Daftar isi
Diet alkaline adalah metode diet dengan mengatur pola makan agar pH tubuh lebih seimbang [1,2,3,5].
Pola diet pada diet alkaline adalah dengan mengasup makanan dengan sifat basa atau alkali setiap harinya [1,2,3,5].
Diet alkaline juga diketahui sebagai diet yang tidak sekadar bertujuan menurunkan berat badan, tapi juga mengendalikan perkembangan berbagai penyakit kronis serta meminimalisir risiko penuaan dini [1,2,3].
Apa itu pH tubuh?
Tubuh dapat berfungsi dengan baik ketika kadar asam basa dalam tubuh seimbang [1,2,3,4].
Pengukuran tingkat asam dan basa berada pada skala 0 hingga 14 [1,2,3,4].
Ketika pH urine menunjukkan angka 7,0 maka artinya kondisi tubuh tidak dalam kondisi asam maupun basa [1,2,3,4].
Bila pH urine berada di bawah angka 7,0 tentu ini dianggap sebagai asam dan di atas 7,0 merupakan tanda basa atau alkaline [1,2,3,4].
Tingkat asam tergolong tinggi ketika pH tubuh mencapai 2 hingga 3,5 di mana artinya perut dipenuhi dengan asam klorida yang mampu membantu proses pencernaan makanan [1,2,3,4].
Sementara itu, pH tubuh pada skala 7,36 hingga 7,44 menandakan bahwa darah tergolong basa [4].
Justru saat pH darah mengalami ketidakseimbangan kadar, penanganan diperlukan secepatnya agar tidak menjadi fatal [1].
Ini disebut dengan kondisi ketoasidosis dan bisa disebabkan oleh alkoholisme, kelaparan dan diabetes [6,7,8].
Kondisi seperti alkalosis adalah ketika darah bersifat terlalu basa, sedangkan asidosis adalah kondisi saat darah bersifat terlalu asam [1,5].
Diet alkaline menawarkan sejumlah manfaat bagi kesehatan tubuh, seperti di bawah ini.
1. Menurunkan Berat Badan
Diet alkaline adalah jenis diet rendah kalori sehingga ketika mengasup makanan berkalori rendah setiap hari akan membantu pelaku diet untuk menurunkan berat badan [1,2,3].
Karena asupan kalori rendah mampu memengaruhi berat badan, maka diet alkaline adalah salah satu yang bisa diandalkan, terutama jika diimbangi dengan aktivitas fisik [1,2,3].
2. Meningkatkan Kesehatan Otot
Seiring menuanya usia, massa otot akan menurun secara alami. Namun melalui diet alkalin, kelemahan dan penurunan massa otot dapat dicegah atau setidaknya diperlambat [2,9].
Sebuah studi tahun 2013 menunjukkan bahwa diet alkaline mampu meningkatkan kesehatan otot [9].
Bahkan pada 2.689 orang wanita, sebuah penelitian membuktikan bahwa ada peningkatan massa otot para partisipan ini dengan mengikuti metode diet alkaline dengan benar [9].
3. Mencegah Osteoporosis
Osteoporosis atau pengeroposan tulang meningkatkan risiko patah tulang, terutama pada wanita pasca menopause dan lansia [1,2,3].
Karena diet alkaline berfokus pada asupan sayur dan buah yang bermanfaat meningkatkan kesehatan tulang, tentu risiko osteoporosis dapat berkurang ketika menjalani diet ini dengan secara benar [1,2,3].
Tidak hanya sayuran dan buah, penting bagi pelaku diet alkaline untuk juga meningkatkan konsumsi protein tanpa lemak [1,2,3].
4. Mengatasi Sakit Punggung
Nyeri atau sakit punggung dapat pula diatasi dengan menempuh diet alkaline [2].
Beberapa penelitian kecil menunjukkan bahwa mineral alkaline mampu meredakan hingga menghilangkan rasa nyeri punggung [2,10].
Meski tidak secara langsung menyebutkan diet alkaline dan belum ada kepastian bahwa diet ini berhasil untuk penderita nyeri punggung, setidaknya makanan dan minuman mengandung alkaline dapat menurunkan risiko nyeri kronis pada punggung. [2]
5. Meningkatkan Kesehatan Ginjal
Pada beberapa orang, terutama dengan risiko tinggi penyakit ginjal, peningkatan kadar pH urine mampu meningkatkan pula kesehatan ginjal [2].
