Penyakit & Kelainan

Penyebab Delirium pada Lansia, Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Delirium merupakan kondisi dimana terjadi perubahan atensi, kesadaran, dan kognisi yang akut dan fluktuatif. Kondisi ini seringkali umum pada lansia yang dirawat di rumah sakit dalam waktu lama, dan dapat

Delirium adalah kelainan akut yang terjadi pada aspek atensi dan kognisi. Hal ini umum terjadi, gejalanya jarang dikenali dan biasanya kondisi serius dan fatal pada lansia serta menyebabkan penderitaan. Diagnosisnya membutuhkan penilaian kognitif formal dan riwayat gejala akut pada saat onset. [1]

Delirium pertama kali diceritakan lebih dari 2500 tahun yang lalu. Walaupun begitu, kondisi ini kerap kali tak dikenali dan sedikit dipahami. Delirium adalah penurunan akut dalam fungsi kognitif dan menyerang 50% dari para lansia yang dirawat di rumah sakit. [1]

Kata delirium pertama kali digunakan sebagai istilah medis untuk menggambarkan kelainan mental yang terjadi selama demam dan cedera kepala. Seiring waktu berlalu istilah delirium berkembang untuk menggambarkan kondisi sindrom yang bersifat sementara, dapat balik, akut dan berubah-ubah. [2]

Di Amerika Serikat, pemerintah menggelontorkan dana lebih dari 164 juta dolar setiap tahunnya, sedangkan di 18 negara Eropa, pemerintah menggelontorkan dana lebih dari 182 juta dolar per tahunnya untuk menangani kasus delirium. [1]

Gejala Delirium pada Lansia

Ada beberapa gejala delirium yang dialami oleh lansia yaitu: [2,3]

  • Mengalami gangguan perhatian
  • Penurunan kemampuan untuk memusatkan perhatian
  • Penurunan kemampuan untuk mengarahkan perhatian
  • Penurunan kemampuan untuk mempertahankan perhatian
  • Penurunan kemampuan untuk mengalihkan perhatian
  • Mengalami gangguankesadaran
  • Penurunan orientasi terhadap lingkungan sekitar
  • Gangguan berkembang dalam waktu singkat (biasanya dalam hitungan jam sampai beberapa hari)
  • Gangguan dalam kognisi
  • Kehilangan ingatan
  • Disorientasi
  • Gangguan berbicara dna berbahasa
  • Gangguan pada penglihatan ruang
  • Gangguan persepsi
  • Merasa gelisah (hiperaktif delirium)
  • Mudah marah (hiperaktif delirium)
  • Mengalami kewaspadaan tinggi (hiperaktif delirium)
  • Mengalami halusinasi dan delusi (hiperaktif delirium)
  • Letargi (hipoaktif delirium)
  • Sedasi (hipoaktif delirium)
  • Menanggapi pertanyaan dengan lambat (hipoaktif delirium)
  • Menunjukkan sedikit pergerakan spontan (hipoaktif delirium)

Penyebab Delirium pada Lansia

Pada lansia, delirium dapat disebabkan oleh berbagai macam alasan. Penyebab tersebut termasuk: [2,4]

  • Infeksi
  • Penyakit medis serius lainnya (misalnya serangan jantung, gagal ginjal, stroke dan lain-lain)
  • Ketidakseimbangan metabolisme
  • Dehidrasi
  • Efek samping obat-obatan
  • Kekurangan tidur
  • Nyeri yang tidak dikendalikan
  • Gangguan fungsi sensoris (misalnya buruknya penglihatan dan pendengaran, yang dapat memburuk jika seseorang tidak menggunakan kacamata atau alat bantu dengar yang biasa dipakai)
  • Penarikan alkohol
  • Hipoksemia (rendahnya kadar oksigen dalam darah)
  • Peradangan sistemik
  • Gangguan fungsi metabolisme otak secara menyeluruh
  • Tanggapan terhadap stres akut
  • Cedera pada saraf dan otak
  • Hipoglikemia (rendahnya kadar gula dalam darah)

Faktor Resiko Delirium pada Lansia

Perkembangan delirium bergantung pada interaksi rumit antara berbagai macam faktor resiko. Beberapa faktor dapat diubah dan merupakan sasaran potensial untuk dicegah. Pada pasien lansia, demensia merupakan faktor paling penting terhadap delirium yakni sebanyak 2/3 dari seluruh kasus delirium yang ada. [2]

Beberapa faktor resiko yang mampu menimbulkan delirium pada lansia adalah: [1,3]

  • Demensia
  • Gangguan fungsi kognitif
  • Riwayat delirium
  • Gangguan fungsional
  • Gangguan fungsi penglihatan
  • Gangguan fungsi pendengaran
  • Menderita sakit parah
  • Depresi
  • Riwayat iskemia sementara/ stroke
  • Penyalahgunaan alkohol
  • Nyeri kronis
  • Berjenis kelamin laki-laki
  • Depresi
  • Jatuh
  • Kekurangan gizi
  • Penyiksaan pada lansia
  • Gangguan fungsi sensoris
  • Ketidakmampuan untuk bergerak
  • Isolasi dari masyarakat
  • Dehidrasi
  • Patah tulang
  • Hipoksia
  • Infeksi
  • Malnutrisi
  • Nyeri yang tak dikendalikan
  • Retensi urin atau tinja
  • Kekurangan tidur
  • Penggunaan obat-obatan tertentu misalnya jenis antikolinergik, antikonvulsan, benzodiazepine, antidepresan trisiklik, meperidine, antivirus, kortikosteroid
  • Kekurangan tidur

