah, Stephen G. Schwartz, Scott Gartner, Ingrid U. Scott, & Harry W. Flynn, Jr. Low vision services: a practical guide for the clinician. Therapeutic Advances in Ophthalmology; 2018.
13. Amar Agarwal, Isaac Lipshitz, Soosan Jacob, Mandeep Lamba, Rahul Tiwari, Divya A Kumar, & Athiya Agarwal. Mirror telescopic intraocular lens for age-related macular degeneration: design and preliminary clinical results of the Lipshitz macular implant. Journal of Cataract and Refractive Surgery; 2008.
14. R Wormald, J Evans, L Smeeth, & K Henshaw. Photodynamic therapy for neovascular age-related macular degeneration. The Cochrane Database of Systemic Reviews; 2005.
15. S Y Cohen, A Bulik, R Tadayoni, & G Quentel. Visual hallucinations and Charles Bonnet syndrome after photodynamic therapy for age related macular degeneration. British Journal of Ophthalmology; 2003.
16. Verena R Cimarolli, Robin J Casten, Barry W Rovner, Vera Heyl, Silvia Sörensen, & Amy Horowitz. Anxiety and depression in patients with advanced macular degeneration: current perspectives. Clinical Ophthalmology; 2016.
17. Anonim. Macular Degeneration: Prevention & Risk Factors. BrightFocus Foundation; 2021.

Share