Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Saat tubuh terluka, tubuh akan secara otomatis membentuk gumpalan darah untuk menghentikan perdarahan. Namun adanya pembentukan gumpalan darah yang abnormal dapat mengganggu sistem tubuh normal dan berujung
Daftar isi
Ketika tubuh terluka, maka umumnya tubuh akan mengeluarkan darah yang kemudian akan membentuk gumpalan akibat adanya proses penghentian pendarahan oleh tubuh [1].
Jadi, setiap kali terjadi luka yang mengeluarkan darah tubuh akan secara otomatis menjalankan fungsi penghentian pendarahan tersebut dengan membentuk gumpalan darah yang menutup luka tersebut sehingga tidak ada lagi darah yang akan keluar [1].
Pembentukan gumpalan darah selain untuk menghentikan pendarahan dan meminimalisir kehilangan banyak darah juga sangat penting untuk mencegah bakteri atau kuman lain masuk dan menginfeksi luka [1].
Jadi, gumpalan darah ini seperti gel yang bermanfaat sebagai respon tubuh terhadap terjadinya cedera atau luka pada tubuh [2].
Meskipun demikian, ada juga gumpalan darah yang terbentuk bahkan ketika tidak ada luka luar. Gumpalan darah ini dapat terbentuk di aliran darah dan dapat menyumbat pembuluh darah [1].
Akibatnya sudah pasti sangat berkaitan erat dengan komplikasi penyakit berbahaya seperti serangan jantung maupun stroke [1].
Gumpalan darah tanpa adanya cedera atau luka luar ini umumnya memang sangat jarang terjadi pada orang sehat, namun beberapa orang dengan risiko tertentu dapat mengalaminya [1].
Oleh karena itu, gumpalan darah tanpa adanya cedera atau luka luar umumnya membutuhkan perawatan medis yang tepat, khususnya jika berkaitan dengan kaki, paru paru, jantung dan otak [2]. Simak penjelasan selengkapnya.
Sebelum membahas terkait gejala, ada baiknya mengetahui beberapa fakta terkait gumpalan darah berikut ini [1]:
Sistem peredaran darah dalam tubuh diketahui terdiri dari dua pembuluh yang berfungsi mengangkut darah ke seluruh tubuh, yaitu vena dan arteri [3].
Gumpalan darah diketahui dapat terjadi atau terbentuk pada kedua pembuluh darah tersebut. Oleh karena itu, jenis gumpalan darah dapat dibedakan berdasarkan letak pembuluh darah di mana gumpalan terjadi sebagai berikut [3]:
Bekuan arteri merupakan gumpalan darah yang terbentuk pada pembuluh darah arteri tubuh. Gumpalan darah ini, umumnya akan segera menyebabkan gejala segera setelah terbentuk.
Oleh karena itu, gumpalan darah jenis ini membutuhkan perawatan darurat agar dapat segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Mengingat, gejala gumpalan darah ini dapat berupa nyeri hebat, kelumpuhan bagian tubuh, atau keduanya yang juga menyebabkan risiko terjadi serangan jantung atau stroke.
Bekuan vena merupakan gumpalan yang terjadi pada pembululuh darah vena pada tubuh. Jenis gumpalan darah ini umumnya tidak segera menunjukkan gejala sebagaimana bekuan arteri, namun dapat menumpuk dari waktu ke waktu.
Penumpukan gumpalan darah inilah yang kemudian membuat jenis gumpalan darah ini menjadi berbahaya dan menganca jiwa.
Adapun salah satu contoh bekuan vena yang paling serius yang ketika terjadinya trombosis vena dalam.
Berikut ini merupakan beberapa gejala umum yang terjadi ketika seseorang mengalami penggumpalan darah [4]:
Gumpalan darah umumnya dapat terbentuk akibat adanya penebalan darah yang membentuk setengah padatan karena dipicu cedera atau kondisi lain dalam pembuluh darah [2].
Berikut ini merupakan beberapa faktor dan kondisi yang dapat menyebabkan penggumpalan darah yang mengganggu, serta kondisi serius yang berhubungan dengan pembekuan darah [2]:
Gumpalan darah umumnya sangat jarang terjadi pada orang sehat, namun sebaliknya beberapa orang dengan faktor risiko dibawah ini dapat meningkatkan terbentuknya gumpalan darah [1,2]:
Gumpalan darah atau bekuan vena umumnya akan terbentuk di daerah kaki dan lengan, di mana bagian betis merupakan yang paling sering [5].
Gumpalan darah di kaki atau lengan ini pada setengah dari kasus yang ada tidak menunjukkan gejala sama sekali. Namun, sebagian lainnya menunjukkan beberapa gejala berupa [5]:
Penggunaan obat tertentu yang diresepkan oleh dokter dapat mencegah dan mengobati gumpalan darah di kaki atau lengan [5].
Adapun pembengkakan dan nyeri dapat diatasi dengan penggunaan stoking kompresi selama dua tahun [5].
Namun, jika gumpalan darah di kaki atau lengan parah, maka pengangkatan bekuan dengan operasi mungkin akan dilakukan oleh dokter [5].
Gumpalan darah diketahui juga dapat terjadi di arteri sekitar jantung yang berbahaya karena dapat menimbulkan serangan jantung [5].
Adapun seseorang akan menunjukkan gejala berikut ini jika mengalami gumpalan darah di jantungnya [5] :
Adapun perlu diketahui juga bahwa, gejala gumpalan darah di jantung pada laki laki dan wanita berbeda satu sama lain [5].
Gejala yang paling membedakan antara keduanya yaitu, wanita lebih sering mengalami sesak napas, mual atau muntah, dan nyeri punggung atau rahang dibandingkan laki laki [5].
