Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), satu dari empat orang di dunia akan mengalami gangguan jiwa dan mental pada waktu tertentu dalam kehidupan[1].
Saat ini, sekitar 792 juta orang di dunia menderita gangguan jiwa dan menempatkan gangguan jiwa dan mental menjadi penyebab utama kecacatan di seluruh dunia[2].
Di Indonesia, gangguan jiwa dan mental merupakan penyakit serius. Berdasarkan data WHO, terdapat sekitar 6 juta orang mengalami gangguan ini atau sekitar 0.02% dari total populasi Indonesia[3].
Daftar isi
Gangguan jiwa dan mental atau sering disebut dengan penyakit mental merupakan kondisi kesehatan yang melibatkan perubahan emosi, suasana hati, perilaku, pemikiran, atau kombinasi dari seluruhnya[4].
Gangguan jiwa dan mental sering menyebabkan stres dan mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi[5].
Gangguan jiwa dan mental juga menyebabkan seseorang terlibat dalam permasalahan di kehidupan sehari – hari seperti di sekolah, lingkungan kerja, lingkungan sosial atau dalam sebuah hubungan pertemanan[5].
Gangguan jiwa dan mental dapat terjadi kepada siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, usia, pendapatan, status sosial, ras/ etnis, agama, orientasi seksual, atau latar belakang lainnya. Selain itu, kebanyakan gangguan ini terjadi mulai dari usia 24 tahun[4].
Dampak negatif dari gangguan ini terus bertumbuh secara signifikan terhadap kesehatan dan konsekuensi sosial, hak asasi manusia, dan ekonomi utama dari suatu negara di dunia[6].
Apa Perbedaan Sakit Jiwa dan Gangguan Jiwa?
Pada dasarnya keduanya adalah sama yaitu gangguan jiwa dan mental. Perbedaan dari keduanya terletak pada tingkatan gangguan[10]. Tingkat gangguan jiwa dan mental ringan, dan tingkat gangguan jiwa mental serius (akan di jelaskan pada point jenis gangguan jiwa dan mental).
Setiap gangguan jiwa yang tidak berdampak serius atau berdampak ringan atau sedang disebut dengan gangguan jiwa. Sedangkan sakit jiwa adalah gangguan jiwa dan mental yang serius dan memberikan dampak yang dapat mengganggu atau membatasi aktivitas[10].
Tinjauan Gangguan jiwa dan mental merupakan suatu penyakit yang melibatkan perubahan emosi, suasana hati, perilaku, pemikiran, atau kombinasi seluruhnya dan memberikan dampak yang buruk bagi seseorang.
Jumlah kematian langsung dari gangguan jiwa dan mental masih tergolong rendah khususnya di negara dengan pertumbuhan ekonomi menengah ke bawah. Kebanyakan kematian terjadi akibat dari komplikasi gangguan jiwa dan mental[2].
Salah satu tindakan mematikan yang sering dikaitkan akibat gangguan jiwa dan mental adalah bunuh diri. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua kasus bunuh diri diakibatkan oleh gangguan dan jiwa[2].
Berdasarkan penelitian, pada negara dengan penghasilan tinggi hampir 90% kasus kematian dikaitkan dengan dengan gangguan jiwa dan mental. Risiko bunuh diri dari seseorang dengan gangguan jiwa dan mental lebih tinggi 20 kali dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki gangguan[2].
Beberapa negara yang tergolong tinggi dalam kasus bunuh diri akibat gangguan jiwa dan mental adalah Cina dan Taiwan. Sekitar 68% kasus bunuh diri terjadi akibat gangguan jiwa dan mental[2].
Di Indonesia, sekitar 8700 kasus bunuh diri terjadi akibat dari gangguan jiwa dan mental atau sekitar 0.001% dari total kasus gangguan jiwa dan mental[3].
Di Amerika, gangguan jiwa dan mental terdapat sekitar 19% dari total populasi. Gangguan serius bahkan terjadi kasus bunuh diri akibat gangguan ini sekitar 4.9% dari total kasus gangguan jiwa atau sekitar 10 juta orang berpikir serius untuk bunuh diri[7].
Tinjauan Gangguan jiwa dan mental memiliki pengaruh serius bahkan kematian terhadap seseorang. Dari kasus kematian, jumlah kematian akibat gangguan jiwa dan mental di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan Amerika, Cina dan Taiwan.
Beberapa jenis gangguan jiwa dan mental adalah sebagai berikut[5,6]:
Depresi adalah gangguan jiwa dan mental yang paling umum menyebabkan kecacatan di dunia. Secara umum, sekitar 264 juta orang terkena gangguan jenis ini dan biasanya lebih banyak terjadi pada wanita[6].
