Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Dermatitis perioral adalah ruam peradangan pada area kulit di sekitar mulut. Ruam ini dapat menyebar ke area hidung atau bahkan mata, bersisik atau berbentuk tonjolan berwarna merah. Ruam juga dapat berair
Daftar isi
Dermatitis perioral merupakan peradangan atau ruam yang paling sering terjadi pada wanita dewasa muda berupa papula inflamasi kecil dan pustula (bercak merah muda bersisik) di sekitar mulut [1].
Perioral sendiri merupakan daerah penyebaran yang paling umum, sehingga disebut sebagai dermatitis perioral. Meskipun demikian, dermatitis perioral ini diketahui juga dapat menyebar dan mempengaruhi daerah lain termasuk periokular dan paranasal [1].
Penyakit dermatitis perioral ini diketahui dapat berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan bulan [2]. Dermatitis perioral diketahui dapat sembuh dengan terapi namun tidak menutup kemungkinan menjadi kronis dan berulang [1]. Simak penjelasan selangkapnya.
Gejala yang paling umum terjadi pada penderita dermatitis perioral yaitu adanya ruam di kulit sekitar area mulut dan dapat juga menyebar ke area lainnya [2].
Berikut ini merupakan gejala yang muncul jika seseorang mengalami dermatitis perioral [2, 3]:
Mengetahui gejala gejala dermatitis perioral ini dapat membantu proses diagnosis sehingga dapat segera diidentifikasi dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Penyebab dari dermatitis perioral hingga kini masih belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa eksposur lingkungan yang diyakini terkait dengan etiologinya. Adapun eksposur lingkungan yang kemungkinan dapat menjadi penyebab dermatitis perioral antara lain [1]:
Beberapa pasien menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan kortikosteroid topikal dan dermatitis perioral. Di mana, penggunaan steroid topikal dapat secara kronis meningkatkan risiko berkembangnya penyakit dermatitis perioral.
Dan setelah penggunaan steroid topikal dapat terjadi erupsi berulang. Artinya, penggunaan steroid topikal ini akan menimbulkan ketergantungan jangka panjang.
Selain itu, penggunaan steroid topikal kronis diketahui dapat mengakibatkan dermatitis perioral berkembang menjadi parah termasuk menjadi subtipe granulomatosa dari penyakit ini.
Tidak hanya steroid topikal saja, ternyata dermatitis perioral diketahui juga dapat terjadi akibat penggunaan kortikosteroid hidung dan inhalasi. Meskipun demikian, hingga kini mekanisme pastinya masih belum dipahami.
Dermatitis perioral diketahui dapat disebabkan oleh adanya infeksi dari sumber infeksius tertentu termasuk Candida albicans, bakteri fusiform, dan tungau Demodex.
Dermatitis perioral diketahui dapat disebabkan oleh penggunaan pasta gigi berfluorinasi. Mengingat, pasta gigi umumnya akan berkontak dengan kulit sekitar mulut ketika digunakan. Selain itu, permen karet dan tambalan gigi juga telah dikaitkan dengan dermatitis perioral.
Produk kosmetik tertentu, seperti kombinasi penggunaan pelembab dan alas bedak, serta tabir surya fisik, memiliki berkaitan dengan etiologi dermatitis perioral pada beberapa pasien. Dengan kata lain, produk kosmetik tersebut memiliki kemungkinan mengembangkan dermatitis perioral.
Hormonal diketahui memiliki keterkaitan dengan dermatitis perioral. Mengingat dermatitis perioral umumnya didominasi oleh wanita. Dalam hal ini penggunaan pil kb atau alat kontrasepsi diketahui berkaitan dengan dermatitis perioral.
Secara lengkapnya, etiologi dari dermatitis perioral ini dapat dikelompokkan sebagai berikut [5]:
Obat | Kosmetik | Faktor Fisik | Faktor Mikrobiologi | Faktor Lain |
Steroid Topikal (Flourinated / non Fluorinated) | Odol Fluorionated | Sinar UV | Fusiform spirilla bacteria | Hormonal |
Inhalasi | Salep dan Krim Perawatan Kulit Tertentu | Panas | Candida species | Gangguan Gastrointestinal (Malabsrobsi) |
Angin | Demodex folliculorum | Stress | ||
Sarung tangan lateks | ||||
Lipstik |
Faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami dermatitis perioral antara lain [2, 3] :
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat dermatitis perioral antara lain [4]:
Dermatitis periorifisial granulomatosa adalah varian dari dermatitis periorifisial yang muncul dengan papula kekuningan yang persisten. Penyakit ini umumnya terjadi pada anak kecil dan hampir selalu mengikuti penggunaan kortikosteroid. Terdapat infiltrat perifollicular granulomatosa pada histopatologi.