Gumpalan darah di jantung yang dapat menyebbakan serangan jantung ini merupakan salah satu keadaan darurat medis sehingga harus segera mendapatkan perawatan darurat yang tepat ketika terjadi gejala apapun [5].
Gumpalan darah diketahui juga dapat terjadi di perut, di mana gejala umum yang ditunjukkan antara lain [5]:
Gumpalan darah di perut ini merupakan salah satu gumpalan darah yang sulit untuk didiagnosis, sehingga diagnosisnya kemungkinan akan membutuhkan CT scan atau studi pencitraan lain untuk mencari gumpalan darah di area perut maupun panggul [5].
Gumpalan darah di otak yang menyumbat arteri hingga mencegah darah mengalir ke otak umumnya akan menyebabkan stroke iskemik. Dengan kata lain, gejala stroke iskemik ini dapat juga menjadi gejala adanya gumpalan darah di otak [5].
Adapun gejala stroke iskemik yang umumnya terjadi secara tiba tiba antara lain [5]:
Stroke adalah keadaan darurat medis. Orang harus mencari perawatan darurat jika mereka melihat gejala apa pun.
Gumpalan darah diketahui juga dapat terjadi di paru-paru yang umumnya dikenal sebagai emboli paru. Adapun gejala adanya gumpalan darah di paru-paru antara lain [5]:
Emboli paru juga merupakan gangguan medis darurat yang harus segera mendapatkan penanganan yang tepat, baik menggunakan obat pelarut gumpalan (trombolitik) atau obat pencegah pembekuan darah (antikoagulan) [5].
Jika mengalai gejala berikut ini maka sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri kedokter [2]:
Diagnosis terhadap gumpalan darah akan berbeda beda tergantung pada lokasi dan jenis bekuan darah yang terjadi [6].
Adapun hal yang umumnya dilakukan dokter untuk mendiagnosis gumpalan darah antara lain [6] :
Berikut ini merupakan beberapa pilihan pengobatan yang dapat digunakan untuk mengobatai gumpalan atau pembekuan darah [7]:
Obat antikoagulan merupakan salah satu obat yang mungkin akan diresepkan oleh dokter untuk mengobati pembekuan darah. Fungsi obat antikoagulan ini antara lain [7]:
Normalnya, obat antikoagulan diresepkan dokter untuk dikonsumsi selama 5–10 hari pertama setelah diagnosis bekuan darah, namun ada juga yang harus terus menggunakan obat antikoagulan berbulan bulan atau bahkan bertahun tahun.
Hal ini bergantung pada kondisi masing masing pasien dan jenis atau tingkat keparahan dari gumpalan darah yang terjadi.
Adapun obat antikoagulan yang paling umum dan mungkin diresepkan oleh dokter meliputi [7]:
Untuk obat antikoagulan oral langung sendiri dapat berupa apixaban (Eliquis), betrixaban (BevyxXa), dabigatran (Pradaxa), edoxaban (Savaysa) dan rivaroxaban (Xarelto).
Stoking kompresi merupakan suatu stoking elastis khusus untuk meringankan dan mengobati bengkak atau nyeri akibat gumpalan darah di kaki atau lengan, khususnya yang mengalami sindrom pasca trombotik.
Stoking kompresi ini harus disesuaikan dengan ukuran kaki agar pada dan dapat membantu aliran darah keluar dari kaki bagian bawah dan kembali ke jantung, membantu meringankan gejala sindrom pasca trombotik.
Trombolitik merupakan obat yang dapat melarutkan gumpalan darah yang diberikan secara intravena, atau menggunakan kateter di vena agar obat langsung terkirim ke tempat tempat terjadinya bekuan.
Namun, penggunaan trombolitik ini diketahui dapat meningkatkan risiko perdarahan sehingga hanya direkomendasikan pada kasus gumpalan darah yang sangat besar atau tidak dapat diatasi dengan pengobatan antikoagulan.
Trombektomi bedah merupakan salah satu metode operasi yang dapat digunakan untuk menghilangkan bekuan darah yang sangat besar dari vena atau arteri agar tidak menyebabkan kerusakan parah pada jaringan di sekitarnya.
Gumpalan darah tersebut akan diangkat dari pembuluh darah dengan operasi bedah yang dilakukan oleh ahli beda.
Filter vena cava merupakan metode pengobatan yang dapat mencegah gumpalan darah dari kaki yang menuju paru paru melewati vena melalui operasi bedah.
Adapun filter vena cava ini dilakukan dokter dengan membuat sayatan kecil di pembuluh darah di leher atau selangkangan.
Namun, metode filter vena cava ini hanya akan dilakukan pada kasus gumpalan darah yang berisiko tinggi mengembangkan emboli paru dan tidak dapat menggunakan antikoagulan.
Berikut ini merupakan beberapa faktor gaya hidup yang dapat mencegah atau menurunkan risiko terjadinya gumpalan atau pembekuan darah [7]:
1. Anonim. What are blood clots and what causes them?. National Center for Biotechnology Information, US. National Library of Medicine, National Institutes of Health; 2020.
2. Anonim. Blood Clots. Mayo Clinic; 2021.
3. Juliann Schaeffer & Daniel Murrell, M.D. How to Tell If You Have a Blood Clot. Healthline; 2019.
4. Anonim. Blood clots. NHS Sites; 2021.
5. Markus MacGill & Kevin Martinez, M.D. What are the symptoms of a blood clot?. Medical News Today; 2020.
6. Anonim. Blood Clots. Radiology Info; 2021.
7. Charlotte Lillis & Gerhard Whitworth, R.N. Treatment and home management for blood clots. Medical News Today; 2019.