Diagnosis Delirium pada Lansia

Kenyataannya gangguan fungsi kognitif dapat tidak diperhatikan selama proses pemeriksaan rutin, suatu penilaian fungsi kognitif singkat haruslah dimasukkan ke dalam pemeriksaan fisik pada pasien yang beresiko mengalami delirium. Suatu metode yang telah dibakukan yakni Confusion Assessment Method (CAM), menyediakan algoritma diagnosis singkat dan tervalidasi yang saat ini tersebar luas untuk digunakan mengidentifikasi delirium. [2]

Algoritma CAM bergantung pada adanya onset akut pada gejala dan perulangan gejala yang fluktuatif, tidak memusatkan perhatian, atau cara berpikir yang tidak berhubungan, atau tingkat kesadaran yang berubah. Algoritma CAM mempunyai sensitivitas antara 94-100%, ketepatan terhadap diagnosis 90-95%, dan reliabilitas antar penilai yang tinggi ketika dilakukan oleh pewawancara yang terlatih. [2]

Pengobatan Delirium pada Lansia

Segera setelah lansia didiagnosis delirium pada pasien yang dirawat di rumah sakit, penting untuk mengidentifikasi dan menangani alasan dibalik terjadinya delirium. Setelah faktor penyebab diketahui, fokus pengobatan harus berubah ke arah nonfarmakologis, menyediakan perawatan berdasarkan gejala, dan mencegah komplikasi. [3]

Walaupun narkotika mempunyai resiko memicu delirium, panduan menganjurkan pemberian narkotika pada pasien yang nyerinya tak terkendali melalui rencana penanganan nyeri yang mungkin termasuk pemberian obat-obatan bergolongan narkotika. [3]

Terapi obat hanya diberikan pada pasien yang terancam keselamatan nyawanya atau pasien yang mengancam keselamatan orang lain. Obat yang diberikan adalah haloperidol. Obat ini menjadi pilihan dalam penanganan delirium meskipun mempunyai efek ekstrapiramidal yang tinggi. [3]

Pencegahan Delirium pada Lansia

Diperkirakan sebanyak 30-40% kasus delirium dapat dicegah. Pencegahan merupakan siasat efektif untuk meminimalisasi terjadinya delirium, dan efek setelah terjadinya delirium. Adapun beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk mencegah terjadinya delirium pada lansia yaitu: [2,3]

  • Menghindari penggunaan obat-obatan antikolinergik, benzodiazepine, dan beberapa obat lain yang dapat memicu terjadinya delirium
  • Menjaga orientasi lansia terhadap keadaan sekitarnya
  • Memenuhi kebutuhan gizi lansia dengan cukup
  • Memberikan cairan dengan jumlah memadai kepada lansia
  • Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur lansia dengan cukup
  • Membantu lansia melakukan gerakan sederhana pada lansia yang mengalami keterbatasan fisik
  • Menyediakan penyesuaian penglihatan dan pendengaran terhadap lansia yang mempunyai gangguan fungsi sensoris
  • Para perawat lansia harus memberikan perintah yang jelas dan sering membuat kontak mata dengan lansia
  • Memberikan kacamata atau alat bantu dengar pada pasien lansia dengan gangguan fungsi sensoris
  • Membatasi pertukaran ruangan atau staf
  • Menyediakan tempat isirahat pasien yang hening dengan cahaya rendah pada saat malam
  • Mengurangi tingkat stres pada lansia
  • Memastikan jam dan kalendar yang masih berfungsi mudah dilihat oleh pasien
  • Memberitahu dan menjelaskan kembali pada pasien, sedang berada dimana mereka, siapa mereka, dan ahli kesehatan yang terlibat dalam perawatan kesehatan mereka
  • Mendorong atau memfasilitasi kunjungan berkala oleh anggota keluarga
  • Hindari melakukan prosedur medis pada jam tidur pasien
  • Jadwalkan pemberian obat agar tidak mengganggu siklus tidur
  • Hindarkan pasien dari tidur sejenak di siang hari
  • Hindari penggunaan kateter untuk mencegah infeksi yang akan memicu terjadinya delirium

1. Sharon K. Inouye, Rudi G. J. Westendorp, & Jane S. Saczynski, Delirium in elderly people. The Lancet; 2014.
2. Tamara G. Fong, Samir R. Tulebaev, & Sharon K. Inouye. Delirium in elderly adults: diagnosis, prevention and treatment. Nature Reviews Neurology; 2009.
3. Virginia B. Kalish, Joseph E. Gillham, & Brian K. Unwin. Delirium in Older Persons: Evaluation and Management. American Family Physician; 2014.
4. Leslie Kernisan. 10 Things to Know About Delirium. Betterh Health While Aging; 2017.

Share