Hal ini terbukti melalui sebuah studi pada tahun 2017 di mana diet alkaline mampu memperlambat perkembangan gejala penyakit ginjal [11].
Penderita penyakit ginjal kronis dapat mempertimbangkan penerapan diet alkaline dan mengikutinya tanpa terlalu spesifik atau ketat [11].
Diet alkaline untuk penderita masalah ginjal bisa cukup dilakukan dengan mengurangi asupan keju, daging, dan susu (membatasi protein) [2,11].
6. Mencegah dan Mengatasi Penyakit Jantung
Diet alkaline adalah jenis diet yang meningkatkan kadar hormon pertumbuhan di mana hormon ini sangat bermanfaat dalam menurunkan risiko penyakit jantung [5,12].
Karena merupakan diet rendah kalori dan lemak, maka pelaku diet akan terhindar dari obesitas yang memicu penyakit jantung [2].
Selain itu, selama menjalani diet alkaline berarti mengurangi asupan daging olahan dan daging merah yang biasanya memperbesar potensi seseorang mengalami masalah pada jantung [2].
7. Menurunkan Risiko Kanker
Sebuah hasil studi tahun 2010 menunjukkan bahwa kanker dapat dicegah dengan mengurangi konsumsi daging dan memperbanyak asupan gandum, sayuran dan buah (serat) [13].
Walaupun tidak menyebutkan secara pasti bahwa diet alkaline berguna sebagai pencegah kanker, dengan menghindari makanan olahan, makanan berlemak tinggi, minuman ringan dan makanan tak sehat lainnya, ini cukup mirip dengan penerapan diet alkaline [2].
Sama halnya dengan upaya menurunkan risiko penyakit jantung, risiko kanker dapat berkurang ketika tubuh menerima asupan gandum, sayuran dan buah [2].
8. Mengurangi Risiko Diabetes
Sebuah hasil studi tahun 2014 yang dipublikasikan pada jurnal Diabetologia di Jerman menunjukkan bahwa 1.372 dari 66.485 orang wanita yang diobservasi selama 14 tahun mengalami diabetes [14].
Dari penelitian ini, hasil analisa para peneliti adalah bahwa diet tinggi asam meningkatkan risiko diabetes dan resistensi insulin secara signifikan [14].
Oleh sebab itu, diet tinggi basa atau tinggi alkaline lebih dianggap aman dan mampu mengurangi risiko diabetes [3].
Diet alkaline mampu mengubah pH air liur dan pH urine walaupun pada darah tidak bisa diubah [1,2,3].
Diet alkaline adalah metode diet dengan mengonsumsi makanan-makanan bermineral alkaline tinggi karena bersifat basa [1,2,3].
Rekomendasi pola makan adalah 70% makanan bersifat basa dan 30% makanan bersifat asam agar berat badan dapat turun atau setidaknya terjaga dengan baik.
Ketika berat badan tetap stabil pada angka ideal, kesehatan tubuh pun akan terpengaruh secara positif [1,2,3].
Namun selain mengasup makanan-makanan tinggi alkaline, selama menjalani diet ini tidak perlu mengonsumsi suplemen khusus [1].
Diet ini semakin bermanfaat ketika pelaku diet juga melakukan olahraga setiap hari masing-masing 30 menit secara rutin [1,2,3].
Namun untuk orang-orang dengan riwayat medis tertentu, sebelum menempuh diet alkaline perlu melakukan konsultasi lebih dulu dengan dokter atau ahli gizi.
Pada diet alkaline, asupan yang diutamakan adalah makanan serta minuman mengandung basa atau alkaline.
Berikut ini adalah anjuran maupun pantangan makanan serta minuman dalam diet alkaline yang perlu diperhatikan agar diet berhasil.