Depresi ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah, gangguan tidur, nafsu makan dan konsentrasi. Depresi menyebabkan banyak keluhan fisik yang tidak jelas, berlangsung lama, dan dapat berujung dengan bunuh diri[6].
Gangguan ini mempengaruhi sekitar 45 juta orang di seluruh dunia. Gangguan ini terdiri dari gangguan manik dan depresi yang dipisahkan oleh waktu mood normal[6].
Gangguan manik yang terjadi biasanya melibatkan suasana hati yang meningkat atau mudah marah, aktivitas berlebihan, berbicara cepat, harga diri meningkat, dan penurunan kebutuhan untuk tidur. Seseorang yang memiliki gangguan manik tanpa depresi juga tetap dinyatakan memiliki gangguan bipolar[6]
Gangguan ini merupakan gangguan jiwa dan mental yang parah dan terjadi pada 20 juta orang di seluruh dunia. Psikosis termasuk skizofrenia ditandai dengan adanya gangguan dalam berpikir, persepsi, emosi, bahasa, rasa diri, dan perilaku[6].
Gejala yang sering terjadi adalah adanya delusi dan halusinasi. Gangguan ini dapat memberikan kesulitan bagi seseorang untuk bekerja secara normal[6].
Gangguan ini bersifat kronis atau progresif dimana terjadinya kemunduran dari kemampuan untuk berpikir dan mempengaruhi memori, pemikiran dan pemahaman, orientasi, perhitungan, kapasitas belajar, bahasa, dan penilaian. Demensia biasanya disebabkan oleh berbagai penyakit dan cedera yang mempengaruhi otak seperti Alzheimer dan stroke[6].
Gangguan perkembangan terjadi karena adanya gangguan atau keterlambatan fungsi yang terkait dengan pematangan sistem saraf pusat. Gangguan ini ditandai dengan adanya penurunan keterampilan di berbagai bidang seperti fungsi kognitif dan perilaku adaptif[6].
Gangguan perkembangan ini biasanya terjadi sejak lahir atau bayi. Terkadang, gangguan ini menunjukkan adanya kecacatan intelektual[6].
Gangguan ini ditandai dengan emosi untuk menghindari bahaya atau kemalangan di masa depan bersamaan dengan kekhawatiran yang berlebihan. Gangguan ini biasanya merupakan gangguan kecemasan umum, gangguan panik dan fobia[5].
Gangguan ini terjadi karena adanya masalah atau gangguan yang menimbulkan tekanan di masa yang lalu[5].
Gangguan ini terjadi pada pola makan dan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Jenis gangguan ini seperti anoreksia dan gangguan makan berlebihan[5].
Ini merupakan gangguan tidur yang cukup parah dan membutuhkan perhatian klinis seperti insomnia dan sindrom kaki gelisah[5].
Tingkatan Gangguan Jiwa dan Mental
Ada dua tingkatan gangguan jiwa dan mental yaitu [10] :
Tinjauan Ada berbagai jenis gangguan jiwa dan mental di dunia, tetapi jenis yang paling banyak terjadi dan menyebabkan bunuh diri adalah depresi.
Penyebab utama dari gangguan jiwa dan mental tidak dapat dipastikan oleh tim medis. Kombinasi dari gen, biologi, lingkungan, pengalaman hidup bahkan keluarga juga dapat menyebabkan gangguan jiwa dan mental. Namun, ini bukan berarti gangguan jiwa dan mental selalu menjadi penyakit turunan[8].
Beberapa penyebab dari gangguan jiwa dan mental adalah sebagai berikut [5,9]:
Orang yang paling berisiko mengalami gangguan jiwa dan mental adalah orang yang memiliki trauma atau kejadian buruk seperti pelecehan dan kekerasan saat anak-anak dan orang yang memiliki kecanduan dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang seperti narkoba[11].
Faktor risiko seseorang mengalami gangguan jiwa dan mental adalah sebagai berikut [5,6,11]:
Tinjauan Tidak ada penyebab utama dari gangguan jiwa dan mental, kombinasi dari faktor gen, biologi, lingkungan bahkan keluarga dapat menyebabkan gangguan ini.
Pada umumnya, gejala gangguan jiwa dan mental sangat bervariasi dan tergantung kepada jenis gangguan dan faktor penyebab. Beberapa gejala gangguan jiwa dan mental adalah sebagai berikut[5]:
Beberapa gejala gangguan jiwa dan mental juga muncul dengan masalah fisik seperti sakit perut, sakit punggung, sakit kepala atau sakit dan nyeri yang tidak dapat dijelaskan lainnya[5].