Rosacea steroid muncul dengan papula wajah besar yang diinduksi steroid, papulopustula, dan telangiektasia di bagian tengah wajah, termasuk dahi dan pipi.
Diagnosis dermatitis perioral umumnya akan diawali pemeriksaan visual dan pertanyaan terkait dengan riwayat kesehatan. Selain itu, dalam mendiagnosis dermatitis perioral dokter juga akan melakukan tes kultur kulit. Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi lainnya [2].
Dalam proses tes kultur kulit ini, dokter akan mengusap sebagian kecil kulit di area yang terkena. Kemudian, sampel tersebut akan dikirim ke laboratorium untuk diuji terkait keberadaan bakteri atau jamur pada sel kulit tersebut [2].
Jika ruam yang menjadi gejala dermatitis perioral tidak merespon pengobatan standar, maka dokter mungkin juga akan melakukan biopsi kulit [2].
Dermatitis perioral diketahui dapat diobati dengan menggunakan beberapa metode yang antara lain [2]:
Metode pengobatan standar untuk penyakit dermatitis perioral yaitu dengan mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter. Adapun obat obatan yang mungkin akan diresepkan oleh dokter untuk menangani gejala dermatitis perioral ini dapat meliputi:
Selain mengonsumsi obat, umumnya pengobatan dermatitis perioral juga dilakukan melalui perubahan gaya hidup. Mengingat, perubahan gaya hidup ini akan sangat membantu efektivitas penyembuhan dermatitis perioral jika dilakukan bersamaan dengan konsumsi obat yang diresepkan oleh dokter [2].
Adapun perubahan gaya hidup yang dapat membantu proses pengobatan dermatitis perioral antara lain [2]:
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk dermatitis perioral ini lebih kepada membantu meringankan atau mencegahnya menjadi lebih buruk. Adapun langkah yang dapat dilakukan antara lain [2]:
Steroid topikal dalam bentuk krim maupun salep harus dihindari, kecuali jika diarahkan secara khusus oleh dokter. Mengingat, adanya hubungan antara penggunaan steroid topikal dengan terjadinya dermatitis perioral.
Sebelum memilih menggunakan skincare atau kosmetik, sebaiknya melakukan konsultasi kepada dokter kulit khususnya jika memiliki kulit yang sensitif. Dengan mengetahui kondisi kulit, dokter akan dapat memberikan saran bahan bahan atau skincare dan kosmetik apa yang aman digunakan.
Namun, jika kulit normal maka cukup dengan menghindari menggunakan skincare atau kosmetik yang memiliki bahan berat dan keras. Mengingat bahan yang keras dapat memberikan efek negatif pada kulit.
Sinar ultraviolet (UV) diketahui dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan kulit, termasuk memperburuk dermatitis perioral. Untuk itu, agar masalah kulit dapat dihindari dan menjaga kulit tetap sehat, melindungi kulit dari paparan sinar UV dapat menjadi solusi.
Melindungi kulit dari paparan sinar UV ini diketahui dapat dilakukan dengan membatasi waktu kontak kulit dengan paparan sinar matahari.
Jika sudah memiliki faktor risiko dermatitis perioral sangat disarankan untuk menjaga pola makan. Dalam hal ini, menghindari konsumsi makanan pedas yang berpotensi menyebabkan infeksi adalah pilihan terbaik untuk mencegah dermatitis perioral berkembang.
Kebersihan barang barang yang kemungkinan sering digunakan atau bersentuhan langsung dengan kulit wajah seperti sarung bantal, layar handphone maupun masker adalah hal yang penting untuk mencegah infeksi terjadi.
Dengan demikian, kemungkinan berkembangnya penyakit dermatitis perioral akibat infeksi dapat dicegah.
1. Leila Tolaymat & Matthew R. Hall. Perioral Dermatitis. National Center for Biotechnology Information, US. National Library of Medicine, National Institutes of Health; 2020.
2. Tricia Kinman & Sarah Taylor. Perioral Dermatitis: Symptoms, Causes, and Treatment. Healthline; 2018,
3. Lana Burgess & Cynthia Cobb. What is perioral dermatitis and how is it treated?. Medical News Today; 2018.
4. Amanda Oakley & Vanessa Ngan. Periorificial dermatitis. DermNets; 2020.
5. Jasna Lipozencic & Suzana Ljubojevic. Perioral dermatitis. Clinic in Dermatology; 2011.