Beberapa makanan dan minuman yang baik untuk meningkatkan pH tubuh antara lain adalah [1,2,3] :
Sementara itu, beberapa asupan berikut ini tergolong sebagai makanan netral (bukan asam maupun basa) namun perlu dibatasi [1,2,3] :
Karena merupakan diet untuk meningkatkan asupan makanan bersifat basa, makanan dan minuman bersifat asam perlu dihindari, yaitu [1,2,3] :
Masih dibutuhkan penelitian lebih banyak mengenai efektivitas diet alkaline [1,3].
Jika menjalani diet alkaline tanpa menghitung asupan kalori, protein dan nutrisi lainnya, maka dikhawatirkan diet ini berakibat pada defisiensi nutrisi [1,3].
Ketidakseimbangan asupan kalori dan protein juga bisa memengaruhi berat badan yang turun terlalu berlebihan [1,3].
Apa kontra diet alkaline?
Belum ada bukti ilmiah secara jelas yang menyebutkan bahwa diet alkaline mampu memberikan manfaat bagi kesehatan [3].
Belum terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa sesungguhnya makan makanan beralkaline tinggi mampu mengubah kadar pH dalam tubuh [3].
Pada beberapa penelitian hanya disebutkan bahwa diet tinggi asam mampu meningkatkan risiko patah tulang dan osteoporosis [3].
Maka dengan demikian, diet tinggi alkaline disimpulkan mampu menurunkan risiko kedua masalah tulang tersebut [3].
Bagi orang-orang yang ingin melakukan diet alkaline dengan benar, penting untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau ahli diet.
Untuk variasi resep yang bisa membantu supaya dalam menjalani diet alkaline terhindar dari rasa bosan, cari pada buku resep khusus menu untuk diet alkaline [1,3].
Atau, tidak ada salahnya berkreasi sendiri dari bahan-bahan makanan yang berbasa tinggi.
1. Joe Leech, MS & Atli Arnarson BSc, PhD. The Alkaline Diet: An Evidence-Based Review. Healthline; 2019.
2. Katherine Marengo LDN, R.D., Nutrition & Zawn Villines. Does the alkaline diet work?. Medical News Today; 2019.
3. Cathy Wong & Amanda Baker Lemein, MS, RD. What Is the Alkaline Diet?. Verywell Mind; 2021.
4. Erin Hopkins; Terrence Sanvictores & Sandeep Sharma. Physiology, Acid Base Balance. National Center for Biotechnology Information; 2021.
5. Gerry K. Schwalfenberg. The Alkaline Diet: Is There Evidence That an Alkaline pH Diet Benefits Health?. Journal of Environmental and Public Health; 2012.
6. Dyanne P Westerberg. Diabetic ketoacidosis: evaluation and treatment. American Family Physician; 2013.
7. Monique Mostert & Anthony Bonavia. Diabetic ketoacidosis: evaluation and treatment. Starvation Ketoacidosis as a Cause of Unexplained Metabolic Acidosis in the Perioperative Period. American Journal of Case Reports; 2016.
8. L C McGuire, A M Cruickshank, & P T Munro. Alcoholic ketoacidosis. Emergency Medicine Journal; 2006.
9. A. A. Welch, A. J. MacGregor, J. Skinner, T. D. Spector, A. Moayyeri & A. Cassidy. A higher alkaline dietary load is associated with greater indexes of skeletal muscle mass in women. Osteoporosis International; 2013.
10. Gerry K. Schwalfenberg. The Alkaline Diet: Is There Evidence That an Alkaline pH Diet Benefits Health?. Journal of Environmental and Public Health; 2012.
11. Caroline Passey, BSc, RD, PhD. Reducing the Dietary Acid Load: How a More Alkaline Diet Benefits Patients With Chronic Kidney Disease. Journal of Renal Nutrition; 2017.
12. John A H Wass & Raghava Reddy. Growth hormone and memory. Journal of Endocrinology; 2010.
13. Carlos A. Gonzalez & Elio Riboli. Diet and cancer prevention: Contributions from the European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC) study. European Journal of Cancer; 2010.
14. Hong Xu, Agneta Åkesson, Nicola Orsini, Niclas Håkansson, Alicja Wolk, & Juan Jesús Carrero. Modest U-Shaped Association between Dietary Acid Load and Risk of All-Cause and Cardiovascular Mortality in Adults. 2016.
15.