Kapan harus ke dokter?
Jika memiliki gejala gangguan jiwa dan mental dan gejala sudah mulai ke tahapan gejala yang lebih serius bahkan mulai memiliki keinginan untuk bunuh diri[5].
Tinjauan Gejala dari gangguan jiwa dan mental terdiri dari berbagai jenis dan bergantung terhadap jenis gangguan jiwa dan mental yang dialami.
Beberapa diagnosis yang dilakukan untuk memastikan adanya gangguan pada jiwa dan mental adalah[5]:
Diagnosis lainnya yang dapat dilakukan bagi penderita gangguan jiwa dan mental adalah dengan [5]:
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap gangguan jiwa dan mental adalah[5]:
Tinjauan Diagnosis dan pemeriksaan gangguan jiwa dan mental yang akan dilakukan adalah pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan evaluasi psikologis.
Cara pengobatan secara medis maupun non medis dari gangguan jiwa dan mental adalah sebagai berikut[5]:
Untuk mengurangi rasa ketakutan, kecemasan, mengubah suasana hati dan mengurangi gangguan psikotik. Beberapa obat yang biasanya diberikan adalah Obat anti depresan, Obat anti kecemasan, Obat anti psikotik, dan Obat penenang mood.
Terapi ini sering disebut dengan terapi bicara, melibatkan pembicaraan secara langsung kondisi seseorang dengan profesional kesehatan mental. Selama psikoterapi, seseorang akan belajar tentang kondisi dan suasana hati, perasaan, perilaku, dan mempelajari keterampilan untuk mengelola stres.
Kadang – kadang digunakan untuk gangguan jiwa dan mental apabila pemberian obat dan psikoterapi tidak berhasil. Perawatan ini termasuk dengan terapi elektrokonvulsif, stimulasi magnetik transkranial berulang dan stimulasi otak.
Perawatan ini dilakukan apabila gangguan jiwa dan mental sudah sangat parah. Perawatan dilakukan di rumah sakit jiwa.
Masalah dengan penggunaan narkoba biasanya adanya gangguan jiwa. Perawatan ini ditujukan bagi orang yang mengalami gangguan jiwa dan mental akibat obat – obatan dan alkohol.
Beberapa cara pengobatan non medis adalah [5, 13]:
Perawatan yang diperlukan gangguan jiwa dan mental adalah pengobatan kesehatan dan perawatan sosial. Perawatan sosial yang diperlukan adalah[6]:
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan selama masa pengobatan dan perawatan[5]:
Tinjauan Cara pengobatan dan mengatasi gangguan jiwa dan mental untuk mengurangi tingkat keparahan dari gangguan jiwa dan mental.
Komplikasi dari gangguan jiwa dan mental adalah sebagai berikut [5,12]:
Tinjauan Setiap orang yang memiliki faktor risiko yang tinggi terhadap gangguan jiwa dan mental akan menyebabkan gangguan yang parah dan komplikasi lainnya.
Tidak ada tindakan pasti untuk pencegahan dari gangguan jiwa dan mental, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu [5]:
Tinjauan Pencegahan dapat dilakukan dengan mengenali gejala dan melakukan pemeriksaan. Tindakan pencegahan dilakukan dengan mengatur pola hidup seseorang.
1) Anonim. 2001. World Health Organization. World Health Report.
2) Hannah Ritchie & Max Roser. 2018. Our World in Data Oxford University. Mental Health.
3) Anonim. 2018. World Health Organization. Mental Health ATLAS 2017 Member State Profile.
4) Ranna Parekh, M.D., M.P.H. 2018. American Psychiatric Association. What is Mental Illness?
5) Anonim. 2019. Mayo Clinic. Mental Illness.
6) Anonim. 2019. World Health Organization. Mental Disorders.
7) Anonim. Diakses pada 2020. Mental Health America. The State of Mental Health in America.
8) Smitha Bhandari, MD. 2020. WebMD. Mental Illness Basics.
9) Anonim. 2018. Centers for Diseases Control and Prevention. Learn About Mental Health.
10) Anonim. 2019. National Institute of Mental Health. Mental Illness.
11) F. Cirulli; G. Laviola & L. Ricceri. 2010. National Institute of Health. Risk factors for mental health: current approaches in translational neuroscience.
12) Drake RE & Brunette MF. 1998. National Institute of Health. Complications of severe mental illness related to alcohol and drug use disorders.
13) James Lake, MD. 2017. National Institute of Health. Urgent Need for Improved Mental Health Care and a More Collaborative Model of Care.